Amobiotic adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit akibat infeksi bakteri, mulai dari radang amandel, sinusitis, pneumonia, bronkitis, infeksi saluran kemih, hingga gonore. Obat yang tersedia dalam bentuk kaplet dan sirop kering ini hanya boleh digunakan berdasarkan resep dokter.
Amobiotic mengandung bahan aktif amoxicillin, yang merupakan antibiotik golongan penisilin. Obat ini bekerja dengan cara menghalangi pembentukan dinding sel bakteri sehingga dapat membunuh dan menghambat perkembangbiakan bakteri penyebab infeksi. Hasilnya, pertumbuhan bakteri akan terhenti dan infeksi bisa teratasi.
Perlu diingat bahwa kandungan amoxicillin dalam Amobiotic hanya bisa mengobati infeksi bakteri dan tidak bisa digunakan untuk mengatasi infeksi virus, seperti flu. Karena gejala infeksi virus bisa mirip dengan infeksi bakteri, berkonsultasilah dengan dokter terlebih dahulu guna memastikan bahwa obat ini tepat untuk Anda.
Produk Amobiotic
Amobiotic merupakan obat resep yang dikemas dalam berbagai macam sediaan, yaitu:
- Amobiotic 500 mg 10 Tablet, dengan kandungan 500 mg amoxicillin trihydrate per kaplet
- Amobiotic Sirop Kering 60 ml, yang mengandung 125 mg amoxicillin trihydrate per 5 ml
- Amobiotic Sirop Kering 60 ml, yang mengandung 250 mg amoxicillin trihydrate per 5 ml
- Amobiotic Drops 10 ml, yang mengandung 100 mg amoxicillin trihydrate tiap ml
Apa Itu Amobiotic
Bahan aktif | Amoxicillin |
Golongan | Obat resep |
Kategori | Antibiotik penisilin |
Manfaat | Mengobati infeksi bakteri |
Dikonsumsi oleh | Dewasa dan anak-anak |
Amobiotic untuk ibu hamil | Kategori B: Studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil. |
Jika Anda sedang hamil, sebaiknya tetap konsultasikan dengan dokter terkait penggunaan obat ini. | |
Amobiotic untuk ibu menyusui | Amobiotic umumnya aman digunakan oleh ibu menyusui selama digunakan sesuai anjuran dokter. |
Bentuk obat | Kaplet, sirop kering, dan drops |
Peringatan sebelum Menggunakan Amobiotic
Amobiotic hanya bisa dibeli dengan resep dokter. Sebelum menggunakan obat ini, perhatikan beberapa hal berikut:
- Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Amobiotic tidak boleh digunakan oleh orang yang alergi terhadap obat ini atau obat lain dari golongan penisilin maupun sefalosporin, seperti ampicillin.
- Informasikan kepada dokter jika Anda mengalami sakit tenggorokan dan pembengkakan kelenjar getah bening yang tidak membaik setelah 1–2 minggu, bahkan dengan pengobatan. Beri tahu pula jika ada kemungkinan Anda tertular mononukleosis dari orang di sekitar Anda.
- Jangan lupa untuk memberi tahu dokter bila Anda pernah atau sedang menderita penyakit liver, gangguan berkemih, penyakit ginjal, epilepsi, asma, atau diare akibat penggunaan antibiotik.
- Beri tahu dokter jika Anda baru saja atau berencana menjalani vaksinasi dalam waktu dekat. Kandungan amoxicillin dalam obat ini bisa menurunkan efektivitas vaksin tertentu.
- Diskusikan dengan dokter mengenai penggunaan obat ini jika Anda sedang hamil, berencana untuk hamil, atau sedang menyusui.
- Gunakan kondom atau konsultasikan ke dokter mengenai alternatif alat kontrasepsi jika Anda sedang menunda kehamilan dengan pil KB. Obat ini dapat menurunkan efektivitas pil KB.
- Informasikan kepada dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi terjadinya interaksi antarobat.
- Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau efek samping serius setelah mengonsumsi Amobiotic.
Dosis dan Aturan Pakai Amobiotic
Dosis dan aturan pakai Amobiotic yang diberikan oleh dokter kepada tiap pasien bisa berbeda-beda, tergantung pada sediaan obat yang digunakan dan kondisi yang ditangani.
Secara umum dosis Amobiotic yang diberikan adalah:
Kondisi: Sinusitis, otitis media, infeksi saluran kemih berat, infeksi ginjal, atau infeksi kulit
- Dewasa atau anak dengan BB ≥40 kg: 250–500 mg, 3 kali sehari atau 750–1000 mg, 2 kali sehari. Untuk infeksi yang berat, dosisnya 750–1.000 mg, 3 kali sehari.
- Anak dengan BB <40 kg: 20–90 mg/kgBB per hari, dibagi dalam beberapa kali pemberian.
Kondisi: Faringitis dan tonsilitis akibat infeksi Streptococcus
- Dewasa atau anak dengan (BB) >40 kg: 500 mg,3 kali sehari atau 750–1000 mg, 2 kali sehari. Untuk infeksi berat dosisnya adalah 750–1.000 mg, 3 kali sehari, selama 10 hari.
- Anak dengan BB <40 kg: 40–90 mg/kgBB per hari yang bisa dibagi ke dalam beberapa kali pemberian.
Kondisi: Demam tifoid dan paratifoid
- Dewasa atau anak dengan BB ≥40 kg: 500–2.000 mg, 3 kali sehari.
- Anak dengan BB<40 kg: 100 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 3 dosis.
Kondisi: Perburukan bronkitis kronis
- Dewasa: 250–500 mg, 3 kali sehari atau 750–1000 mg, 2 kali sehari. Untuk infeksi yang berat, dosisnya 750–1.000 mg, 3 kali sehari.
Kondisi: Pneumonia
- Dewasa atau anak dengan BB ≥40 kg: 500–1.000 mg, 3 kali sehari
- Anak usia >3 bulan dengan BB<40 kg: 20–90 mg/kgBB perhari, dibagi dalam beberapa dosis.
Kondisi: Tukak lambung akibat infeksi Helicobacter pylori
- Dewasa: 750–1.000 mg, 2 kali sehari selama 7–14 hari. Obat ini akan dikombinasikan dengan antibiotik lain, seperti metronidazole atau clarithromycin, dan proton pump inhibitors (PPIs), seperti omeprazole atau lansoprazole.
Kondisi: Gonore
- Dewasa: Dosisnya adalah 3.000 mg sebagai dosis tunggal. Obat akan dikombinasikan dengan probenecid.
Cara Menggunakan Amobiotic dengan Benar
Ikuti anjuran dokter dan baca petunjuk yang tertera pada label kemasan sebelum mengonsumsi Amobiotic. Jangan mengurangi atau menambah dosis tanpa seizin dokter.
Agar hasil pengobatan maksimal, ikuti panduan penggunaan Amobiotic yang benar berikut ini:
- Amobiotic dapat dikonsumsi pada saat makan atau segera sesudahnya agar tidak timbul sakit maag. Telan kaplet Amobiotic dengan air putih.
- Bila Anda mengonsumsi Amobiotic sirop kering, isi botol menggunakan air putih dengan takaran yang tertera pada petunjuk penggunaan. Kocok botol hingga obat di dalamnya tercampur rata sebelum diminum.
- Gunakan alat takar atau pipet yang tersedia di dalam kemasan agar dosisnya lebih akurat.
- Konsumsilah Amobiotic pada waktu yang sama setiap harinya. Jika Anda lupa, segera minum obat ini begitu teringat. Namun, bila waktu minum obat berikutnya sudah dekat, abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan dosis selanjutnya.
- Jangan menghentikan pengobatan sebelum waktu yang ditentukan oleh dokter meski gejala yang diderita sudah membaik sebelum obat habis. Hal ini dapat menyebabkan infeksi kambuh dan lebih sulit diobati.
- Simpan Amobiotic kaplet di tempat bersuhu ruangan dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung, serta jauh dari jangkauan anak-anak.
- Jangan mengonsumsi Amobiotic jika sudah melewati tanggal kadaluwarsa. Amobiotic sediaan sirop kering perlu disimpan di dalam lemari es dan segera dibuang jika sudah dibuka dan disimpan selama 14 hari.
Interaksi Amobiotic dengan Obat Lain
Mengingat Amobiotic mengandung amoxicillin, interaksi yang bisa terjadi jika produk ini digunakan secara bersamaan dengan obat lain adalah:
- Peningkatan risiko terjadinya efek samping amoxicillin jika digunakan bersama probenecid
- Peningkatan risiko terjadinya reaksi alergi, misalnya ruam, jika digunakan dengan allopurinol
- Penurunan efektivitas amoxicillin dalam mengatasi infeksi bakteri jika digunakan dengan tetracycline, chloramphenicol, antibiotik golongan makrolid, atau sulfonamida
- Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan dengan obat pengencer darah, seperti warfarin
- Peningkatan kadar methotrexate di dalam darah sehingga meningkatkan risiko terjadinya efek samping obat tersebut
- Penurunan efektivitas pil KB dalam mencegah kehamilan
- Penurunan efektivitas vaksin bakteri hidup, seperti vaksin BCG
Untuk mencegah terjadinya efek interaksi obat, diskusikan dengan dokter jika Anda berencana menggunakan Amobiotic bersama obat, suplemen, atau produk herbal apa pun.
Efek Samping dan Bahaya Amobiotic
Efek samping yang bisa timbul setelah mengonsumsi obat dengan kandungan amoxicillin, seperti Amobiotic, adalah:
- Mual dan muntah
- Diare
- Sakit kepala
- Perubahan rasa di lidah
- Perubahan warna gigi menjadi kekuningan atau kecoklatan
Konsultasikan melalui Chat Bersama Dokter jika efek samping tersebut tidak kunjung membaik, atau malah memburuk. Dokter akan memberikan saran dan pengobatan untuk mengatasi efek samping tersebut.
Jangan tunda untuk ke IGD jika mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius berikut ini:
- Ruam berupa luka lepuh yang disertai pengelupasan kulit
- Kesulitan menelan atau bernapas
- Diare berat yang tidak kunjung reda, BAB berdarah, atau kram perut yang berat
- Mudah memar atau perdarahan yang tidak jelas penyebabnya
- Gejala gangguan fungsi hati, seperti nyeri perut berat, urine berwarna gelap, tinja berwarna pucat, perut bengkak dan nyeri, hilang nafsu makan, serta kulit atau bagian putih mata menguning (penyakit kuning)