Arflam adalah obat yang direkomendasikan untuk meredakan nyeri dan peradangan, baik pada otot, sendi, maupun jaringan tubuh lainnya. Obat ini sering menjadi pilihan dalam menangani migrain, nyeri haid, hingga keluhan rematik.

Arflam mengandung diclofenac potassium. Kelompok obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) ini bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin di dalam tubuh, yang menjadi pemicu nyeri dan peradangan. Dengan demikian, nyeri, bengkak, dan demam dapat tertangani. 

Arflam

Kinerja Arflam dalam meredakan nyeri dan peradangan akan mulai terasa dalam 20–30 menit setelah diminum. Penting untuk menggunakan obat ini sesuai arahan dokter agar efek sampingnya terhindarkan. 

Apa Itu Arflam

Bahan aktif  Diclofenac potassium 50 mg
Golongan Obat resep
Kategori Obat anti inflamasi nonsteroid
Manfaat mengatasi gejala peradangan, seperti nyeri dan bengkak, migrain, sakit gigi, nyeri menstruasi, nyeri otot, nyeri atau radang sendi
Digunakan oleh Dewasa 
Arflam untuk ibu hamil  Usia kehamilan <20 minggu:
Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil.
Obat ini hanya boleh digunakan bila besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Usia kehamilan ≥20 minggu:
Kategori D: Ada bukti bahwa kandungan obat berisiko terhadap janin manusia. Namun, obat dalam kategori ini masih mungkin digunakan ketika manfaat yang diperoleh lebih besar daripada risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam nyawa.
Arflam untuk ibu menyusui Obat ini dapat digunakan oleh ibu hamil selama dokter yang menyarankan dan konsumsinya dibawah pengawasan dokter. 
Bentuk obat Tablet salut selaput

Peringatan sebelum Menggunakan Arflam

Arflam hanya diresepkan setelah dokter memastikan kondisi Anda melalui pemeriksaan langsung atau konsultasi online. Sebelum meminumnya, perhatikan hal-hal berikut ini: 

  • Beri tahu dokter perihal riwayat alergi yang Anda miliki. Orang yang alergi terhadap kandungan diclofenac, aspirin, atau OAINS lain tidak boleh mengonsumsi Arflam.
  • Bicarakan dengan dokter sebelum memakai obat ini jika Anda memiliki riwayat kesehatan tertentu, seperti polip hidung, anemia, asma, tukak lambung, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, penyakit liver, stroke, penyakit ginjal, gangguan pembekuan darah, ataupun edema.
  • Sampaikan kepada dokter bahwa Anda sedang menjalani pengobatan dengan Arflam jika baru atau berencana untuk menjalani operasi bypass jantung. Obat ini tidak boleh diminum pada keadaan tersebut.
  • Diskusikan dengan dokter perihal penggunaan Arflam apabila ada rencana untuk menjalani prosedur medis apa pun, termasuk operasi gigi.
  • Informasikan kepada dokter bahwa Anda sedang hamil, menyusui, atau berencana untuk hamil. 
  • Konsultasikan dengan dokter apabila ada obat, suplemen, atau produk herbal tertentu yang ingin digunakan bersamaan dengan Arflam. Hal ini untuk menghindari terjadinya interaksi obat.
  • Hentikan kebiasaan merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol selama menjalani pengobatan dengan Arflam. Keduanya dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping Arflam. 
  • Jangan mengemudi atau melakukan aktivitas yang memerlukan kewaspadaan saat menggunakan obat ini. Arflam dapat menyebabkan efek samping pusing, kantuk, dan penglihatan kabur. 
  • Jangan mengonsumsi Arflam dalam jangka panjang tanpa berkonsultasi dengan dokter. 
  • Segera hubungi dokter ketika Anda mengalami reaksi alergi atau efek samping serius setelah minum obat ini. 

Selain memerhatikan hal di atas, Anda juga disarankan untuk memantau tekanan darah secara rutin di rumah selama menjalani pengobatan dengan Arflam. Pasalnya, obat ni berpotensi meningkatkan tekanan darah.

Dosis dan Aturan Pakai Arflam

Efektivitas Arflam sangat bergantung pada ketepatan dosisnya. Itulah sebabnya dokter dapat meresepkan dosis yang tidak sama untuk setiap orang, karena disesuaikan dengan kondisi dan respons tubuh.

Meski begitu, berikut adalah gambaran dosis umum yang biasanya diberikan dokter berdasarkan tujuan pengobatan:

Tujuan: Meredakan peradangan, termasuk peradangan setelah operasi, nyeri akut, berbagai kondisi, seperti nyeri sendi. 

  • Dewasa: 75–150 mg per hari, dibagi ke dalam 2–3 dosis minum. Dosis maksimal 150 mg sehari.  
  • Anak usia ≥1 tahun: 0,5 mg/kg sehari, terbagi dalam 2–3 dosis minum. 

Tujuan: Mengatasi nyeri haid

  • Dewasa: 50–100 mg pada hari pertama atau nyeri haid muncul. Dosis pemeliharaan maksimal 150 mg per hari, yang terbagi menjadi 2–4 dosis. Durasi konsumsi 1–5 hari. 

Tujuan: Menangani Artritis Reumatoide Juvenil

  • Anak usia ≥1 tahun: 0.5–2 mg/kg sehari, yang dibagi dalam 2–3 dosis. Dosis maksimal 3 mg/kg dalam sehari. 

Tujuan: Mengatasi serangan migrain akut

  • Dewasa: 50 mg untuk dosis awal atau serangan pertama. Jika gejala gejala migrain masih dirasa setelah 2 jam, konsumsi kembali 50 mg, dan 50 mg lagi setiap 4–6 jam jika keluhan masih ada. Dosis maksimum 200 mg per hari.  Usahakan untuk menggunakan dosis terendah dan konsumsilah sesingkat mungkin. 

Cara Menggunakan Arflam dengan Benar

Arflam hanya boleh dikonsumsi sesuai petunjuk dokter demi memastikan efektivitas dan keamanannya. Sebelum meminumnya, baca dengan saksama aturan pakai pada kemasan. Jangan melakukan perubahan dosis tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.  

Agar pengobatan berjalan dengan baik, gunakan Arflam dengan cara sebagai berikut:

  • Arflam dapat dikonsumsi sebelum atau setelah makan. Namun, jika Anda alami sakit perut setelah meminumnya, konsumsilah setelah makan. 
  • Telan tablet Arflam dengan bantuan segelas air putih. Pastikan untuk tidak langsung berbaring setelah meminumnya. Anda perlu memberikan jeda setidaknya 10 menit. 
  • Konsumsilah obat ini pada jam yang sama setiap harinya jika dokter menganjurkan Anda untuk mengonsumsi Arflam secara rutin. 
  • Apabila Anda lupa mengonsumsi Arflam, segera minum saat ingat. Namun, jika jadwal dosis berikutnya sudah dekat, abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan dosis selanjutnya.
  • Simpan obat ini di tempat kering, sejuk, dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.

Interaksi  Arflam dengan Obat Lain

Potensi untuk terjadinya interaksi obat bisa muncul ketika Arflam dikonsumsi bersama dengan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal tanpa seizin dokter. Berikut efek interaksi yang mungkin terjadi:

  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping Arflam, ketika diminum bersama enalapril, captopril, glukosamin, dan vitamin E
  • Peningkatan risiko terjadinya perdarahan, saat dikonsumsi bersama warfarin, dabigatran, coumadin,  jantoven, dan OAINS lain
  • Penurunan efektivitas obat penghambat beta dan ACE inhibitor 
  • Peningkatan kadar digoksin, fenitoin, atau lithium
  • Penurunan penyerapan Arflam, bila digunakan dengan colestipol dan cholestyramine
  • Peningkatan risiko kerusakan ginjal, jika dipakai bersama dengan tacrolimus atau ciclosporin
  • Peningkatan risiko efek samping dari obat pemetrexed atau baclofen
  • Peningkatan risiko terjadinya kejang, apabila diminum bersama quinolone
  • Peningkatan risiko kerusakan hati, ketika dikonsumsi bersama zidovudine

Agar interaksi obat tidak terjadi, selalu diskusikan dengan dokter sebelum mengonsumsi Arflam bersamaan dengan obat lain, suplemen, atau produk herbal. Anda bisa berdiskusi dengan dokter melalui layanan Chat Bersama Dokter. 

Efek Samping dan Bahaya Arflam

Konsumsi obat yang mengandung diclofenac, seperti Arflam dapat memicu terjadinya efek samping:

  • Sembelit atau diare 
  • Sakit kepala, pusing atau vertigo, serta mengantuk 
  • Kulit gatal atau berkeringat
  • Ruam ringan
  • Gangguan pencernaan, seperti perut bergas atau sakit perut
  • Mual atu muntah
  • Hidung tersumbat
  • Hilang nafsu makan

Jika efek samping tersebut tidak juga mereda atau makin parah, sebaiknya hentikan penggunaan dan konsultasikan kepada dokter. 

Anda perlu untuk segera mengunjungi rumah sakit terdekat ketika muncul gejala reaksi alergi obat serta efek samping serius, seperti:

  • Tekanan darah naik atau hipertensi, dengan gejala sakit kepala parah yang muncul secara tiba-tiba, mual atau muntah, pusing, nyeri dada, sulit bernapas, telinga berdenging, penglihatan kabur, hingga mimisan
  • Sakit perut berkepanjangan, BAB berwarna hitam, muntah darah, dan pusing seperti akan pingsan, pertanda dari perdarahan saluran cerna
  • Anemia, yang ditandai dengan keluhan lemas, detak jantung cepat, tangan dan kaki dingin, pusing, sakit kepala, kulit pucat, serta sesak napas 
  • Sesak napas, kelelahan parah, tangan atau kaki bengkak, atau berat badan naik, gejala dari gangguan jantung 
  • Kerusakan hati, memiliki gejala berupa mual atau muntah, demam, sakit perut, hilang nafsu makan, kulit gatal, lemas, BAB berwarna terang, urine berwarna gelap, serta kulit atau mata menguning
  • Jarang buang air kecil, nyeri dada, sulit bernapas, mual, bengkak di kaki, pergelangan kaki, atau pun tungkai, serta kejang, pertanda dari kerusakan ginjal