Ada berbagai gejala hepatitis yang sering kali tidak disadari. Gejala hepatitis tersebut ada yang bersifat ringan, namun ada pula yang berat dan membahayakan kondisi penderitanya. Mari kenali apa saja gejala hepatitis agar penanganan yang tepat dapat segera dilakukan.
Hepatitis adalah penyakit yang menyerang hati atau liver. Penyakit ini terjadi ketika organ tersebut mengalami peradangan akibat infeksi virus maupun hal lain, seperti efek samping obat-obatan, keracunan, konsumsi alkohol dalam jangka panjang, perlemakan hati, dan penyakit autoimun.
Hepatitis ada yang bersifat akut (sembuh dalam waktu 6 bulan), namun ada yang menetap hingga berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun. Hepatitis yang berlangsung selama lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.
Terkadang, gejala hepatitis pada tahap awal cenderung tidak khas atau bahkan tidak bergejala. Itulah sebabnya banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang menderita hepatitis, sehingga penanganan pun terlambat dilakukan. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk mengenali apa saja gejala hepatitis.
Gejala-gejala Hepatitis Sesuai dengan Jenisnya
Berikut ini adalah jenis-jenis hepatitis dan gejala yang menyertainya:
1. Hepatitis A
Hepatitis A adalah hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A. Penularan virus hepatitis A dapat terjadi melalui makanan atau air yang terkontaminasi virus ini atau kontak fisik langsung dengan penderita hepatitis A.
Hepatitis A dapat menimbulkan beberapa gejala, di antaranya:
- Mudah lelah
- Mual dan muntah
- Nyeri perut kanan atas
- Diare
- Kulit dan bagian putih mata menguning (jaundice)
- Kehilangan selera makan
- Urine berwarna gelap
- Demam
- Nyeri sendi
Hepatitis A adalah jenis hepatitis yang bersifat akut, artinya dapat sembuh dalam waktu sekitar beberapa minggu. Namun, hepatitis A terkadang juga bisa menyebabkan kerusakan hati parah atau gagal hati, meski relatif jarang terjadi,.
2. Hepatitis B
Hepatitis B adalah infeksi liver yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B bisa bersifat akut, namun bisa juga berkembang menjadi kronis.
Hepatitis B umumnya menular melalui kontak seksual yang tidak aman (berhubungan seks tanpa kondom), transfusi darah, serta penggunaan jarum suntik yang tidak steril. Pada kasus tertentu, hepatitis B bisa menular dari ibu yang terinfeksi hepatitis B ke janinnya.
Gejala yang ditunjukkan hepatitis B umumnya sama dengan hepatitis A, tetapi kadang juga disertai gejala lain, seperti:
- Sakit perut, khususnya di bagian kanan atas
- Nyeri tulang dan otot
- Kotoran berwarna keputihan
Jika tidak segera ditangani oleh dokter, hepatitis B bisa berkembang menjadi hepatitis kronis. Kondisi ini berisiko tinggi menyebabkan terjadinya kanker hati dan sirosis.
3. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C (HCV). Jenis hepatitis ini dapat menular melalui kontak darah dari penderita hepatitis C. Misalnya, melalui transplantasi organ, transfusi darah, penggunaan jarum suntik, atau berbagi barang pribadi, seperti sikat gigi dan pisau cukur, dengan penderita hepatitis C.
Terkadang, hepatitis C tidak menunjukkan gejala-gejala yang khas. Namun, penderita hepatitis C bisa mengalami gejala hepatitis yang mirip dengan hepatitis A dan hepatitis B, seperti:
- Demam
- Nafsu makan menurun
- Urine berwarna gelap
- Sakit perut
- Nyeri sendi
- Penyakit kuning
Sama seperti hepatitis B, hepatitis C bisa berkembang menjadi kronis dan dapat menyebabkan kerusakan hati permanen atau sirosis.
4. Hepatitis D
Hepatitis D adalah peradangan hati akibat infeksi virus hepatitis delta (HDV). Hepatitis jenis ini bisa terjadi pada orang yang memiliki riwayat penyakit hepatitis B sebelumnya atau menular bersamaan dengan infeksi virus hepatitis B.
Penularan virus hepatitis D bisa terjadi melalui penggunaan jarum suntik, transfusi darah, atau hubungan seksual yang tidak aman. Penyakit ini juga berisiko terjadi pada orang yang menderita HIV atau menular dari ibu yang menderita hepatitis D ke janinnya.
Gejala yang ditunjukkan hepatitis D sama dengan hepatitis A, B, dan C, yaitu:
- Kulit dan mata berwarna kuning
- Nyeri perut
- Muntah
- Mudah kelelahan
- Tidak merasa lapar
- Nyeri sendi
- Urine berwarna gelap
Hepatitis B yang terjadi bersamaan dengan hepatitis D bisa mengakibatkan kerusakan hati permanen. Beberapa studi menunjukkan bahwa komplikasi sirosis atau gagal hati akan lebih cepat terjadi apabila seseorang menderita hepatitis B dan hepatitis D secara bersamaan.
5. Hepatitis E
Virus hepatitis E (HEV) merupakan penyebab penyakit hepatitis E. Sama seperti penyakit hepatitis A, penularan virus hepatitis ini dapat terjadi melalui air atau makanan yang terkontaminasi oleh virus hepatitis E. Virus ini juga bisa menular melalui kontak langsung dengan penderita hepatitis E.
Gejala hepatitis E bisa muncul sekitar 2–6 minggu setelah virus ini menyerang tubuh penderitanya. Gejala hepatitis E umumnya mirip dengan gejala hepatitis jenis lainnya, yaitu demam, mudah lelah, penurunan nafsu makan, sakit perut, urine berwarna gelap, kulit gatal-gatal, dan penyakit kuning.
6. Hepatitis akibat konsumsi alkohol
Selain karena infeksi virus, hepatitis juga bisa disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebihan atau berkepanjangan. Penyakit ini biasanya muncul pada orang yang memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol dalam jumlah banyak selama bertahun-tahun.
Pada tahap awal, gejala hepatitis akibat konsumsi alkohol mungkin tidak khas atau bahkan tidak muncul. Gejala hepatitis akibat konsumsi alkohol biasanya muncul ketika organ hati mulai rusak akibat konsumsi alkohol berlebihan.
Beberapa gejala hepatitis akibat konsumsi alkohol yang perlu diperhatikan adalah:
- Lemas
- Mata dan kulit tampak kuning
- Kurang nafsu makan
- Kotoran berwarna keputihan
- Penurunan berat badan
- Pembengkakan di kaki, wajah, dan perut
- Ruam disertai pelebaran pembuluh darah di kulit, misalnya pada perut dan telapak tangan
- Sering berdarah atau memar
Hepatitis akibat konsumsi alkohol berlebihan sering kali dapat menyebabkan kerusakan dan penimbunan jaringan lemak di hati (perlemakan hati). Pada pria, gejala hepatitis akibat alkohol bisa menimbulkan pembesaran payudara (ginekomastia), gangguan kesuburan, dan berkurangnya hasrat seksual.
7. Hepatitis akibat efek samping obat
Hepatitis ini terjadi akibat penggunaan obat-obatan tertentu, misalnya obat golongan NSAID seperti aspirin dan ibuprofen, obat antikejang, antibiotik, steroid anabolik, obat penurun kolesterol golongan statin, hingga obat atau suplemen herba tertentu.
Gejala hepatitis akibat efek samping obat bisa muncul ketika obat-obatan tersebut digunakan dalam dosis tinggi atau dalam waktu lama.
Gejala hepatitis yang muncul akibat efek samping obat umumnya mirip dengan gejala hepatitis pada umumnya, yaitu kulit dan mata tampak kuning, sakit perut, gatal-gatal di kulit, lemas, mual dan muntah, urine berwarna gelap, dan penurunan nafsu makan.
Penanganan dan Pencegahan Penyakit Hepatitis
Karena gejalanya bisa mirip satu sama lain dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, penyakit hepatitis perlu diperiksa langsung oleh dokter. Oleh karena itu, bila Anda mengalami gejala hepatitis, segera berkonsultasi ke dokter.
Untuk menentukan diagnosis hepatitis dan mencari penyebabnya, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa tes urine, tes darah untuk menilai fungsi hati, tes antigen hepatitis, misalnya HBsAg, hingga pemeriksaan radiologi, seperti USG hati, foto Rontgen dan CT scan.
Setelah dokter memastikan diagnosis hepatitis dan mengetahui penyebabnya, dokter akan memberikan penanganan, misalnya dengan pemberian obat antivirus, suntikan interferon, serta obat-obatan untuk memulihkan fungsi hati. Jika Anda kesulitan makan dan minum, dokter juga mungkin akan memberikan terapi cairan melalui infus.
Agar terhindar dari hepatitis, Anda bisa melakukan beberapa langkah pencegahan berikut ini:
- Rutin cuci tangan, terutama sebelum makan dan memasak serta setelah menggunakan toilet.
- Hindari perilaku seks tidak aman, yaitu berhubungan seks tanpa kondom dan sering berganti pasangan.
- Batasi atau hentikan konsumsi minuman beralkohol.
- Hindari konsumsi obat-obatan dalam dosis tinggi atau jangka panjang, terlebih jika tidak dianjurkan oleh dokter.
- Lengkapi imunisasi, termasuk imunisasi hepatitis B.
Selain itu, Anda juga perlu rutin menjalani pemeriksaan kesehatan ke dokter untuk mengetahui kondisi kesehatan Anda secara umum, termasuk fungsi hati.
Akan tetapi, jika Anda sudah merasakan gejala hepatitis seperti yang telah disebutkan sebelumnya, atau memiliki risiko tinggi untuk terkena penyakit hepatitis, janganlah menunda untuk berkonsultasi ke dokter untuk menjalani pemeriksaan dan mendapatkan penanganan hepatitis yang tepat.
Dengan deteksi dan penanganan hepatitis sejak dini, penyakit hepatitis memiliki risiko lebih rendah untuk berkembang menjadi penyakit hati yang berbahaya, seperti sirosis dan kanker hati.