Hepatitis E adalah peradangan hati yang disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Penularannya terjadi lewat makanan atau air yang terkontaminasi. Hepatitis E umumnya bisa sembuh sendiri, tetapi pada sebagian orang, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya.
Hepatitis E lebih jarang menyebabkan penyakit kronis dibandingkan tipe hepatitis lainnya. Sebagian besar penderitanya dapat pulih dalam beberapa bulan. Namun, pada ibu hamil, lansia, atau orang dengan daya tahan tubuh yang lemah, hepatitis E bisa berkembang menjadi penyakit liver yang parah.

Kasus hepatitis E masih ditemukan di Indonesia, terutama di daerah dengan keterbatasan air bersih. Penyakit ini juga lebih mudah menyebar di lingkungan yang belum menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Penyebab Hepatitis E
Hepatitis E disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Penularan utama virus ini adalah melalui air dan makanan yang tercemar tinja penderita hepatitis E, atau disebut dengan fekal-oral. Hal ini banyak terjadi di wilayah dengan kebersihan lingkungan dan sanitasi yang kurang baik.
Di negara berkembang, seperti Indonesia, penularan melalui air minum dan makanan yang terkontaminasi paling sering terjadi. Sementara di beberapa negara maju, penularan juga dapat terjadi dari hewan ke manusia, misalnya karena mengonsumsi daging babi, babi hutan, rusa, atau kerang yang terinfeksi dan belum dimasak hingga matang.
Pada kasus yang lebih jarang, hepatitis E dapat menular melalui transfusi darah. Ibu hamil yang terinfeksi pun berisiko menularkan virus ke bayi yang dikandungnya.
Gejala Hepatitis E
Setelah virus hepatitis E masuk ke tubuh, gejala biasanya tidak langsung muncul. Masa inkubasi, yaitu waktu dari virus masuk sampai gejala timbul, berkisar antara 2–10 minggu. Setelah itu, beberapa gejala berikut dapat terjadi:
- Kulit dan bagian putih mata menguning (jaundice)
- Urine berwarna gelap
- Tinja berwarna pucat
- Demam ringan
- Ruam kulit
- Nyeri otot
- Mual dan muntah
- Nafsu makan menurun
- Sakit perut bagian atas
- Hati membengkak
- Tubuh terasa sangat lelah
Tidak semua penderita hepatitis E menunjukkan gejala yang jelas. Pada banyak kasus, gejalanya ringan atau bahkan tidak terlihat sama sekali, terutama pada anak-anak.
Berdasarkan lamanya gejala berlangsung, hepatitis E dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
Hepatitis E akut
Infeksi hepatitis E akut hanya terjadi dalam jangka pendek. Pada sebagian besar kasus, daya tahan tubuh seseorang dapat melawan infeksi hepatitis E dengan baik sehingga penderita dapat sembuh dalam beberapa minggu.
Hepatitis E kronis
Berbeda dengan jenis akut, hepatitis E kronis terjadi dalam jangka panjang. Kondisi ini hanya terjadi ketika daya tahan tubuh melemah sehingga tidak mampu melawan virus, seperti pada penderita HIV/AIDS, dan orang yang menerima transplantasi organ.
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala hepatitis seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Penanganan dini perlu dilakukan supaya gejala tidak berkembang makin parah sekaligus mencegah komplikasi.
Pemeriksaan ke dokter juga diperlukan jika gejala hepatitis muncul pada ibu hamil, lansia, penderita penyakit hati lain, dan orang dengan daya tahan tubuh yang lemah. Kelompok tersebut berisiko tinggi terserang komplikasi berat akibat infeksi hepatitis E.
Untuk memudahkan Anda, Buat Janji Dokter kini bisa dilakukan secara online melalui aplikasi ALODOKTER. Melalui fitur tersebut, Anda bisa menemukan dokter terbaik dari berbagai kota, lengkap dengan jadwal praktik, estimasi biaya, hingga review dari jutaan pengguna.
Diagnosis Hepatitis E
Untuk mendiagnosis hepatitis E, dokter akan menanyakan kepada pasien terkait gejala, riwayat kesehatan, dan riwayat perjalanan pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan guna memastikan diagnosis, seperti:
- Tes darah, untuk mendeteksi antibodi terhadap virus hepatitis E di dalam darah
- Tes fungsi hati, untuk mengukur kadar enzim hati yang menentukan tingkat keparahan kerusakan hati
- Pemeriksaan feses, untuk mendeteksi virus hepatitis E dalam feses
Pengobatan Hepatitis E
Penderita hepatitis E umumnya dapat pulih dengan sendirinya dalam 4–6 minggu. Meski begitu, penderita disarankan melakukan beberapa upaya di bawah ini untuk membantu meringankan gejala yang muncul:
- Beristirahat dan tidur yang cukup
- Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi
- Memenuhi kebutuhan cairan dengan banyak minum
- Menghindari konsumsi minuman beralkohol
- Berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan obat tertentu, seperti paracetamol
Bagi penderita hepatitis E kronis dengan daya tahan tubuh lemah, dokter akan meresepkan obat antivirus seperti ribavirin. Sementara itu, bagi ibu hamil yang mengalami gejala hepatitis E, dokter akan menganjurkan rawat inap agar dapat terus memantau perkembangan penyakit.
Komplikasi Hepatitis E
Jika tidak segera ditangani, hepatitis E berisiko menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:
- Sirosis
- Gagal hati
- Gangguan saraf
- Gangguan ginjal
- Gangguan pembekuan darah
- Pankreatitis akut
- Radang sendi
- Miokarditis
- Tiroiditis
Hepatitis E pada ibu hamil sangat berbahaya, dapat menyebabkan gagal hati akut atau hepatitis fulminan, bahkan kematian ibu dan janin. Risiko terjadinya komplikasi lebih tinggi jika hepatitis E terjadi pada trimester kedua atau ketiga kehamilan. Selain itu, sekitar 10–30% ibu hamil di trimester ketiga juga lebih berisiko mengalami kematian akibat hepatitis E.
Pencegahan Hepatitis E
Hingga saat ini, belum ada vaksin yang tersedia secara umum untuk mencegah hepatitis E. Namun, untuk menurunkan risiko penularan, langkah berikut dapat diterapkan:
- Jangan minum air atau mengonsumsi es batu yang tidak terjamin kebersihannya.
- Jangan mengonsumsi daging babi, babi hutan, rusa liar, atau kerang yang tidak dimasak hingga matang.
- Cuci tangan secara rutin menggunakan sabun dan air mengalir setelah menggunakan toilet, mengganti popok bayi, sebelum memasak, serta sebelum dan sesudah makan.
- Jaga kebersihan dan sanitasi diri, lingkungan rumah, dan sekitarnya.