Cara mencegah stunting pada anak bisa dilakukan sejak masa kehamilan. Selama hamil, Bumil perlu selektif dalam memilih makanan, rutin melakukan pemeriksaan, serta menerapkan pola hidup sehat.

Seorang anak bisa dikatakan terkena stuntinjika tinggi badannya tampak lebih pendek dari anak-anak lain yang sebaya dengannya. Tidak hanya tampak pendek, stunting juga berisiko mengganggu perkembangan kognitif, mengganggu kemampuan belajar anak, dan meningkatkan risiko anak mengalami berbagai penyakit ketika dewasa.

5 Cara Mencegah Stunting pada Anak sejak Masa Kehamilan - Alodokter

Stunting pada anak dapat disebabkan oleh beragam faktor, mulai dari faktor genetik, kurangnya asupan nutrisi saat di dalam kandungan dan setelah lahir, infeksi berulang, hingga tingkat pengetahuan orang tua yang rendah mengenai tumbuh kembang normal anak.

Cara Mencegah Stunting pada Anak sejak Masa Kehamilan

Cara mencegah stunting pada anak bisa dilakukan sejak ibu mengandung. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan:

1. Penuhi kebutuhan nutrisi

Selama hamil, pastikan Bumil mengonsumsi cukup karbohidrat, lemak, dan protein. Selain itu, Bumil juga perlu mengonsumsi makanan dan minuman yang kaya vitamin dan mineral, yakni zat besi, asam folat, kolin, magnesium, yodium, zinc, vitamin A, vitamin B, dan vitamin D.

Bumil dianjurkan untuk mengonsumsi beragam jenis makanan sehat bergizi seimbang setiap hari, seperti:

  • Ikan atau seafood
  • Telur
  • Daging
  • Kacang-kacangan dan biji-bijian
  • Susu atau olahannya, seperti keju dan yoghurt
  • Buah dan sayuran.

Agar proses tumbuh kembang anak bisa berjalan dengan optimal, ia perlu mendapatkan asupan nutrisi yang cukup pada 1000 hari pertama kehidupannya, yakni sejak masih menjadi janin hingga usia sekitar 2 tahun.

2. Lakukan pemeriksaan kandungan secara rutin

Rutin melakukan pemeriksaan kandungan adalah hal yang tidak kalah penting dalam mencegah stunting pada anak. Pemeriksaan rutin selama kehamilan diperlukan untuk memantau tumbuh kembang janin dan mendeteksi apabila terdapat masalah pada janin atau kesehatan Bumil.

Dengan demikian, dokter bisa melakukan penanganan lebih awal agar anak tidak mengalami stunting dan menjaga kondisi kesehatan Bumil tetap baik.

3. Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga penting untuk Bumil jalani guna mencegah terjadinya infeksi selama kehamilan. Alasannya, infeksi bakteri, virus, atau parasit tertentu yang Bumil alami bisa meningkatkan risiko terjadinya stunting di kemudian hari atau bahkan masalah kesehatan lain yang lebih serius, seperti cacat bawaan lahir.

Oleh karena itu, ingatlah untuk selalu mencuci tangan dengan air dan sabun secara teratur, terutama saat sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah bepergian, dan setelah dari kamar mandi.

Selain itu, bila Bumil memiliki binatang peliharaan di rumah, terutama kucing, pastikan bahwa tempat kotorannya benar-benar terjaga kebersihannya. Saat membersihkan kotoran binatang peliharaan, selalu gunakan sarung tangan dan cuci tangan setelahnya.

4. Hindari paparan asap rokok

Untuk mendukung pertumbuhan janin yang sehat, Bumil juga harus berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok. Pasalnya, paparan asap rokok dapat meningkatkan risiko anak terlahir prematur, memiliki berat badan lahir rendah, hingga mengalami stunting.

Jika ada anggota keluarga yang merokok di rumah, Bumil sebaiknya meminta mereka untuk tidak merokok di dalam rumah. Sementara itu, saat berada di luar rumah, kenakan masker guna menghindari paparan polusi, debu, serta kuman dan virus di udara.

5. Berolahraga secara rutin

Berolahraga secara rutin saat hamil dapat mendukung kehamilan yang sehat sekaligus meningkatkan stamina dan kebugaran Bumil. Olahraga saat hamil juga baik untuk mendukung pertumbuhan janin dan mengurangi risiko terjadinya stunting pada anak setelah dilahirkan.

Itulah berbagai informasi seputar cara mencegah stunting pada anak yang bisa dilakukan sejak masa kehamilan. Apabila Bumil masih memiliki pertanyaan seputar cara mencegah stunting, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter, ya.