Pernah dengar penyakit demam keong? Penyakit ini sempat ramai diperbincangkan karena menginfeksi sejumlah orang di wilayah Sulawesi Tengah. Karena namanya masih terdengar asing, banyak orang menanyakan bagaimana gejala, cara penularan, dan bahaya demam keong.

Demam keong atau schitosomiasis merupakan penyakit infeksi cacing Schistosoma yang bisa hidup dan berkembang dalam tubuh keong atau siput dari genus Biomphalaria dan Bulinus. Penularannya terjadi saat seseorang kontak dengan air tawar yang terkontaminasi bentuk cercaria dari cacing Schistosoma.

Demam Keong Mewabah di Indonesia, Ini Gejala dan Cara Mencegahnya - Alodokter

Nah, karena itulah, salah satu faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya demam keong adalah pernah melakukan aktivitas di air tawar, seperti berenang atau menyelam.

Gejala Demam Keong yang Perlu Diwaspadai

Demam keong akan terjadi saat seseorang terpapar bentuk cercaria dari cacing Scistosoma yang menempel di kulit, kemudian masuk, berkembang, dan menyebar di dalam tubuh. Gejala demam keong muncul akibat proses migrasi atau perpindahan parasit dan respons sistem kekebalan tubuh terhadap telur cacing.

Gejala demam keong ini bisa terjadi akut (cepat) atau kronis (lambat laun dan lama). Gejala akut dan awal dari infeksi cacing Schistosoma bisa berupa gatal dan ruam pada kulit akibat parasit yang menempel di kulit dan masuk ke tubuh.

Selanjutnya, dalam periode 1–2 bulan setelah terpapar, cacing mulai menghasilkan telur dan akan muncul gejala demam keong akut lainnya, yaitu:

Selain gejala akut akibat reaksi sistem imun dari telur cacing, gejala demam keong kronis juga yang bisa muncul dan berkembang setelah beberapa bulan hingga tahun pascaterpapar parasit. Beberapa gejala yang bisa muncul adalah:

  • Sakit perut yang disertai membesarnya/membengkaknya perut (ascites)
  • Pembesaran organ hati (hepatomegali)
  • Kencing berdarah (hematuria)
  • Anyang-anyangan (dysuria)
  • Tinja berdarah
  • Batuk terus-menerus hingga mengi

Meski jarang terjadi, penderita demam keong bisa mengalami kejang, lumpuh, atau peradangan sumsum tulang belakang. Hal ini bisa terjadi jika cacing Schistosoma bertelur di otak atau sumsum tulang belakang.

Kalau tidak mendapatkan pengobatan, demam keong bisa menyebabkan kerusakan organ secara permanen.

Lakukan Ini untuk Mencegah Demam Keong

Sejauh ini, belum tersedia vaksin khusus untuk mencegah schistosomiasis. Jadi, jika kamu tinggal di wilayah dengan kasus demam keong cukup tinggi, hindari aktivitas berenang di danau, sungai, atau waduk, ya.

Selain itu, coba terapkan beberapa langkah berikut ini untuk mencegah penularan cacing schistosoma:

  • Jika menggunakan sumber air tawar, selalu rebus air sebelum diminum
  • Segera keringkan tubuh dengan handuk apabila tidak sengaja terpapar air dicurigai terkontaminasi
  • Hindari mencuci pakaian di sumber air yang terdapat banyak siput air tawar yang dicurigai terkontaminasi cacing schistosoma
  • Jangan memancing ikan di perairan yang telah terkontaminasi
  • Selalu gunakan air bersih untuk mandi, mencuci, dan mengolah air minum
  • Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Nah, kalau kamu atau anggota keluarga ada yang mengalami gejala demam keong atau schistosomiasis seperti yang telah disebutkan di atas, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter.

Soalnya, demam keong harus segera diobati. Praziquantel adalah salah satu obat yang bisa digunakan untuk membunuh cacing dewasa yang berada di dalam tubuh. Dengan begitu, gejala berat hingga kerusakan organ tubuh bisa dicegah.

Selain itu, dokter juga bisa memberikan penanganan untuk meredakan gejala atau mengurangi risiko terjadinya reaksi tubuh akibat pengobatan yang bisa terjadi.