Ensefalopati hepatik adalah kerusakan otak berat akibat penyakit liver yang parah dan berkepanjangan. Kondisi ini paling sering terjadi pada penderita sirosis hati. Ensefalopati hepatik harus segera ditangani karena dapat menyebabkan koma hingga kematian.

Liver memiliki banyak fungsi bagi tubuh, salah satunya adalah membersihkan tubuh dari racun. Pada penderita penyakit liver berkepanjangan (kronis), fungsi tersebut menjadi terganggu sehingga hati tidak dapat membersihkan racun.

Ensefalopati Hepatik - Alodokter

Zat beracun yang tidak bisa dikeluarkan dari tubuh lama-kelamaan akan menumpuk dan mengalir menuju otak, kemudian merusak otak. Kondisi ini disebut sebagai ensefalopati hepatik.

Penyebab Ensefalopati Hepatik

Ensefalopati hepatik disebabkan oleh racun, misalnya zat sisa dari pencernaan protein (amonia), yang menumpuk di dalam tubuh penderita penyakit hati. Pada kondisi normal, hati mengolah amonia menjadi urea. Selanjutnya, urea tersebut kemudian dibuang oleh ginjal melalui urine.

Dalam jangka panjang, racun yang menumpuk di dalam darah akan menyebar ke otak dan menyebabkan kerusakan sel-sel otak.

Sebanyak 50% ensefalopati hepatik terjadi pada penderita sirosis. Kondisi atau penyakit tertentu yang dapat memicu terjadinya ensefalopati hepatik pada penderita sirosis adalah:

  • Penurunan kadar oksigen dalam tubuh, misalnya akibat pneumonia
  • Perdarahan lambung
  • Infeksi
  • Dehidrasi
  • Gangguan ginjal
  • Konsumsi minuman beralkohol
  • Sembelit (konstipasi)
  • Operasi atau prosedur bedah
  • Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat tidur, antidepresan, atau antipsikotik

Selain sirosis, ensefalopati hepatik juga dapat terjadi pada penderita hepatitis fulminan, keracunan zat kimia berbahaya, penyakit hati terkait alkohol, kanker hati, penyakit pada kantung dan saluran empedu, dan sindrom Reye.

Gejala Ensefalopati Hepatik

Gejala ensefalopati hepatik dapat muncul secara tiba-tiba kemudian memburuk dengan cepat, bisa juga terjadi secara perlahan. Gejala awal ensefalopati hepatik dapat berupa:

  • Sulit berkonsentrasi
  • Gangguan memori dan belajar
  • Mudah marah atau malah euforia
  • Linglung

Jika tidak tertangani dengan baik, ensefalopati hepatik dapat memburuk dan menimbulkan gejala seperti berikut:

  • Rasa kantuk yang sangat parah
  • Gangguan perilaku
  • Bicara tidak jelas atau kacau
  • Tangan gemetar dengan gerakan seperti mengepak (flapping tremor)
  • Hilang ingatan (amnesia)
  • Kejang
  • Koma

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala di atas, terutama bila Anda menderita penyakit liver. Hal tersebut karena penderita penyakit liver sering kali tidak menyadari timbulnya gejala ensefalopati hepatik. Pemeriksaan dan pertolongan medis perlu segera dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Diagnosis Ensefalopati Hepatik

Dokter akan melakukan tanya jawab seputar gejala yang dialami pasien dan riwayat kesehatannya, dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik bisa dengan melihat warna kuning di mata, pembengkakan di perut (asites), pemeriksaan tremor, dan bau amonia pada napas pasien.

Setelah itu, dokter akan memeriksa kondisi kesadaran pasien, misalnya apakah pasien mengalami linglung.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang di bawah ini:

  • Tes darah, untuk memeriksa fungsi hati, mengukur kadar amonia dan elektrolit dalam darah, serta memeriksa fungsi ginjal
  • CT scan kepala, untuk melihat apakah ada kerusakan atau perdarahan di otak
  • Elektroensefalografi (EEG), untuk mengukur aktivitas listrik otak dengan menempelkan sensor di kepala
  • Tes protombin dan pembekuan darah, untuk mengukur kecepatan pembekuan darah dan tanda-tanda gangguan pembekuan darah yang sering terjadi pada penyakit hati

Pengobatan Ensefalopati Hepatik

Pengobatan ensefalopati hepatik akan disesuaikan dengan tingkat keparahan yang dialami pasien. Jika terjadi gangguan fungsi otak yang parah, pasien akan dirawat di rumah sakit. Penanganan yang akan dilakukan oleh dokter antara lain:

  • Menghentikan perdarahan di saluran pencernaan
  • Mengobati infeksi
  • Melakukan prosedur cuci darah jika pasien mengalami gagal ginjal
  • Mengobati gangguan elektrolit, yang sering terjadi pada pasien dehidrasi dan penyakit hati

Untuk membantu menurunkan kadar amonia dalam darah, ada obat-obatan yang dapat diberikan oleh dokter, di antaranya:

  • Laktulosa, yaitu obat untuk mengurangi jumlah amonia yang dapat diserap oleh tubuh
  • Rifaximin, yaitu obat untuk menurunkan atau menghentikan produksi amonia oleh bakteri di dalam usus

Selain pemberian obat-obatan di atas, dokter juga dapat memberikan penanganan lain sesuai dengan kondisi pemicu ensefalopati hepatik. Sebagai contoh, jika infeksi bakteri memicu terjadinya kondisi ini, maka dokter akan mengatasinya dengan pemberian antibiotik.

Untuk mempercepat penyembuhan, dokter juga akan menyarankan pasien untuk melakukan beberapa hal berikut:

  • Mengurangi makan daging untuk mengurangi kadar amonia
  • Makan dalam porsi kecil tetapi sering
  • Berhenti mengonsumsi minuman beralkohol
  • Menjalani pola hidup bersih dan sehat untuk menghindari infeksi
  • Berhenti mengonsumsi obat-obatan yang berdampak pada hati, seperti obat penenang
  • Mengonsumsi lebih banyak serat dan minum air putih yang cukup untuk mencegah sembelit

Komplikasi Ensefalopati Hepatik

Ensefalopati hepatik yang tidak tertangani dapat menimbulkan komplikasi berupa:

  • Pembengkakan otak (herniasi otak)
  • Kerusakan pada banyak organ
  • Kematian

Pada pasien sirosis, ensefalopati hepatik dapat kambuh berkali-kali dan makin memburuk.

Pencegahan Ensefalopati Hepatik

Pencegahan ensefalopati hepatik adalah dengan mencegah penyakit liver. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:

  • Hindari konsumsi minuman beralkohol.
  • Jaga berat badan ideal sesuai indeks massa tubuh.
  • Konsumsi makanan bergizi seimbang, serta hindari makanan tinggi lemak dan gula.
  • Lakukan olahraga minimal 30 menit setiap hari.
  • Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara rutin.
  • Jangan menggunakan narkoba.
  • Hindari kontak dengan orang sakit, terutama penderita hepatitis akibat virus
  • Lakukan vaksin hepatitis sesuai jadwal dari dokter.
  • Lakukan pemeriksaan rutin ke dokter untuk memantau kesehatan liver.