Erotomania adalah gangguan di mana penderitanya yakin bahwa ada orang yang mencintainya, padahal sebenarnya hal tersebut tidak pernah terjadi. Selain itu, penderita erotomania dan orang yang dijadikan objek khayalan ini biasanya tidak saling mengenal. 

Mengagumi seseorang selama masih dalam batas wajar merupakan hal yang normal terjadi. Namun, pada erotomania, penderita memiliki pemikiran yang kuat (delusi) bahwa dirinya disukai dan sudah menjalin asmara dengan seseorang, padahal orang tersebut tidak mengenal atau bahkan belum pernah bertemu dengan penderita.

Erotomania

Siapa pun bisa menjadi objek khayalan penderita erotomania. Namun, kekasih khayalan penderita erotomania biasanya adalah tokoh terkenal, seperti aktor atau penyanyi. Penderita erotomania tidak akan menerima bukti konkret apa pun yang menunjukkan bahwa pemikirannya salah.

Penyebab Erotomania

Erotomania terjadi ketika seseorang kesulitan membedakan mana hal yang bersifat kenyataan atau merupakan imajinasi. Kondisi ini membuat penderitanya salah mengartikan maksud atau tindakan orang lain yang mungkin tidak berbuat sesuatu, tetapi mengiranya sebagai ungkapan ketertarikan. 

Penyebab imajinasi atau khayalan pada penderita erotomania belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, gangguan ini diduga disebabkan oleh banyak faktor, seperti genetik, psikologis, gaya hidup, atau lingkungan. 

Adanya media sosial dapat memperburuk erotomania. Hal ini karena media tersebut memudahkan penderita mengakses informasi sehingga memungkinkannya melihat aktivitas orang yang “menyukainya” tanpa perlu bertemu secara langsung.

Erotomania bisa terjadi sebagai penyakit tunggal. Namun, gangguan mental ini mungkin juga merupakan gejala dari kondisi atau penyakit yang memengaruhi cara berpikir seseorang. Kondisi atau penyakit tersebut antara lain:

Gejala Erotomania

Gejala erotomania bisa berbeda-beda pada tiap penderitanya. Secara umum, erotomania dapat menyebabkan perubahan pada emosi dan perilaku penderitanya. Berikut ini adalah penjelasannya:

Gejala pada emosional

Secara emosional, penderita erotomania bisa mengalami gejala-gejala, seperti:

  • Sering merindukan kekasih khayalannya
  • Merasa kesepian atau hampa
  • Memiliki self esteem yang rendah
  • Merasa bersalah dan malu
  • Mengabaikan ungkapan penolakan atau ketidaktertarikan dari orang lain
  • Menolak menerima kebenaran atau penjelasan dari orang lain bahwa hal yang diyakini adalah salah
  • Cemburu dan mencurigai bahwa kekasih khayalannya tidak setia kepadanya
  • Kurang berminat pada aktivitas sehari-hari, kecuali yang berkaitan dengan kekasih khayalannya

Gejala pada perilaku

Sementara itu, gejala-gejala perilaku pada penderita erotomania antara lain:

  • Menunjukkan ekspresi marah pada teman cerita yang tidak mempercayai jika ada orang lain yang mencintai penderita
  • Menghabiskan waktu lebih lama dalam khayalan meskipun berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari, seperti pekerjaan atau sekolah
  • Merasa orang yang dianggap mencintai berusaha berkomunikasi secara rahasia dengan dirinya melalui pemilihan pakaian, gerak-gerik, hingga status media sosial
  • Berusaha berkomunikasi dengan orang yang diyakini mencintainya, misalnya mengirim pesan atau komentar di media sosial
  • Mendekati orang yang diyakini mencintainya secara langsung
  • Mengganggu orang lain yang dianggap memiliki hubungan dengan orang yang ia yakini jatuh cinta padanya 
  • Pada pria, penderita bisa berperilaku agresif terhadap orang yang ia percaya mencintainya

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas. Erotomania harus segera ditangani agar tidak membahayakan kondisi penderitanya dan orang lain.

Jika Anda melihat atau menduga orang terdekat menunjukkan ciri-ciri erotomania, jangan langsung mengatakan bahwa ia salah dan harus menjalani terapi. Mulailah dengan bicara tentang perasaannya terhadap orang yang ia cintai. 

Setelah itu, pelan-pelan ajaklah ia untuk berkonsultasi dengan dokter, misalnya untuk membicarakan perasaan cinta dan rindu mendalam yang ia rasakan.

Diagnosis Erotomania

Diagnosis erotomania dimulai dengan tanya jawab mengenai kondisi pasien. Hal-hal yang ditanyakan dokter meliputi:

  • Gejala yang dialami dan durasinya
  • Penyakit yang sedang dialami
  • Penyakit di dalam keluarga

Setelah itu, dokter akan menggunakan kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) guna mendiagnosis erotomania. Beberapa kriteria yang menunjukkan pasien mengalami kondisi ini adalah:

  • Delusi yang berlangsung selama 1 bulan atau lebih
  • Gejala yang dialami penderita tidak mengacu pada skizofrenia, gangguan mood, atau penyalahgunaan alkohol atau NAPZA
  • Tidak ada gangguan pada perilaku sehari-hari 

Pengobatan Erotomania

Penanganan erotomania bertujuan untuk mengatasi gejala dan meningkatkan kualitas hidup penderitanya. Ada dua metode untuk mengobati erotomania, yaitu:

Psikoterapi

Terapi perilaku kognitif merupakan salah satu jenis psikoterapi yang dapat dilakukan untuk mengobati erotomania. Seorang terapis akan mengajarkan pasien untuk menggali penyebab emosi dan perilakunya, serta mengubah pola pikir yang memicu timbulnya keyakinan yang ia miliki. 

Obat-obatan

Selain menjalani psikoterapi, pasien mungkin akan diberikan obat-obatan, seperti antipsikotik, antidepresan, atau pengendalil suasana hati (mood stabilizers). Obat tersebut dapat mengurangi delusi dan gejala erotomania lain meski mungkin butuh waktu 4–6 minggu hingga efeknya maksimal.

Komplikasi Erotomania

Erotomania yang tidak ditangani dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya dan menimbulkan komplikasi, seperti:

  • Tertinggal dalam urusan pekerjaan, studi, atau hubungan sosial
  • Terjerat masalah hukum karena menguntit (stalking) orang yang dianggap mencintainya, atau bahkan melakukan aksi kriminal, seperti mengancam atau melecehkan
  • Dijauhi oleh anggota keluarga atau teman yang mencoba memberikan nasihat
  • Terasingkan dari lingkungan atau dianggap berbahaya

Pencegahan Erotomania

Belum ada cara pasti yang dapat mencegah erotomania. Namun, jika Anda sedang menjalani terapi untuk kondisi ini, ada upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mendukung proses terapinya, antara lain:

  • Berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui hal yang bisa memicu terjadinya gejala dan cara mencegahnya
  • Tidak melewatkan jadwal kontrol ke dokter, terutama bila muncul gejala baru atau mungkin mengalami efek samping obat
  • Beristirahat atau tidur yang cukup 
  • Mengelola stres dengan baik, misalnya dengan meditasi
  • Membangun komunikasi dengan orang baru, misalnya bergabung dengan organisasi tertentu
  • Mempelajari keterampilan atau membangun hobi baru
  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
  • Berolahraga secara rutin