Delusi atau waham adalah salah satu jenis gangguan mental serius. Dalam istilah medis, delusi disebut juga psikosis. Kondisi ini ditandai dengan kesulitan untuk membedakan hal mana yang bersifat nyata dan mana yang berupa imajinasi.
Penderita gangguan delusi sering meyakini hal-hal yang tidak nyata atau tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Meski sudah terbukti bahwa apa yang diyakininya tidak benar, penderita delusi tetap akan berpegang teguh pada pemikirannya dan menganggap bahwa apa yang ia yakini tersebut benar.
Sebagai contoh, orang yang memiliki gangguan delusi bisa saja sangat percaya dengan keberadaan alien atau UFO. Orang tersebut juga bisa saja merasa paranoid dan meyakini bahwa ada orang yang ingin menyakiti atau membunuhnya, padahal sebenarnya tidak ada.
Jika tidak mendapatkan pengobatan, penderita gangguan mental ini akan sulit untuk berinteraksi dengan orang lain dan menjalani hidup yang produktif.
Penyebab dan Faktor Risiko Gangguan Delusi
Penyebab terjadinya gangguan delusi belum diketahui secara pasti. Namun,i kelainan mental ini diketahui berkaitan dengan beragam faktor pemicu, mulai dari faktor keturunan atau genetik, biologis, lingkungan, hingga gangguan psikologis.
Orang yang memiliki keluarga dengan riwayat gangguan delusi atau penyakit jiwa tertentu, seperti skizofrenia, diketahui memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami delusi.
Selain itu, risiko terjadinya delusi juga kerap dikaitkan dengan stres berat, gangguan kepribadian, penyalahgunaan obat-obatan, kecanduan narkoba atau minuman beralkohol, dan gangguan pada otak akibat cedera kepala berat atau penyakit tertentu, seperti penyakit Parkinson, penyakit Huntington, demensia, dan stroke.
Beragam Jenis Gangguan Delusi
Gangguan delusi terbagi menjadi beberapa jenis. Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Waham kebesaran (grandiose)
Penderita delusi jenis ini cenderung merasa bahwa ia lebih berkuasa, hebat, cerdas, dan memiliki status sosial lebih tinggi. Ia juga meyakini bahwa dirinya telah melakukan suatu penemuan penting atau memiliki bakat yang hebat sehingga memiliki tendensi untuk bersifat narsistik.
Selain itu, penderita waham kebesaran juga yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan spesial atau relasi dengan figur besar, seperti presiden atau selebritas terkenal. Padahal, kenyataannya tidak demikian.
2. Erotomania
Jenis delusi berikutnya adalah erotomania. Penderita erotomania meyakini bahwa dirinya sangat dicintai atau dikagumi oleh orang lain, biasanya orang yang terkenal atau memiliki kedudukan penting, misalnya artis atau tokoh tertentu.
Penderita gangguan delusi ini bahkan bisa menguntit dan berusaha melakukan kontak dengan orang yang menjadi sasaran delusinya.
3. Waham kejar (persecutory)
Penderita waham kejar selalu merasa terancam, karena ia yakin bahwa ada orang lain yang hendak menganiaya dirinya, memata-matai, atau berencana mencelakainya. Orang yang memiliki waham kejar juga cenderung sulit mempercayai orang lain.
Sebagai contoh, ketika tetangga melewati rumahnya, ia bisa saja menganggap bahwa tetangga tersebut ingin membunuhnya, padahal tidak.
4. Waham cemburu
Pada delusi jenis ini, penderitanya percaya bahwa pasangannya tidak setia kepada dirinya. Namun, hal ini tidak didukung dengan fakta apa pun. Terkadang, orang yang waham cemburu bisa menjadi sangat posesif dengan pasangannya.
5. Waham rujukan
Orang yang memiliki waham rujukan kerap mengaitkan suatu kejadian dengan peristiwa tertentu, padahal keduanya tidak berhubungan sama sekali. Sebagai contoh, ketika melihat kucing lewat, ia mungkin menganggap bahwa akan ada bencana besar.
6. Waham aneh (bizarre)
Gangguan delusi ini membuat penderitanya kerap meyakini hal-hal yang aneh dan tidak masuk akal. Misalnya, ia meyakini bahwa dirinya bisa menjadi tembus pandang, bisa berbicara dengan hewan, atau merasa pikirannya dikendalikan oleh robot atau alien.
7. Delusi campuran
Pada kasus ini, penderitanya mengalami dua jenis gangguan delusi atau lebih, misalnya campuran antara waham aneh dan erotomania.
Berbagai Macam Gejala Gangguan Delusi
Seseorang dikatakan menderita gangguan delusi apabila ia mengalami gejala delusi setidaknya selama 1 bulan. Gangguan ini dapat bertahan dalam beberapa bulan, tetapi bisa juga lebih lama dengan intensitas yang datang dan pergi.
Gejala delusi bisa berbeda-beda pada setiap orang, tetapi umumnya berupa:
- Perubahan suasana hati dan emosi, misalnya mudah marah
- Mudah cemas dan depresi
- Yakin dengan hal-hal yang tidak masuk akal, termasuk kehamilan palsu
- Perubahan perilaku
- Halusinasi, misalnya penderita delusi merasa bahwa dirinya kerap melihat sosok tertentu, padahal sosok tersebut tidak dilihat oleh orang lain
Gangguan delusi bisa membuat penderitanya sulit untuk menjalin interaksi sosial dengan orang lain serta menjalani hidup yang produktif. Pada tahap yang lebih serius, delusi bisa muncul sebagai gejala dari gangguan mental psikosis. Kondisi ini bisa berbahaya bagi pasien maupun orang di sekitarnya.
Oleh karena itu, orang yang menderita gangguan delusi perlu mendapatkan pemeriksaan dan penanganan dari psikiater. Untuk memeriksa kondisi pasien, psikiater bisa melakukan pemeriksaan kejiwaan.
Setelah penyebab dan jenis gangguan delusi yang dialami pasien diketahui, psikiater akan memberikan penanganan untuk memperbaiki gejala dan kualitas hidup pasien. Penanganan ini bisa berupa pemberian obat-obatan antipsikotik dan psikoterapi, misalnya terapi perilaku kognitif.