Frambusia adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum pertenue. Infeksi ini biasanya terjadi di negara wilayah tropis yang memiliki sanitasi buruk, seperti Afrika, Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Oceania.
Frambusia dikenal juga sebagai frambesia tropica atau patek. Penyakit ini bisa menular melalui kontak langsung dengan ruam pada kulit yang terinfeksi. Pada awalnya, frambusia hanya akan menyerang kulit. Namun, seiring berjalannya waktu, penyakit ini juga dapat menyerang tulang dan sendi.
Penyebab Frambusia
Frambusia atau yaws terjadi akibat infeksi bakteri Treponema pallidum pertenue. Bakteri penyebab frambusia dapat masuk ke dalam tubuh seseorang melalui luka terbuka atau goresan di kulit. Cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan ruam kulit pada penderita frambusia.
Meski sama-sama disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, frambusia tidak menular melalui hubungan seksual seperti halnya sifilis. Frambusia juga tidak ditularkan dari ibu ke janin pada masa kehamilan atau persalinan.
Bakteri Treponema jenis carateum juga merupakan penyebab penyakit pinta. Akan tetapi, gejala pinta lebih ringan daripada frambusia dan sifilis.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena frambusia, yaitu:
- Tinggal di negara endemik frambusia
- Berusia di bawah 15 tahun, terutama usia 6–10 tahun
- Tinggal di daerah dengan sanitasi yang buruk
- Mengalami kemiskinan
Gejala Frambusia
Gejala frambusia dibagi dalam beberapa tahapan, seperti dijelaskan berikut ini:
Tahap primer
Tahap ini muncul sekitar 2–4 minggu setelah penderita terpapar bakteri penyebab frambusia. Penderita akan mengalami ruam kulit serupa dengan stroberi. Ruam yang disebut mother yaw ini berwarna kuning dengan garis merah yang mengelilinginya.
Ruam frambusia dapat timbul di area kulit penderita yang terpapar bakteri, umumnya di kaki. Ruam tersebut tidak terasa sakit, tetapi gatal. Umumnya, mother yaw menghilang dengan sendirinya setelah 3−6 bulan.
Pada tahap ini, penderita juga dapat mengalami gejala lain, seperti demam, nyeri sendi, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Tahap laten
Pada tahap laten, penderita tidak mengalami gejala, tetapi bakteri tetap ada di dalam tubuh. Tahap ini muncul pada setiap pergantian tahap. Tahap laten dari primer ke sekunder berlangsung 6–16 minggu. Pada tahap ini, infeksi masih bisa ditularkan ke orang lain meski penderitanya tidak mengalami gejala.
Sementara itu, tahap laten dari sekunder ke tersier dapat berlangsung selama 5–15 tahun. Pada tahap ini, penderita tidak mengalami gejala apa pun dan tidak menularkan frambusia kepada orang lain. Namun, jika tidak ditangani, penderita akan memasuki tahap tersier.
Tahap sekunder
Pada tahap sekunder, ruam kulit dapat muncul di berbagai bagian tubuh, seperti kaki, lengan, wajah, dan bokong. Penderita juga dapat memiliki ruam kulit yang terasa nyeri di telapak kaki. Akibatnya, penderita mulai merasa sulit untuk berjalan dan mengalami perubahan pada gaya berjalan. Kondisi ini sering disebut dengan crab yaws.
Tahap sekunder juga mengakibatkan timbulnya peradangan pada lapisan terluar tulang (osteoperiostitis) dan pembengkakan jaringan di sekitar tulang jari-jari kaki. Peradangan ini juga dapat menimbulkan nyeri.
Tahap tersier
Jika tidak ditangani, frambusia dapat memasuki tahap tersier. Tahap ini jarang terjadi, yaitu hanya sekitar 10% dari penderita frambusia. Pada tahap tersier, ruam kulit akan muncul dan berkembang sehingga mengakibatkan kerusakan pada kulit, tulang, dan sendi.
Penderita frambusia pada tahap tersier juga dapat mengalami kerusakan pada wajah yang bisa meliputi sindrom goundou dan sindrom gangosa.
Sindrom goundou merupakan pembengkakan pada jaringan hidung, dan pembentukan tulang berlebih di wajah, sedangkan sindrom gangosa merupakan gangguan pada sel saraf di hidung, tenggorokan, serta langit-langit mulut.
Kapan harus ke dokter
Segera ke dokter jika Anda atau anak Anda mengalami ruam kulit seperti yang telah disebutkan di atas, terutama jika Anda tinggal atau pernah berpergian ke negara endemik frambusia.
Seperti yang diketahui, penyakit ini dapat berkembang seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, pemeriksaan dan pengobatan sejak dini sangat diperlukan untuk mencegah perkembangan penyakit hingga tahap lanjut.
Diagnosis Frambusia
Dokter akan mengawali diagnosis dengan melakukan tanya jawab mengenai gejala, riwayat kesehatan, dan riwayat perjalanan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk memeriksa ruam kulit yang muncul.
Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, yaitu:
- Tes venereal disease research laboratory (VDRL), untuk mendeteksi antibodi dalam tubuh yang melawan bakteri penyebab frambusia
- Biopsi kulit, untuk mengetahui jenis bakteri penyebab frambusia dengan mengambil dan memeriksa sampel jaringan di kulit
Pengobatan Frambusia
Pengobatan frambusia bertujuan untuk mengatasi infeksi sehingga kondisi pasien tidak makin memburuk. Pengobatannya dilakukan dengan pemberian antibiotik, antara lain:
-
Azithromycin
Azithromycin merupakan pengobatan utama yang diberikan kepada pasien frambusia. Obat ini diberikan dalam bentuk obat minum (oral) yang dosisnya akan ditentukan oleh dokter. -
Penisilin benzatin
Jika azithromycin oral tidak efektif atau pasien memiliki kondisi yang tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi azithromycin, dokter dapat memberikan penisilin Obat ini akan diberikan melalui suntikan.
Dokter akan meminta pasien agar kembali lagi dalam 4 minggu setelah antibiotik diberikan, untuk memantau efektivitas obat. Jika pasien tinggal bersama orang lain, dokter akan menganjurkan orang tersebut untuk menjalani pemeriksaan untuk mencegah penularan frambusia.
Komplikasi Frambusia
Jika tidak ditangani, frambusia dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:
- Kerusakan kulit
- Kerusakan tulang
- Kesulitan bergerak
- Kelainan bentuk kaki, hidung, langit-langit mulut, dan rahang atas
- Infeksi bakteri sekunder
- Pembentukan jaringan parut
Pencegahan Frambusia
Belum ada vaksin yang dapat mencegah terjadinya frambusia. Meski demikian, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya frambusia, yaitu:
- Mencuci tangan secara rutin dengan sabun dan air mengalir
- Menjalani pola hidup bersih dan sehat (PHBS)
- Menghindari kontak langsung dengan penderita frambusia
- Menjaga kebersihan sanitasi dan lingkungan sekitar
Pastikan untuk segera ke dokter jika Anda kontak dengan penderita frambusia dan mengalami gejala frambusia.