Hipoventilasi adalah kondisi ketika laju pernapasan menjadi terlalu lambat dan pendek. Akibatnya, tubuh kekurangan oksigen dan karbon dioksida menumpuk di dalam darah. Jika terlambat ditangani, hipoventilasi bisa menimbulkan komplikasi berbahaya, seperti gagal napas atau koma.

Proses pernapasan normal terjadi ketika oksigen dihirup dan masuk ke paru-paru, kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh, lalu dikeluarkan kembali sebagai karbon dioksida. Namun, pada hipoventilasi, karbon dioksida tidak bisa dibuang dari tubuh sehingga membuatnya menumpuk di dalam darah (hiperkapnia).

Hipoventilasi

Hipoventilasi terkadang juga dapat menurunkan kadar oksigen yang terhirup dari udara. Akibatnya, oksigen yang mencapai paru-paru berkurang dan kadar oksigen dalam darah menurun di bawah batas normal (hipoksemia).

Penyebab Hipoventilasi

Hipoventilasi terjadi akibat kondisi tertentu, efek samping obat-obatan, dan penyakit lain yang dapat melambatkan laju pernapasan. Berikut ini adalah contoh-contoh penyebab hipoventilasi:

  • Sindrom hipoventilasi obesitas, yaitu gangguan pernapasan yang terjadi pada orang dengan berat badan berlebih
  • Gangguan pada paru-paru, misalnya penyakit paru obstruktif kronis atau radang selaput paru-paru (pleuritis)
  • Sleep apnea
  • Stroke
  • Hipotiroidisme
  • Gangguan pada saraf yang mengontrol otot pernapasan, misalnya cedera saraf tulang belakang, multiple sclerosis, dan amyotrophic lateral sclerosis (ALS)
  • Kelainan pada otot, seperti distrofi otot, yang membuat otot pernapasan tidak bisa bekerja secara optimal
  • Kelainan bentuk dada atau tulang belakang, misalnya pectus excavatum, skoliosis, ankylosing spondylitis, atau tulang rusuk patah 
  • Tetanus
  • Botulisme, yaitu keracunan zat yang berasal dari bakteri Clostridium botulinum
  • Efek samping obat-obatan, seperti opioid, benzodiazepin, barbiturat, zolpidem, atau obat bius (anestesi)
  • Penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau NAPZA

Gejala Hipoventilasi

Gejala hipoventilasi dapat berbeda-beda pada tiap penderitanya. Namun, keluhan yang umumnya muncul adalah:

  • Pernapasan yang lambat dan pendek
  • Sering mengantuk
  • Pusing
  • Mual dan muntah
  • Lelah atau lesu
  • Sakit kepala ketika baru bangun tidur pada pagi hari
  • Selalu merasa tidak cukup tidur 
  • Sering terbangun pada malam hari
  • Kerap mendengkur 
  • Sesak napas
  • Napas tersengal-sengal 
  • Jantung berdetak cepat

Kapan harus ke dokter

Segera ke dokter jika mengalami gejala-gejala di atas, terutama bila Anda menderita penyakit yang bisa mengakibatkan terjadinya hipoventilasi. Kondisi ini harus segera ditangani untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.

Jangan tunda untuk mencari pertolongan medis atau ke IGD rumah sakit terdekat jika Anda melihat orang mengalami gejala yang lebih serius, seperti:

  • Sakit dada
  • Kejang 
  • Linglung
  • Paranoid
  • Kulit, kuku, atau bibir membiru
  • Penurunan kesadaran

Diagnosis Hipoventilasi

Untuk mendiagnosis hipoventilasi, dokter akan menanyakan hal-hal berikut kepada pasien:

  • Gejala yang muncul
  • Penyakit yang sedang diderita
  • Obat-obatan yang sedang digunakan

Selanjutnya, dokter akan menegakkan diagnosis hipoventilasi dengan melakukan tes penunjang berikut:

  • Oksimetri yang digunakan semalaman, untuk mengukur saturasi oksigen darah saat tidur 
  • Polisomnografi atau studi tidur, untuk mendeteksi sleep apnea atau sindrom hipoventilasi obesitas
  • Analisis gas darah arteri, untuk mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan tingkat keasaman darah
  • Tes darah hematokrit dan hemoglobin, untuk mengukur seberapa banyak sel darah merah
  • Tes fungsi paru, untuk menghitung jumlah udara yang dapat ditampung oleh paru-paru dan seberapa cepat udara dikeluarkan dari paru-paru
  • CT scan atau foto Rontgen dada, untuk mendeteksi gangguan pada paru-paru
  • MRI kepala atau tulang belakang, untuk melihat kondisi sistem saraf pusat
  • Elektromiografi, untuk mengukur kemampuan otot pernapasan untuk bergerak

Pengobatan Hipoventilasi

Pengobatan hipoventilasi bertujuan untuk mengatasi penyebabnya dan mengembalikan keseimbangan kadar oksigen di dalam darah. Berikut adalah beberapa metode penanganan hipoventilasi dan penjelasannya:

Terapi oksigen

Penanganan pertama untuk hipoventilasi yang ringan biasanya dilakukan dengan terapi oksigen. Pada terapi ini, pasien akan diberikan oksigen tambahan guna mengembalikan kadar oksigen agar kembali normal. Dengan begitu, gejala gangguan pernapasan akibat hipoventilasi bisa mereda. 

Pemberian obat-obatan

Jenis obat-obatan yang umumnya dapat diberikan untuk menangani hipoventilasi antara lain:

Terapi positive airway pressure (PAP)

Continuous positive airway pressure (CPAP) merupakan salah satu jenis alat yang dapat digunakan untuk mengatasi hipoventilasi akibat sleep apnea. Masker dari mesin CPAP akan dipasangkan pada hidung pasien sebelum tidur. 

Mesin CPAP dapat mengalirkan udara dan menjaga saluran napas pasien tetap terbuka selama tidur. Selain CPAP, terdapat alat bilevel positive airway pressure (BiPAP), yang bisa juga digunakan untuk terapi pada penderita hipoventilasi.

Perbaikan gaya hidup

Jika hipoventilasi berkaitan dengan obesitas, pasien akan diminta untuk menurunkan berat badan dan melakukan lebih banyak aktivitas fisik. Pasien juga disarankan untuk berolahraga secara rutin, setidaknya 30 menit per hari atau 5 kali dalam seminggu

Tindakan operasi dapat disarankan bila hipoventilasi disebabkan oleh kelainan bentuk dada, misalnya pada pectus excavatum. Pada prosedur tersebut, dokter akan memasukkan logam yang berbentuk melengkung untuk mengangkat tulang dada atau memperbaiki tulang dada agar kembali ke posisi normal.

Komplikasi Hipoventilasi

Jika tidak ditangani, hipoventilasi dapat menyebabkan komplikasi yang berakibat fatal, seperti:

  • Asidosis respiratorik
  • Gagal jantung
  • Hipertensi pulmonal, yaitu tingginya tekanan darah pada arteri di paru-paru
  • Gagal napas
  • Koma

Pencegahan Hipoventilasi

Ada beberapa upaya yang dapat Anda lakukan untuk meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan menurunkan risiko terjadinya hipoventilasi, misalnya dengan:

  • Tidak merokok dan sebisa mungkin menghindari paparan asap rokok
  • Melakukan latihan pernapasan untuk menjaga fungsi paru-paru
  • Menjalani pengobatan secara teratur jika mengalami penyakit yang bisa menyebabkan hipoventilasi
  • Tidak menyalahgunakan obat-obatan
  • Mengonsumsi obat-obatan sesuai anjuran dokter atau aturan pakai yang tertera pada kemasan
  • Berkonsultasi dengan dokter jika perlu menggunakan dua jenis obat atau lebih secara bersamaan
  • Tidak mengonsumsi minuman beralkohol selama menjalani terapi dengan obat apa pun