Kalsirox adalah obat untuk mengatasi kelebihan zat besi di dalam tubuh. Obat ini biasanya diberikan kepada pasien yang menjalani transfusi darah berulang, misalnya untuk penanganan thalasemia. Kalsirox tersedia dalam bentuk tablet dispersibel dan hanya bisa diperoleh dengan resep dokter.

Kalsirox mengandung deferasirox sebagai bahan aktifnya. Deferasirox bekerja dengan cara mengikat kelebihan zat besi dalam tubuh, kemudian membuangnya bersama tinja. Penggunaan Kalsirox sangat penting untuk mencegah kerusakan organ-organ akibat penumpukan zat besi, terutama pada pasien yang sering menerima transfusi darah.

Kalsirox

Produk Kalsirox

Kalsirox hadir dalam sediaan tablet dengan kandungan deferasirox yang bervariasi, yaitu:

  • Kalsirox 250 mg 10 tablet dispersibel, yang mengandung 250 mg deferasirox tiap tabletnya
  • Kalsirox 500 mg 7 tablet dispersibel, dengan kandungan 500 mg deferasirox setiap tabletnya

Apa Itu Kalsirox

Bahan aktif Deferasirox
Golongan Obat resep
Kategori Agen pengkelat besi
Manfaat  Menangani kelebihan zat besi akibat transfusi darah berulang pada thalasemia atau anemia sel sabit
Digunakan oleh Dewasa dan anak usia ≥6 tahun
Kalsirox untuk ibu hamil Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil. 
Obat ini hanya boleh digunakan jika dokter menyatakan besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Kalsirox untuk ibu menyusui Deferasirox dalam Kalsirox umumnya aman digunakan oleh ibu menyusui selama mengikuti anjuran dokter. Namun, kadar zat besi dalam tubuh bayi mungkin akan dipantau secara rutin oleh dokter.
Bentuk obat Tablet dispersibel

Peringatan sebelum Menggunakan Kalsirox

Penggunaan Kalsirox harus mengikuti saran dari dokter. Sebelum memakai obat ini, ada baiknya Anda memperhatikan beberapa informasi penting berikut:

  • Beri tahu dokter mengenai riwayat alergi yang dimiliki. Orang yang alergi terhadap deferasirox tidak boleh mengonsumsi obat ini.
  • Sampaikan kepada dokter jika Anda pernah atau sedang mengalami anemia, katarak, glaukoma, gangguan pendengaran, penyakit ginjal, perdarahan saluran pencernaan, tukak lambung, sindrom mielodisplasia, kanker, penyakit liver, atau trombositopenia.
  • Informasikan kepada dokter perihal penggunaan Kalsirox jika Anda menggunakan obat, suplemen, atau produk herbal tertentu. Tujuannya adalah untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan.
  • Jangan langsung melakukan aktivitas yang memerlukan kewaspadaan, seperti berkendara, setelah mengonsumsi Kalsirox. Obat ini dapat menyebabkan pusing.
  • Pastikan untuk memberi tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
  • Hindari konsumsi minuman beralkohol selama menjalani pengobatan dengan Kalsirox. Hal ini karena minuman tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping.
  • Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius selama menggunakan Kalsirox.

Dosis dan Aturan Pakai Kalsirox

Secara umum, berikut adalah dosis Kalsirox untuk mengatasi penumpukan zat besi akibat transfusi darah yang berulang dan terus-menerus:

  • Dewasa dan anak usia ≥6 tahun: Dosis awal 20 mg/kgBB, 1 kali sehari. Dosis bisa ditingkatkan atau diturunkan menjadi 5–10 mg, mg/kgBB, setiap 3–6 bulan. Dosis maksimal 40 mg/kgBB per hari. Hentikan pengobatan jika kadar zat besi dalam tubuh (konsentrasi serum ferritin) turun hingga <500 mcg/L.

Cara Menggunakan Kalsirox dengan Benar

Ikutilah anjuran dokter dan bacalah petunjuk penggunaan pada kemasan obat sebelum mengonsumsi Kalsirox. Jangan menambah atau mengurangi dosis tanpa persetujuan dokter.

Pastikan untuk menggunakan Kalsirox sesuai aturan berikut agar pengobatan berjalan dengan optimal:

  • Kalsirox perlu dikonsumsi ketika perut kosong atau setidaknya 30 menit sebelum makan. Larutkan tablet dispersibel di dalam air putih, jus jeruk, atau jus apel. Tunggu sampai obat larut, lalu aduk dan obat siap untuk diminum.
  • Apabila Anda lupa mengonsumsi Kalsirox, segera minum obat ini begitu teringat. Namun, bila waktu minum obat berikutnya sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis selanjutnya.
  • Lakukan kontrol secara berkala sesuai jadwal yang diberikan dokter supaya kondisi dan respons terapi dapat terpantau. Selama menggunakan Kalsirox, Anda mungkin akan diminta menjalani tes darah atau tes urine.
  • Jangan menggunakan Kalsirox yang sudah melewati tanggal kedaluwarsa. 
  • Simpan Kalsirox di tempat kering dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Kalsirox dengan Obat Lain

Interaksi yang dapat terjadi bila Kalsirox digunakan bersama obat-obatan tertentu antara lain:

  • Peningkatan risiko terjadinya perdarahan atau tukak lambung jika digunakan bersama warfarin, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), kortikosteroid, atau aspirin
  • Penurunan efektivitas Kalsirox jika digunakan dengan obat antasida yang mengandung aluminium, cholestyramine, atau phenytoin

Agar terhindar dari efek interaksi yang tidak diinginkan, pastikan untuk memberi tahu dokter jika hendak menggunakan obat lain bersama Kalsirox.

Efek Samping dan Bahaya Kalsirox

Efek samping yang mungkin timbul setelah menggunakan Kalsirox adalah:

  • Mual dan muntah
  • Sakit perut
  • Diare
  • Ruam kulit

Sampaikan kepada dokter lewat Chat Bersama Dokter jika efek samping di atas tidak kunjung membaik atau bertambah parah. Dokter akan memberikan saran atau pengobatan untuk mengatasi keluhan tersebut. 

Hentikan penggunaan obat dan segera ke IGD rumah sakit terdekat bila mengalami reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius, seperti:

  • Gangguan pada pendengaran atau penglihatan
  • Gangguan fungsi ginjal, yang ditandai dengan jarang atau tidak bisa buang air kecil sama sekali, kaki atau pergelangan kaki bengkak, sesak napas, dan sangat lemas
  • Gejala gangguan liver, seperti mual, nyeri pada perut bagian atas, nafsu makan hilang, sangat lelah, urine berwarna gelap, dan kulit atau mata menguning (penyakit kuning)
  • Penurunan kadar sel darah, yang ditandai dengan demam, menggigil, sariawan, kulit pucat, mudah memar, maupun kaki dan tangan terasa dingin
  • Tanda-tanda perdarahan di lambung, seperti BAB berdarah atau tinja berwarna hitam seperti aspal, batuk berdahak, atau muntah dengan ampas seperti bubuk kopi