Kanker ovarium adalah kanker yang muncul di jaringan ovarium atau indung telur. Kanker ini merupakan jenis kanker terbanyak ketiga yang diderita wanita di Indonesia.

Kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal lebih mudah untuk diatasi daripada kanker ovarium yang baru terdeteksi pada stadium lanjut. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan berkala ke dokter kandungan setelah memasuki masa menopause.

 

Kanker Ovarium

Kanker ovarium yang cepat dideteksi dan ditangani dapat meningkatkan peluang penderita untuk bertahan hidup. Hampir separuh penderita kanker ini bertahan hidup setidaknya 5 tahun setelah terdiagnosis. Sedangkan sepertiga penderita memiliki harapan hidup setidaknya selama 10 tahun.

Penyebab Kanker Ovarium

Kanker ovarium terjadi ketika DNA di sel-sel ovarium mengalami perubahan atau mutasi. Mutasi tersebut menyebabkan sel ovarium tumbuh tidak normal dan tidak terkendali.

Hingga saat ini, belum diketahui dengan pasti apa penyebab terjadinya mutasi genetik tersebut. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita kanker ovarium, yaitu:

Gejala Kanker Ovarium

Kanker ovarium jarang menimbulkan gejala pada stadium awal. Oleh sebab itu, kanker ovarium biasanya baru terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut atau sudah menyebar ke organ lain.

Gejala kanker ovarium stadium lanjut juga tidak terlalu spesifik dan bisa mirip dengan gejala penyakit lain. Beberapa gejalanya adalah:

  • Perut kembung
  • Cepat kenyang
  • Sakit perut
  • Mual
  • Konstipasi (sembelit).
  • Perut membengkak
  • Berat badan menurun
  • Sering buang air kecil
  • Sakit di punggung bagian bawah
  • Nyeri saat berhubungan seksual
  • Keluar darah dari vagina
  • Perubahan siklus menstruasi, pada penderita yang masih mengalami menstruasi

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika muncul benjolan di perut atau sering mengalami gejala gangguan pencernaan, seperti perut kembung, cepat kenyang, sakit perut, atau sembelit.

Penting untuk diingat, pemeriksaan perlu segera dilakukan bila gejala di atas sudah berlangsung selama 2 minggu. Dokter akan menjalankan pemeriksaan untuk mencari tahu penyebab gejala-gejala tersebut.

Diagnosis Kanker Ovarium

Untuk mendiagnosis kanker ovarium, dokter akan menanyakan terlebih dahulu gejala dan riwayat kesehatan pasien. Selain itu, dokter juga akan menanyakan apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita kanker ovarium atau kanker payudara.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada area panggul dan organ kelamin. Jika pasien diduga menderita kanker ovarium, dokter akan menjalankan pemeriksaan lanjutan berupa:

  • Tes darah
    Tes darah bertujuan untuk mendeteksi protein CA-125, yang merupakan penanda adanya kanker
  • Pemindaian
    Metode awal yang dilakukan untuk mendeteksi kanker ovarium adalah USG perut. Setelah itu, dokter dapat melakukan CT scan atau MRI.
  • Biopsi
    Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengambil sampel jaringan ovarium untuk diteliti di laboratorium. Pemeriksaan ini dapat menentukan apakah pasien menderita kanker ovarium atau tidak.

Stadium Kanker Ovarium

Berdasarkan tingkat keparahannya, kanker ovarium dibedakan menjadi empat stadium, yaitu:

  • Stadium 1
    Kanker terdapat di salah satu atau kedua ovarium dan belum menyebar ke organ lain.
  • Stadium 2
    Kanker sudah menyebar ke jaringan dalam rongga panggul atau rahim.
  • Stadium 3
    Kanker telah menyebar ke selaput perut (peritoneum), permukaan usus, dan kelenjar getah bening di panggul atau perut.
  • Stadium 4
    Kanker sudah menyebar ke organ lain yang letaknya jauh, seperti ginjal, hati, atau paru-paru.

Pengobatan Kanker Ovarium

Penanganan kanker ovarium tergantung pada stadium kanker, kondisi pasien, dan apakah pasien tetap ingin memiliki keturunan. Metode penanganannya meliputi:

Operasi

Operasi bertujuan untuk mengangkat salah satu atau kedua ovarium. Selain mengangkat ovarium, operasi juga dapat dilakukan untuk mengangkat rahim (histerektomi) dan jaringan di sekitarnya yang telah terkena kanker.

Perlu diketahui, beberapa jenis operasi untuk mengatasi kanker ovarium bisa membuat pasien tidak dapat memiliki anak lagi. Oleh sebab itu, konsultasikan dengan dokter mengenai manfaat dan risiko operasi yang akan dilakukan.

Radioterapi

Radioterapi adalah penggunaan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Radioterapi umumnya dilakukan pada pasien kanker ovarium stadium awal setelah operasi.

Meski begitu, radioterapi juga dapat dilakukan pada pasien kanker ovarium stadium akhir. Tujuannya adalah untuk membunuh sel kanker yang sudah menyebar ke jaringan tubuh lain.

Kemoterapi

Kemoterapi adalah pemberian obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Prosedur ini bisa dilakukan sebelum operasi untuk mengecilkan ukuran kanker sehingga lebih mudah diangkat, atau setelah operasi untuk membunuh sel-sel kanker yang masih tersisa.

Beberapa jenis obat yang digunakan pada kemoterapi adalah:

  • Carboplatin
  • Paclitaxel
  • Etoposide
  • Gemcitabine

Terapi Maintenance

Perlu diketahui, pasien yang sudah menyelesaikan terapi kanker ovarium tetap berisiko mengalami kekambuhan dalam beberapa tahun. Oleh sebab itu, bila kondisi pasien memungkinkan, dokter akan menyarankan terapi maintenance atau terapi rumatan melalui pemberian obat-obatan.

Terapi maintenance diberikan pada pasien kanker ovarium stadium 3 dan 4 yang telah menjalani operasi atau kemoterapi dan menunjukkan respons lengkap atau respons sebagian.

Respons lengkap artinya tanda-tanda keberadaan kanker sudah tidak lagi ditemukan setelah terapi. Sementara respons sebagian berarti pasien sudah mengalami perbaikan, tetapi sel-sel kanker belum sepenuhnya hilang dari tubuh.

Tujuan terapi maintenance adalah untuk mengurangi risiko kambuhnya kanker ovarium serta menunda terjadinya perburukan dengan memperpanjang periode kesembuhan. Adapun lama pemberian terapi maintenance tergantung pada jenis obatnya.

Komplikasi Kanker Ovarium

Kanker ovarium dapat menimbulkan komplikasi, terutama jika sudah memasuki stadium lanjut. Komplikasi ini terjadi karena sel-sel kanker sudah menyebar ke organ tubuh lainnya.

Beberapa komplikasi tersebut adalah:

Pencegahan Kanker Ovarium

Kanker ovarium sulit untuk dicegah karena penyebabnya belum diketahui. Namun, mengonsumsi pil KB kombinasi diketahui dapat menurunkan risiko terkena kanker ovarium. Meski begitu, penggunaannya harus didiskusikan terlebih dahulu dengan dokter

Di samping itu, diskusikan terlebih dahulu dengan dokter jika Anda berencana menjalani terapi pengganti hormon untuk meredakan gejala menopause. Terapi ini berisiko menyebabkan kanker ovarium, terutama bila Anda memiliki keluarga dengan riwayat kanker ovarium atau kanker payudara.

Selain itu, ada beberapa upaya mandiri yang dapat dilakukan untuk mencegah risiko terserang kanker secara umum, yaitu:

  • Menjaga berat badan agar selalu ideal
  • Berhenti merokok
  • Berolahraga secara rutin
  • Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang