Makanan kaleng semakin digemari karena kepraktisannya dan daya tahan yang lama. Mengetahui kelebihan dan kekurangannya penting agar Anda bisa menikmati makanan kaleng dengan aman dan tetap sehat.

Makanan kaleng adalah produk makanan olahan yang diawetkan dan dikemas dalam kaleng logam untuk memperpanjang masa simpannya. Berbagai jenis makanan bisa dijadikan makanan kaleng, mulai dari sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, daging, ikan, hingga sup dan saus. Cara pengemasan ini membuat makanan lebih tahan lama dan mudah disimpan.

Makanan Kaleng, Simak Kelebihan dan Kekurangannya - Alodokter

Kelebihan Makanan Kaleng

Makanan kaleng populer karena kepraktisan dan daya tahan yang lama, sehingga menjadi solusi praktis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berikut beberapa kelebihan yang perlu diketahui:

  • Praktis dan mudah disiapkan karena cukup dibuka dan dipanaskan jika perlu sebelum disantap
  • Proses pengalengan dengan pemanasan suhu tinggi membuat makanan kaleng tahan lama tanpa perlu pendinginan
  • Sebagian besar vitamin dan mineral, seperti protein, karbohidrat, dan lemak, tetap terjaga selama proses pengalengan
  • Harganya cenderung lebih ekonomis dan mudah dijangkau di toko atau minimarket
  • Bisa menjadi solusi saat sulit menemukan makanan segar, seperti dalam perjalanan jauh, bencana, atau kehabisan stok di rumah

Kekurangan dan Risiko Makanan Kaleng

Meski praktis, makanan kaleng mengandung pengawet serta biasanya tinggi garam dan gula, yang bisa memicu masalah kesehatan jika dikonsumsi berlebihan. Selain itu, kaleng yang penyok, berkarat, bocor, atau menggembung berpotensi terkontaminasi bakteri.

Berikut beberapa risiko makanan kaleng jika dikonsumsi terlalu sering:

Berikut ini risiko makanan kaleng yang bisa terjadi jika dikonsumsi secara berlebihan:

  • Gangguan pencernaan dan reaksi alergi akibat bahan pengawet
  • Risiko tekanan darah tinggi, obesitas, penyakit jantung, dan diabetes akibat kadar gula dan garam yang tinggi
  • Keracunan makanan akibat kontaminasi bakteri berbahaya, seperti Clostridium botulinum, yang dapat menyebabkan botulisme
  • Potensi gangguan hormon jika wadah kaleng mengandung BPA

Selain dampak di atas, terlalu sering mengandalkan makanan kaleng tanpa diimbangi konsumsi makanan segar dapat membuat tubuh kekurangan serat, vitamin, dan mineral penting, termasuk vitamin C dan B. Akibatnya, daya tahan tubuh menurun, sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi.

Tips Memilih dan Mengonsumsi Makanan Kaleng dengan Aman

Makanan kaleng tetap boleh dikonsumsi, tetapi perlu dikonsumsi dengan bijak agar nilai gizi terjaga dan risiko kesehatan bisa diminimalkan. Berikut tips memilih dan mengonsumsi makanan kaleng yang bisa Anda terapkan:

  • Perhatikan label kemasan dengan mengecek tanggal kedaluwarsa serta kandungan natrium, gula, dan bahan tambahan lainnya.
  • Pilih makanan kaleng yang rendah natrium dan gula agar lebih aman untuk kesehatan jantung dan gula darah.
  • Periksa kondisi kaleng dan jangan mengonsumsi makanan dari kaleng yang penyok, berkarat, bocor, atau menggembung.
  • Buang air rendaman pada sayur atau buah kaleng dan cuci dengan air bersih untuk mengurangi kandungan garam atau gula berlebih.
  • Panaskan makanan kaleng sebelum dikonsumsi untuk membantu membunuh sisa bakteri dan membuatnya lebih aman.
  • Simpan makanan kaleng di tempat yang kering, sejuk, dan jauh dari paparan sinar matahari langsung agar kualitasnya tetap terjaga.
  • Jangan konsumsi makanan kaleng jika bau, rasa, atau warna berubah meskipun tanggal kedaluwarsa belum lewat.

Makanan kaleng memang bisa menjadi alternatif praktis dan hemat dalam situasi tertentu, tetapi tidak dianjurkan sebagai menu utama harian. Anak-anak, ibu hamil, dan orang dengan gangguan hormon, riwayat hipertensi, dan diabetes juga sebaiknya membatasi makanan kaleng.

Jika Anda masih ragu mengenai keamanan atau cara penyimpanan makanan kaleng, Anda bisa berkonsultasi secara online dengan dokter melalui Chat Bersama Dokter di aplikasi ALODOKTER. Konsultasi ini dapat membantu Anda memilih makanan kaleng yang tepat sesuai kondisi kesehatan keluarga.