Istilah ghosting digunakan ketika ada seseorang yang memutuskan komunikasi secara tiba-tiba tanpa memberikan penjelasan apa pun. Kondisi ini bisa terjadi dalam hubungan pacaran maupun lingkup pertemanan dan sering kali menyebabkan rasa kehilangan pada orang yang ditinggalkan.
Putus hubungan atau penolakan tentu terasa menyakitkan. Namun, ghosting juga dapat menimbulkan trauma bagi orang yang mengalaminya. Hubungan yang awalnya dianggap indah dapat menimbulkan luka yang dalam saat orang yang dicintai tiba-tiba menghilang tanpa kabar.
Sebagian orang bisa saja acuh tak acuh saat menjadi korban ghosting, tetapi ada juga orang yang merasa sangat terkhianati. Hal ini bisa berdampak pada kondisi psikologisnya, karena ia mungkin akan terus mempertanyakan alasan mengapa dirinya ditinggalkan.
Penyebab Seseorang Melakukan Ghosting
Ghosting sering kali dianggap sebagai cara yang mudah untuk mengakhiri suatu hubungan, bukan hanya hubungan pacaran, tetapi juga pertemanan, pekerjaan, atau bahkan pernikahan. Ada beberapa penyebab seseorang melakukan ghosting, di antaranya:
1. Merasa takut
Sebagian besar pelaku ghosting memiliki ketakutan terhadap hubungan yang dijalaninya, baik takut dikecewakan atau takut merasa sakit bila hubungan tersebut nantinya harus berakhir.
Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk melakukan ghosting agar terbebas dari rasa takut tersebut.
2. Menghindari konflik dalam hubungan
Dalam suatu hubungan, perbedaan pendapat merupakan hal yang umum terjadi dan bisa menimbulkan konflik, apalagi bila hubungan tersebut sudah dekat secara emosional.
Nah, tidak semua orang siap menghadapi konflik dalam hubungan, dan hal ini sering menjadi alasan orang untuk melakukan ghosting.
3. Menghindari pertengkaran saat berpisah
Ketika suatu hubungan tidak lagi terasa nyaman, tidak semua orang juga bisa dengan mudah mengucapkan kata-kata perpisahan. Pada akhirnya, ghosting atau silent treatment pun menjadi pilihan yang mudah untuk memutuskan hubungan tanpa harus berdebat atau menjelaskan alasannya.
4. Merasa tidak ada ikatan
Beberapa orang menganggap bahwa dirinya tidak terikat komitmen (situationship) apa pun dalam suatu hubungan, terutama hubungan pertemanan atau hubungan asmara yang baru dalam tahap penjajakan.
Pada kondisi ini, pelaku ghosting menganggap bahwa hubungannya dengan orang yang ia tinggalkan tidak saling terikat atau tidak bergantung satu sama lain, sehingga tidak masalah untuk tiba-tiba memutuskan komunikasi dan menghilang.
5. Ingin melindungi diri sendiri
Hubungan yang tidak sehat bisa berdampak negatif dalam kehidupan seseorang. Memutuskan komunikasi secara tiba-tiba dengan melakukan ghosting kadang dianggap sebagai jalan keluar untuk melindungi diri dari hubungan yang toksik (toxic relationship) seperti itu.
Cara Mengatasi Efek Ghosting
Apa pun alasannya, ghosting dapat membuat orang yang ditinggalkan merasa bingung, sedih, marah, putus asa, atau bahkan depresi akibat rasa kehilangan yang berkepanjangan. Itulah sebabnya, perilaku ghosting tidak bisa dibenarkan untuk mengakhiri hubungan dengan orang lain.
Bila kamu menjadi korban ghosting, ada beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk mengatasi beragam emosi negatif tersebut, yaitu:
1. Jangan menyalahkan diri sendiri
Melakukan introspeksi memang baik dan bisa menjadikanmu pribadi yang lebih baik. Namun, jangan terus menyalahkan diri sendiri, meskipun kamu merasa sudah melakukan kesalahan. Apa pun kesalahan yang kamu lakukan, orang tersebut tidak seharusnya meninggalkanmu tiba-tiba tanpa memberikan penjelasan.
Orang yang meninggalkanmu mungkin merasa bahwa kamu bukanlah orang yang tepat untuknya. Namun, bukan berarti kamu tidak diinginkan atau tidak pantas dicintai oleh orang lain. Masih banyak orang yang menyayangimu dan peduli terhadapmu. Jadi, cobalah untuk selalu berpikir positif.
2. Tetapkan batas waktu
Berikan batas waktu sampai kapan kamu akan menunggu. Kamu bisa mencoba menghubungi orang yang bersangkutan atau teman dekatnya untuk meminta kepastian. Dengan begitu, kamu dapat lebih mudah menerima kenyataan bila memang hubunganmu dengannya sudah berakhir dan bisa segera move on.
3. Alihkan pikiranmu
Cobalah untuk mengalihkan pikiranmu dengan melakukan berbagai aktivitas yang menyenangkan, seperti melakukan hobi, berolahraga, bepergian ke tempat-tempat yang menarik, berkumpul dengan teman, atau belajar keterampilan baru.
Meditasi dengan teknik mindfulness atau melakukan yoga juga dapat membantumu menenangkan pikiran dan mengatasi stres.
4. Jangan mengisolasi diri
Meski ghosting meninggalkan luka mendalam yang membuatmu terpuruk, janganlah terlalu lama mengurung diri untuk meratapi kandasnya hubunganmu. Dukungan dari orang terdekat, baik keluarga maupun sahabat, dapat membantumu keluar dari kesedihan dan kembali bersemangat untuk menjalani hidup.
Buatlah acara yang seru bersama teman atau keluargamu. Jangan biarkan dirimu tenggelam dalam rasa sakit, karena hal tersebut dapat memicu depresi.
Jika efek ghosting membuat perasaanmu tidak menentu hingga mengganggu aktivitasmu sehari-hari dan memengaruhi hubunganmu dengan orang lain, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan psikolog untuk mendapatkan saran yang sesuai dengan kondisi yang kamu alami.