Ortopnea merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami sesak napas saat berbaring. Pada kebanyakan kasus, kondisi ini bisa menjadi tanda gagal jantung. Namun, ortopnea juga bisa disebabkan oleh kondisi medis lain yang juga patut diwaspadai.

Ortopnea ditandai dengan kesulitan bernapas saat berbaring dan akan membaik saat duduk atau berdiri. Kondisi ini terkadang juga disertai batuk atau mengi. Namun, perlu diketahui bahwa ortopnea berbeda dengan dispnea yang ditandai dengan sesak napas pada kondisi dan posisi apa pun.

Mengenal Ortopnea, Kesulitan Bernapas Saat Berbaring - Alodokter

Kenali Berbagai Penyebab Ortopnea

Ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab ortopnea, yaitu:

1. Gagal jantung

Pada dasarnya, ortopnea disebabkan oleh peningkatan tekanan pada pembuluh darah paru-paru. Kondisi ini paling umum terjadi karena penyakit jantung, terutama gagal jantung.

Saat Anda berbaring, darah mengalir dari kaki kembali ke jantung, kemudian ke paru-paru. Pada orang sehat, darah dari paru-paru akan kembali ke jantung untuk dipompa ke seluruh tubuh.

Namun, pada penderita gagal jantung atau jantung bengkak, jantung tidak cukup kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya, tekanan menumpuk di dalam paru-paru dan menyebabkan sulit bernapas. Ortopnea sering kali muncul beberapa jam setelah penderitanya berbaring.

2. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)

Orang yang menderita penyakit paru obstruktif kronik atau PPOK juga bisa mengalami ortopnea. Pada kondisi ini, kerusakan terjadi di saluran pernapasan dan kantung paru-paru, sehingga penderitanya mengalami sesak napas, batuk, dan mengi.

Berbeda dengan kondisi gagal jantung, ortopnea karena PPOK dimulai tepat setelah berbaring dan tidak langsung mereda setelah penderitanya duduk atau menyandarkan diri dengan bantal.

3. Edema paru

Edema paru juga bisa menjadi penyebab ortopnea. Kondisi ini terjadi ketika terlalu banyak cairan di paru-paru sehingga sulit untuk bernapas saat berbaring. Edema paru umumnya terkait dengan kondisi gagal jantung.

4. Obesitas

Orang yang memiliki berat badan badan berlebih atau obesitas juga berpotensi mengalami ortopnea. Namun, kondisi ini biasanya bukan disebabkan oleh penumpukan cairan di paru-paru, melainkan massa perut yang menekan rongga dada saat berbaring.

Tekanan di area dada bisa mengurangi ruang bagi paru-paru untuk mengembang, sehingga kondisi ini bisa menyebabkan kesulitan bernapas saat berbaring.

5. Penyakit gondok

Penyakit gondok atau pembesaran kelenjar tiroid juga bisa menimbulkan sesak napas ketika penderitanya berbaring, apalagi jika ukurannya sudah besar. Benjolan tersebut bisa menekan saluran pernapasan di leher, sehingga napas pun menjadi sulit.

6. Kelumpuhan diafragma

Dalam kasus yang jarang terjadi, ortopnea bisa terjadi karena kelumpuhan diafragma. Diafragma merupakan otot besar di bawah paru-paru yang mendukung proses bernapas.

Selain itu, beberapa kondisi lain yang dapat ditandai dengan kesulitan bernapas saat berbaring atau ortopnea meliputi:

  • Pneumonia berat
  • Radang paru-paru
  • Gangguan kecemasan atau panik
  • Penumpukan cairan di perut

Cara Mengatasi Ortopnea

Saat mengalami ortopnea, sandarkan diri pada tumpukan bantal agar Anda bisa bernapas lebih mudah. Berapa banyak bantal yang Anda gunakan untuk bernapas dengan baik sebenarnya bisa menentukan tingkat keparahan ortopnea yang dialami. Bila Anda menggunakan 3 bantal, dapat dikatakan ortopnea yang dialami cukup parah.

Selain itu, Anda bisa tidur sambil duduk bersandar bila itu bisa membuat Anda merasa lebih baik. Bila perlu dan tersedia, Anda juga bisa menggunakan oksigen tambahan di rumah untuk membantu bernapas saat tidur.

Pengobatan ortopnea berbeda-beda setiap orang, tergantung tingkat keparahan gejala dan penyebab yang mendasarinya. Oleh karena itu, jika Anda cukup sering mengalami ortopnea, sebaiknya periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Beberapa obat biasanya diresepkan untuk mengatasi gejala ortopnea, termasuk obat untuk meningkatkan fungsi jantung dan aliran darah atau mencegah penumpukan cairan dan pembengkakan di paru-paru. Selain itu, pembedahan juga mungkin diperlukan dalam kasus tertentu.