Meski sering dianggap sama, kanker serviks dan kanker rahim adalah dua jenis kanker yang berbeda. Kanker serviks terjadi pada sel-sel di leher rahim, sedangkan kanker rahim terjadi pada sel-sel di dalam rongga rahim. Keduanya memiliki gejala yang mirip, tetapi penyebab dan penanganannya berbeda.
Uterus (rahim) adalah sebuah organ berongga yang memiliki bentuk seperti buah pir terbalik. Uterus terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bagian atas yang berbentuk seperti kubah (fundus), bagian tengah yang berongga (isthmus), dan bagian bawah yang sempit (serviks atau leher rahim). Serviks bermuara pada vagina.
Kanker serviks dan kanker rahim sama-sama merupakan kondisi yang terjadi ketika sel-sel abnormal memperbanyak diri secara berlebihan dan membentuk suatu tumor yang bersifat ganas. Namun, kanker serviks disebabkan oleh keganasan sel-sel di leher rahim, sedangkan kanker rahim disebabkan oleh keganasan sel-sel di dalam rongga rahim.
Fakta Seputar Kanker Serviks
Beberapa fakta yang perlu diketahui tentang kanker serviks adalah:
1. Gejala berupa keluarnya darah di luar siklus haid
Kanker serviks dapat ditandai dengan keluarnya bercak darah atau lendir bercampur darah dari vagina di luar siklus haid (metrorrhagia). Pada wanita yang sudah mengalami menopause, tanda ini dapat terlihat seperti haid yang seharusnya sudah tidak terjadi lagi.
Penderita kanker serviks juga dapat mengalami rasa nyeri di panggul dan rasa nyeri saat berhubungan seksual.
2. Dapat disebabkan oleh virus HPV
Kanker serviks bisa disebabkan oleh infeksi virus human papillomavirus (HPV) tipe-16 dan tipe-18. Virus ini menimbulkan perubahan pada sel-sel normal dan menyebabkan keganasan. HPV biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi. Saat ini, terdapat vaksin HPV bagi wanita untuk mencegah infeksi HPV dan kanker serviks.
3. Penderita HIV/AIDS lebih berisiko
Pasien yang menderita HIV/AIDS memiliki risiko 5 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker serviks karena daya tahan tubuhnya lebih lemah, sehingga lebih rentan terhadap infeksi HPV.
4. Dapat dideteksi dengan pap smear
Untuk mendeteksi apakah seseorang mengalami kanker serviks, pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pap smear. Dalam pemeriksaan ini, dokter akan mengambil sampel jaringan dari leher rahim.
Bila pap smear menunjukan hasil yang abnormal, dokter akan menyarankan pemeriksaan lebih lanjut berupa kolposkopi dan biopsi. Kolposkopi dilakukan dengan alat yang dilengkapi lampu dan kamera pembesar. Alat ini akan dimasukkan ke dalam vagina untuk melihat kondisi serviks dengan jelas.
Sedangkan pada biopsi, jaringan serviks akan diambil sedikit sebagai sampel untuk diperiksa di bawah mikroskop, agar dapat dipastikan apakah sel-selnya ganas atau tidak.
5. Kasusnya cukup tinggi di negara berkembang
Saat ini, jumlah kasus kanker serviks di negara berkembang masih cukup tinggi, sedangkan di negara maju terus berkurang. Hal ini karena vaksin HPV mulai digunakan secara luas dan pemeriksaan pap smear sudah rutin dilakukan.
Pap smear disarankan untuk dilakukan setiap 3 tahun pada wanita berusia 21–29 tahun, dan setiap 5 tahun pada wanita berusia 30–65 tahun.
6. Penanganannya disesuaikan dengan sejumlah faktor
Kanker serviks dapat ditangani dengan operasi pengangkatan rahim, kemoterapi, dan/atau radioterapi, tergantung pada stadium (tingkat penyebaran) kanker dan kondisi tubuh pasien.
Fakta Seputar Kanker Rahim
Kanker rahim terjadi di dalam rongga rahim. Dinding rahim memiliki dua lapisan, yaitu lapisan endometrium di bagian paling dalam dan lapisan myometrium (otot) di bagian luar. Sekitar 90% kasus kanker rahim yang terjadi adalah kanker endometrium. Beberapa fakta tentang kanker rahim yang perlu diketahui adalah:
1. Banyak diderita oleh wanita usia 50 tahun ke atas
Kanker rahim paling sering terjadi pada wanita berusia di atas 50 tahun. Gejala yang sering disadari untuk pertama kalinya adalah perdarahan dari vagina yang seharusnya sudah tidak terjadi lagi di usia tersebut karena menopause.
Pada wanita yang belum mengalami menopause, gejala dapat berupa perdarahan vagina di luar siklus haid, perdarahan haid yang lebih banyak dari biasanya, atau nyeri di daerah panggul.
2. Berkaitan dengan kadar hormon estrogen
Secara alami, tubuh wanita menghasilkan hormon estrogen dan progesteron untuk mengatur siklus haid. Namun, setelah menopause, produksi hormon progesteron akan berhenti. Estrogen yang tidak diimbangi dengan progesteron dapat menyebabkan perubahan pada sel-sel endometrium yang dapat memicu kanker.
Wanita dengan dengan berat badan yang sangat berlebih (obesitas) juga memiliki kadar estrogen lebih tinggi, sehingga memiliki risiko 3 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker rahim.
3. Perlu dideteksi dengan USG transvaginal
Untuk memastikan apakah seseorang mengalami kanker rahim, dokter mungkin menyarankan pemeriksaan tambahan berupa USG transvaginal, di mana alat scan USG dimasukkan secara langsung melalui vagina, untuk menilai kondisi dalam rahim.
Bila diperlukan, dokter juga dapat melakukan histeroskopi dan biopsi. Pada histeroskopi, sebuah alat dengan kamera kecil di ujungnya akan dimasukkan ke dalam rongga rahim melalui vagina, untuk memeriksa kondisi dalam rahim.
4. Penanganannya disesuaikan dengan sejumlah faktor
Sama seperti kanker serviks, kanker rahim dapat ditangani dengan operasi pengangkatan rahim (histerektomi), kemoterapi, dan/atau radioterapi, tergantung pada stadium atau tingkat penyebaran kanker serta kondisi tubuh pasien.
Perbedaan Kanker Serviks dan Kanker Rahim
Kanker serviks dan kanker rahim memiliki beberapa perbedaan mendasar, yaitu:
- Sel-sel ganas pada kanker serviks berawal dari sel-sel di leher rahim, sedangkan sel ganas pada kanker rahim dapat berawal dari lapisan endometrium ataupun myometrium (otot rahim) di dalam rongga rahim.
- Sebagian besar kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV tipe-16 dan tipe-18 yang dapat dicegah dengan vaksin HPV.
Hal ini berbeda dengan kanker rahim. Kanker rahim tidak disebabkan oleh infeksi virus, sehingga tidak dapat dicegah dengan pemberian vaksin kanker serviks. Faktor risiko utama kanker rahim adalah menopause dan obesitas. - Pemeriksaan utama untuk mendeteksi kanker serviks adalah pap smear, yang dapat diikuti dengan kolposkopi dan biopsi. Sedangkan pada kanker rahim, pemeriksaan yang biasanya dianjurkan adalah USG transvaginal, histeroskopi, dan biopsi.
Secara umum, kanker serviks dan kanker rahim memiliki gejala yang mirip, yaitu adanya perdarahan abnormal dari vagina. Meski begitu, keduanya terjadi pada bagian rahim yang berbeda.
Bila Anda mengalami perdarahan di luar siklus menstruasi atau mengalami perdarahan yang berlebihan saat menstruasi, sebaiknya Anda memeriksakan diri ke dokter.
Untuk mencegah kanker serviks, wanita yang belum menerima vaksin HPV disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terkait pemberian vaksin dan pemeriksaan pap smear secara berkala.
Ditulis oleh:
dr. Irene Cindy Sunur