Ada banyak mitos cuka apel untuk kesehatan yang beredar di masyarakat. Bahkan, tidak sedikit orang yang memercayainya. Namun, sebelum Anda menggunakan cuka apel untuk mengatasi kondisi tertentu, ketahui lebih dulu fakta dari mitos yang beredar tersebut.

Cuka apel dibuat dengan cara memeras apel segar untuk diambil airnya. Selanjutnya, air apel tersebut akan melalui proses fermentasi menggunakan bantuan bakteri dan ragi. Dari proses tersebut, dihasilkan cairan asam, berbau menyengat, dan berwarna cokelat bening yang disebut air cuka apel.

3 Mitos Cuka Apel dan Fakta di Baliknya - Alodokter

Berbagai Mitos Cuka Apel

Cuka apel dianggap memiliki efek positif bagi tubuh. Selain diyakini sebagai obat alami batu ginjal, manfaat lain cuka apel antara lain:

1. Menurunkan berat badan

Salah satu mitos cuka apel yang paling umum adalah mampu menurunkan berat badan. Hal ini karena cuka apel dipercaya bisa menekan nafsu makan dan membakar lemak dengan lebih cepat, sehingga baik dikonsumsi saat sedang menurunkan berat badan.

Namun, klaim cuka apel bermanfaat untuk menurunkan berat badan masih sekedar mitos belaka. Faktanya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa hasil diet yang dilakukan oleh orang-orang yang mengonsumsi cuka apel berbeda-beda, sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut.

2. Menurunkan kadar kolesterol jahat di dalam tubuh

Kadar kolesterol yang terlalu tinggi merupakan salah satu pemicu meningkatnya risiko beberapa penyakit, seperti penyempitan pembuluh darah, hipertensi, dan penyakit jantung.

Nah, cuka apel dipercaya dapat menurunkan kadar kolesterol jahat dan trigliserida di dalam tubuh. Namun, bukti manfaat cuka apel yang satu ini masih sebatas uji laboratorium, sehingga efektivitas dan keamanannya untuk manusia belum diketahui secara pasti.

3. Mengontrol kadar gula darah

Mitos cuka apel selanjutnya adalah mengontrol kadar gula darah dan meningkatkan kadar hormon insulin di dalam tubuh.

Manfaat yang satu ini didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa cuka apel dapat menekan kenaikan kadar gula darah dan HbA1c, yaitu penanda kadar gula darah jangka panjang dalam tubuh. Meski demikian, penurunan yang terjadi hanya sedikit dan tidak terlalu signifikan.

Oleh karena itu, cuka apel untuk mengontrol kadar gula darah sebaiknya hanya dikonsumsi di bawah pengawasan dokter dan tidak dijadikan pengobatan utama untuk diabetes.

Selain beberapa mitos di atas, cuka apel juga dipercaya dapat menghilangkan jerawat, mengobati infeksi kuku akibat bakteri, dan menyegarkan napas. Namun, sama seperti mitos lainnya, klaim tersebut masih perlu diteliti lebih lanjut.

Cuka apel umumnya aman dikonsumsi sebagai penambah cita rasa makanan, misalnya ditambahkan ke dalam saus salad atau dijadikan campuran saus mayones.

Meski terbilang aman, konsumsi cuka apel berlebih justru dapat menyebabkan masalah kesehatan. Ini karena cuka apel memiliki kandungan asam yang sangat tinggi, sehingga dapat memicu masalah pada saluran cerna, menyebabkan iritasi tenggorokan, dan merusak enamel gigi.

Tak hanya itu, cuka apel juga dapat menimbulkan efek interaksi obat, apabila dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan lain, seperti obat diabetes dan obat diuretik.

Oleh karena itu, jika Anda ingin bertanya lebih jauh seputar mitos cuka apel atau ingin mengonsumsi cuka apel untuk mengatasi masalah kesehatan tertentu, sebaiknya konsultasikan lebih dulu ke dokter untuk memastikan manfaat dan keamanannya.