Moody adalah kondisi ketika suasana hati atau emosi berubah-ubah dengan cepat tanpa alasan yang jelas. Siapa saja bisa menjadi moody, mulai dari remaja hingga orang tua. Moody yang berlangsung terus-menerus dapat memengaruhi hubungan sosial, produktivitas, bahkan kesehatan secara menyeluruh.
Istilah moody sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang mudah marah, sedih, atau tiba-tiba gembira tanpa sebab yang jelas. Kondisi ini bisa dipicu oleh banyak faktor dan terkadang bisa menjadi salah satu tanda adanya gangguan kesehatan tertentu.

Moody memang kerap dianggap wajar, terutama pada masa remaja atau saat seseorang sedang mengalami tekanan. Namun, jika perubahan suasana hati terjadi terlalu sering, sangat intens, atau sampai mengganggu aktivitas, bisa jadi ada hal tertentu yang perlu diwaspadai.
Moody dan Berbagai Penyebabnya
Moody dapat dipicu oleh berbagai faktor, baik dari dalam diri maupun lingkungan sekitar. Berikut beberapa penyebabnya yang paling umum:
1. Pola tidur tidak teratur
Kurang tidur atau jadwal tidur yang berantakan bisa memengaruhi kerja hormon di dalam tubuh. Hal ini membuat otak sulit mengatur emosi, sehingga seseorang menjadi moody. Akibatnya, suasana hati bisa berubah tanpa alasan jelas dan membuat aktivitas terasa berat.
2. Stres berkepanjangan
Tekanan yang menumpuk, baik dari pekerjaan, sekolah, maupun masalah pribadi, dapat menyebabkan stres. Kondisi ini bisa memicu perubahan emosi secara tiba-tiba dan membuat seseorang lebih sering moody. Jika tidak dikelola dengan baik, stres bisa berkembang menjadi gangguan mental yang lebih serius.
3. Perubahan hormon
Perubahan hormon sering menjadi penyebab moody, terutama pada remaja, wanita menjelang menstruasi, ibu hamil, maupun saat menopause. Perubahan hormon yang drastis ini memang bisa membuat emosi menjadi tidak stabil.
4. Pola makan tidak seimbang
Kekurangan gizi penting, seperti vitamin B, zat besi, atau magnesium, dapat berdampak pada keseimbangan kimiawi otak. Tanpa asupan nutrisi yang cukup, tubuh lebih rentan mengalami mood swing atau moody karena otak tidak mendapat energi yang cukup untuk mengatur emosi.
5. Penggunaan gadget berlebihan
Terlalu sering menatap layar gadget tanpa jeda dapat membuat otak lelah dan memicu suasana hati yang buruk. Kondisi ini juga bisa membuat seseorang lebih mudah moody, terutama jika disertai kurang tidur atau minimnya interaksi sosial.
6. Kondisi medis tertentu
Ada beberapa kondisi medis yang diketahui menyebabkan moody berkepanjangan, misalnya anxiety, depresi, bipolar, penyakit tiroid, serta masalah pada otak. Jika perubahan mood sangat berat atau berlangsung lama, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter agar bisa ditangani dengan tepat.
Moody dan Cara Mengatasinya
Untuk dapat mengatasi atau mengelola moody, diperlukan perubahan pola hidup dan dukungan dari lingkungan sekitar. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
- Tidur yang cukup, setidaknya 7–9 jam setiap malam dan usahakan tidur serta bangun di waktu yang sama setiap hari.
- Kelola stres dengan meluangkan waktu untuk relaksasi, meditasi, olahraga ringan, atau menjalani hobi.
- Pilih menu makanan seimbang yang kaya akan nutrisi, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, serta makanan tinggi protein. Asupan yang seimbang dapat mendukung kesehatan mental dengan baik.
- Batasi penggunaan gadget dan perhatikan screen time agar kamu dapat beristirahat dari menatap layar gadget secara berkala.
- Curhat atau ngobrol dengan keluarga maupun teman dekat agar dapat membantu mengurangi beban emosi.
Moody yang terjadi sesekali sebenarnya hal yang normal, apalagi saat menghadapi perubahan besar atau tekanan berat. Namun, kamu tetap perlu menjaga pola hidup sehat supaya suasana hati tetap stabil. Jangan ragu untuk mencari dukungan dari orang sekitar dan memperkuat hubungan sosial yang positif.
Jika setelah menerapkan cara di atas, kamu masih sering mengalami moody, apalagi jika disertai dengan gejala, seperti insomnia, perubahan nafsu makan, lelah berlebihan, serta muncul pikiran negatif terhadap diri sendiri, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater, ya.