Obat HIV telah berkembang menjadi makin inovatif. Salah satu terobosan terbaru yang sedang diteliti adalah lenacapavir. Pengembangan obat ini memberikan harapan baru untuk mencegah HIV di seluruh dunia.

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel CD4. Sel tersebut merupakan bagian dari sel darah putih yang berperan penting dalam melawan berbagai infeksi. Tanpa penanganan yang tepat, virus HIV dapat membuat penderitanya menjadi lebih rentan terhadap berbagai penyakit infeksi serius, seperti tuberkulosis dan infeksi otak.

Obat HIV Lenacapavir, Ketahui Perkembangannya - Alodokter

Obat HIV umumnya diberikan melalui penggunaan profilaksis prapajanan (pre-exposure prophylaxis/PrEP) yang diminum setiap hari. Namun, tidak semua penderita dapat secara konsisten mengikuti jadwal minum obat harian, sehingga memicu kebutuhan akan metode yang lebih sederhana dan praktis. 

Untuk mengatasi tantangan ini, penelitian terus dilakukan dalam mengembangkan obat HIV yang lebih mudah digunakan.

Perkembangan Terbaru tentang Obat HIV

Obat HIV terbaru yang sedang dikembangkan adalah lenacapavir. Obat ini bertujuan mendorong pengobatan sekaligus pencegahan HIV di dunia. Lenacapavir bekerja dengan cara menghambat protein kapsid, yaitu lapisan pelindung yang membungkus inti virus HIV, agar virus tidak berkembang biak dan menginfeksi sel-sel baru. 

Keunggulan utama lenacapavir terletak pada bentuk pemberiannya yang berupa suntikan subkutan. Tidak seperti PrEP konvensional yang diminum setiap hari, lenacapavir hanya perlu disuntikkan 2 kali dalam setahun. Hal ini membuat lenacapavir lebih praktis digunakan, sehingga memudahkan orang yang selama ini kesulitan mengikuti pengobatan harian.

Berdasarkan hasil uji klinis terbaru yang didukung WHO, lenacapavir terbukti efektif dalam menurunkan risiko terkena infeksi HIV, khususnya pada kelompok berisiko tinggi. Selain efektif, lenacapavir juga dinilai aman dengan efek samping yang cenderung ringan.

Saat ini, penggunaan lenacapavir masih dalam tahap penelitian dan dilakukan di bawah pengawasan medis yang ketat. Potensinya dalam memperluas akses pencegahan HIV menjadi salah satu keunggulannya, terutama untuk orang-orang yang berada di wilayah dengan fasilitas layanan kesehatan yang terbatas.

Sama seperti obat HIV lainnya, penggunaan lenacapavir juga berpotensi menimbulkan efek samping yang bersifat ringan. Berikut ini adalah beberapa efek samping yang mungkin terjadi:

  • Reaksi di tempat suntikan, seperti nyeri, kemerahan, atau bengkak
  • Gangguan pencernaan
  • Mual dan muntah
  • Kelelahan
  • Nyeri perut
  • Nyeri sendi

Perlu diketahui, lenacapavir memang belum tersedia di Indonesia. Meski begitu, hasil penelitian sejauh ini menunjukkan potensi besarnya sebagai pilihan terapi dan pencegahan HIV di masa mendatang. Jika terbukti aman dan efektif, lenacapavir dapat menjadi cara dalam mengendalikan HIV, termasuk di Indonesia, serta  melindungi orang yang memiliki risiko tinggi terkena HIV.

Meskipun obat HIV makin berkembang, pencegahan tetap merupakan langkah paling penting untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi. Gaya hidup sehat, penggunaan alat pelindung saat berhubungan seksual, serta pemeriksaan HIV secara rutin perlu terus dilakukan, terutama bagi individu yang berisiko tinggi tertular virus ini, seperti pekerja seks komersial, memiliki pasangan yang HIV positif, atau orang yang sering berganti pasangan seksual tanpa menggunakan pengaman.

Memahami berbagai opsi pencegahan, termasuk lenacapavir, dapat membantu Anda dan keluarga lebih siap dalam menghadapi tantangan kesehatan yang ada.

Jika Anda ingin mengetahui perkembangan terbaru seputar obat HIV dan pilihan pencegahan yang sesuai dengan kebutuhan pribadi, jangan ragu berkonsultasi dengan dokter melalui Chat Bersama Dokter. Dengan konsultasi ini, Anda akan mendapatkan informasi yang lebih lengkap sesuai dengan apa yang Anda butuhkan.