Retardasi mental adalah gangguan intelektual pada anak-anak yang ditandai dengan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata. Anak dengan retardasi mental juga dapat mengalami keterbatasan untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Pada penderita retardasi mental, otak tidak berkembang dengan optimal atau rusak akibat kondisi tertentu. Retardasi mental sendiri dibagi berdasarkan keparahannya, yaitu ringan, sedang, berat, dan sangat berat.

Retardasi Mental

Penderita retardasi mental ringan sampai sedang mungkin masih bisa dilatih untuk mengatasi keterbatasannya. Meski begitu, semua penderita retardasi mental tetap membutuhkan banyak waktu dan bimbingan yang melibatkan banyak pihak untuk membiasakan diri melakukan aktivitas sehari-hari secara normal.

Penyebab dan Faktor Risiko Retardasi Mental

Retardasi mental terjadi akibat gangguan pada perkembangan otak. Akan tetapi, pada kasus tertentu, penyebab retardasi mental tidak diketahui secara pasti.

Beberapa kondisi yang dapat mengakibatkan gangguan pada perkembangan otak anak adalah:

  • Cedera kepala, misalnya karena kecelakaan lalu lintas atau olahraga
  • Hampir meninggal karena tenggelam
  • Kekurangan gizi berat saat bayi
  • Gangguan saat proses melahirkan, misalnya bayi terlahir prematur atau kekurangan oksigen
  • Kelainan genetik, seperti sindrom Down atau sindrom fragile X
  • Penyakit yang memengaruhi fungsi otak, misalnya infeksi otak (seperti meningitis), lumpuh otak (cerebral palsy), atau tumor otak
  • Gangguan saat di dalam kandungan, seperti kekurangan nutrisi selama hamil, infeksi, konsumsi minuman beralkohol ketika hamil, penggunaan obat-obatan, atau preeklamsia
  • Paparan zat beracun

Gejala Retardasi Mental

Gejala retardasi mental berbeda-beda pada setiap penderita, tergantung pada tingkat keparahannya. Namun, penderita retardasi mental pada umumnya akan mengalami masalah untuk menjalani aktivitasnya dengan mandiri. Makin berat derajat retardasi mental, makin berat pula tantangannya.

Tingkat keparahan retardasi mental dikategorikan berdasarkan nilai IQ penderita. Berikut rinciannya:

  • Ringan, dengan nilai IQ sekitar 50–69
  • Sedang, dengan nilai IQ sekitar 35–49
  • Berat, dengan nilai IQ sekitar 20–34
  • Sangat berat, dengan nilai IQ di bawah 20

Beberapa gejala umum yang dapat dialami penderita retardasi mental adalah:

  • Kesulitan berbicara
  • Kemampuan untuk duduk, merangkak, atau berjalan sendiri yang lebih lambat dicapai bila dibandingkan dengan anak-anak lain
  • Kesulitan dalam mempelajari kegiatan sehari-hari, seperti berpakaian atau makan
  • Kesulitan dalam mengendalikan emosi, seperti mudah marah
  • Kesusahan mengenali situasi mana yang membahayakannya
  • Penalaran yang buruk dan sulit memecahkan suatu masalah
  • Daya ingat yang buruk

Pada penderita retardasi mental yang berat, gejala lain juga dapat muncul, seperti kejang, gangguan penglihatan, gangguan pengendalian gerak tubuh, atau gangguan pendengaran.

Kapan harus ke dokter

Retardasi mental umumnya dapat terdeteksi pada masa perkembangan anak. Oleh sebab itu, segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda merasa perkembangan anak jauh lebih terlambat daripada anak lain seusianya.

Jika Anda khawatir anak Anda mengalami keterlambatan perkembangan, sebaiknya konsultasikan dengan dokter agar bisa perkembangannya bisa dinilai dengan tepat. Selain itu, bila anak menderita kelainan kondisi kesehatan atau penyakit tertentu, pastikan ia mendapatkan penanganan medis yang tepat.

Diagnosis Retardasi Mental

Dokter akan bertanya kepada orang tua pasien mengenai gejala dan riwayat kesehatan pasien, dilanjutkan dengan pengamatan dan pemeriksaan fisik.

Setelah itu, dokter akan memeriksa kemampuan intelektual pasien. Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa tes IQ dan tes untuk memeriksa kemampuan pasien dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui penyebab yang mendasari retardasi mental, seperti:

  • Tes darah, untuk mendeteksi masalah kesehatan dengan meneliti sampel darah
  • Tes urine, untuk memeriksa gangguan kesehatan dengan mengecek sampel urine
  • Tes genetik, untuk mendeteksi apakah pasien menderita kelainan genetik
  • Pemindaian dengan CT scan atau MRI, untuk memeriksa kelainan pada otak
  • Elektroensefalografi (EEG), untuk mengukur aktivitas listrik otak jika terjadi kejang

Pada ibu hamil, dokter dapat melakukan USG atau pengambilan sampel air ketuban (amniocentesis), untuk mendeteksi kelainan genetik pada janin.

Pengobatan Retardasi Mental

Retardasi mental merupakan disabilitas yang berlangsung seumur hidup dan tidak bisa disembuhkan. Meski begitu, ada beberapa terapi khusus untuk mengembangkan kemampuan pasien agar dapat menjalani aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Terapi khusus melibatkan kerja sama antara tim dokter, psikolog, pengajar, pengasuh, dan orang tua pasien. Beberapa metode terapi yang dapat dilakukan adalah:

  • Terapi okupasi, untuk mengajarkan pasien cara mengerjakan aktivitas sehari-hari, seperti makan, mandi, dan berpakaian
  • Terapi wicara, untuk membantu pasien dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi
  • Terapi perilaku, guna mengubah perilaku pasien menjadi lebih positif
  • Terapi fisik, untuk melatih pasien dalam meningkatkan fungsi gerak tubuh

Di samping beberapa terapi di atas, dokter dapat melakukan penanganan lain untuk meredakan gejala yang dialami pasien retardasi mental berat. Tindakan yang diberikan antara lain:

  • Obat antikonvulsan, untuk menangani kejang
  • Obat pelemas otot, untuk mengatasi gangguan pengendalian gerak tubuh
  • Alat bantu dengar, untuk membantu pasien dengan gangguan pendengaran

Orang tua juga dapat membantu perkembangan anak yang menderita retardasi mental dengan melakukan beberapa upaya berikut:

  • Membimbing anak untuk mencoba hal-hal baru
  • Mengajarkan anak cara untuk melakukan sesuatu secara mandiri
  • Memperhatikan perkembangan anak di sekolah atau pada sesi terapi dan membantunya mempelajari ulang apa yang telah dipelajarinya
  • Mengikutsertakan anak dalam aktivitas kelompok yang membutuhkan kerja sama, komunikasi, dan interaksi
  • Mencari tahu lebih dalam tentang retardasi mental, baik melalui konsultasi ke dokter maupun orang tua lain yang anaknya memiliki kondisi serupa

Komplikasi Retardasi Mental

Jika tidak ditangani, retardasi mental dapat mengganggu aktivitas sehari-hari penderita. Hal ini dapat memengaruhi kualitas hidupnya dan menimbulkan beberapa komplikasi berikut:

  • Gangguan kecemasan
  • Frustasi
  • Depresi
  • Perilaku yang tidak kooperatif, seperti mudah marah, suka menantang, atau menyakiti diri sendiri
  • Perilaku mengulang gerakan, suara, atau kata-kata

Pencegahan Retardasi Mental

Retardasi mental sulit dicegah. Meski begitu, dokter menganjurkan kepada ibu hamil untuk melakukan beberapa hal guna mengurangi risiko anak terlahir dengan retardasi mental, antara lain:

  • Tidak merokok
  • Menghindari konsumsi minuman beralkohol selama masa kehamilan
  • Melakukan pemeriksaan rutin ke dokter untuk memantau perkembangan janin
  • Mengonsumsi vitamin sesuai dengan kebutuhan
  • Menjalani vaksinasi untuk menghindari infeksi tertentu

Pada wanita yang sedang merencanakan kehamilan, disarankan untuk menjalani tes genetik, terutama jika memiliki riwayat kelainan genetik dalam keluarga. Hal ini untuk mengetahui seberapa besar risiko anak mewarisi kelainan tersebut.

Retardasi mental yang disebabkan oleh cedera kepala akibat kecelakaan dapat dicegah dengan menggunakan alat pelindung diri saat beraktivitas. Misalnya, dengan memakai sabuk pengaman saat berkendara, pelampung yang kuat saat berenang, atau alat pelindung diri saat melakukan aktivitas yang berisiko menyebabkan cedera.