Revenge porn adalah kejahatan yang dilakukan dengan menyebarkan foto dan video berbau pornografi untuk tujuan balas dendam. Hal ini bisa membuat korbannya mengalami kerugian pada berbagai aspek, mulai dari psikis hingga sosial. Lantas, bagaimana cara menghadapi kejahatan ini?
Revenge porn atau dikenal juga sebagai pornografi nonkonsensual adalah tindakan penyebaran foto atau video intim milik seseorang tanpa izin. Pelaku tindakan pelecehan seksual ini bisa saja merupakan orang terdekat korban maupun peretas yang mencuri data pribadi korban secara online.

Amat disayangkan, revenge porn dapat terjadi pada siapa saja baik itu pria maupun wanita. Tak hanya bertujuan mempermalukan, tindakan ini sering kali juga dilakukan untuk mengintimidasi, memeras, atau bahkan menghancurkan reputasi korban. Hal ini bisa menimbulkan dampak sangat merugikan sehingga perlu dihadapi dengan seksama.
Dampak Revenge Porn
Pada beberapa kasus, pelaku revenge porn sengaja menyebarkan konten pornografi yang dibuat dengan memaksa atau melakukan kekerasan pada korban. Selain itu, proses pembuatan konten pornografi tersebut juga bisa saja dilakukan secara diam-diam alias tidak diketahui sama sekali oleh korban.
Konten pornografi tersebut juga dapat dicuri dengan meretas ponsel atau akun digital milik korban, baru kemudian disebarluaskan melalui media tertentu. Pada beberapa kasus, aksi kriminal ini dilakukan dengan menyebarkan konten tersebut melalui situs pornografi atau media sosial.
Berikut adalah berbagai dampak revenge porn, yang tidak bisa diremehkan:
1. Gangguan kecemasan
Korban revenge porn dapat mengalami gangguan kecemasan, yang ditandai oleh cemas berlebih terutama saat menghadapi lingkungan sosial atau menggunakan media sosial. Korban mungkin saja merasa diawasi, dihakimi, atau takut konten terkait dirinya tersebar lebih luas. Bila tidak diatasi segera, kecemasan berlebih ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. PTSD
Konten pornografi yang tersebar dapat membuat korban merasa trauma. Hal ini bisa memicu timbulnya gejala PTSD, misalnya kilas balik tentang peristiwa dibuat atau tersebarnya konten tersebut.
Selain itu, korban juga rentan merasakan gejala lain, seperti mimpi buruk atau bahkan rasa takut tiba-tiba ketika mendapati suara, tempat, atau situasi yang mengingatkannya pada kejadian tersebut.
3. Depresi
Salah satu dampak buruk revenge porn bagi korban adalah depresi. Hal ini disebabkan oleh hilangnya kendali atas konten privasi, yang dapat memicu rasa malu atas tekanan sosial. Gejala depresi perlu diwaspadai, khususnya adalah kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai, menarik diri dari lingkungan, hingga mencoba menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri.
4. Risiko doxing
Setelah konten revenge porn tersebar, korban berisiko tinggi mengalami doxing, yakni penyebaran identitas pribadi seperti nama lengkap, alamat, serta tempat kerja, tanpa izin. Hal ini bisa meningkatkan risiko terjadinya pengucilan sosial, ancaman, atau bahkan pelecehan berulang.
Selain kondisi di atas, korban revenge porn juga rentan mengalami gangguan mental lain, bahkan berisiko merasakan dorongan untuk bunuh diri bila tidak tertangani dengan baik.
Hal ini karena revenge porn dapat berujung pada hancurnya reputasi dan masa depan korban, yang dapat membuatnya merasa tidak lagi dapat diterima di kalangan masyarakat. Misalnya, hubungan dengan keluarga atau teman rusak, cemooh dari tetangga maupun netizen, sampai kehilangan pekerjaan.
Hal yang Perlu Dilakukan untuk Menghadapi Revenge Porn
Sebenarnya, penanganan korban revenge porn cukup kompleks karena kondisi dan situasi yang dihadapi korban bisa berbeda-beda. Namun, ada hal-hal yang bisa dilakukan ketika seseorang mendapati revenge porn, yaitu:
- Menyimpan barang bukti dengan cara mengambil tangkapan layar yang menunjukkan kalimat ancaman dari pelaku
- Menyimpan tautan dari akun atau postingan media sosial yang digunakan pelaku untuk menyebar konten pornografi
- Menyimpan barang bukti di tempat yang aman supaya tidak diambil oleh pelaku
- Menyimpan barang bukti dalam bentuk catatan kejadian agar lebih mudah saat mencari bantuan ke pihak kepolisian maupun LPSK, atau Komnas Perempuan dan Kementerian PPPA bila korban adalah wanita atau anak di bawah umur.
- Memutus komunikasi dengan pelaku, misalnya memblokir kontak, deaktivasi akun digital sementara waktu, atau mengganti akun secara permanen untuk menghindari kecemasan pada korban dan ancaman dari pelaku
- Tidak menuruti permintaan pelaku dan melapor ke pihak berwajib, terlebih jika permintaan sudah mengandung ancaman
Orang yang ada di dalam konten revenge porn sering kali mendapatkan victim blaming dan stigma negatif dari masyarakat. Bahkan, tak jarang mereka kurang mendapat perlindungan yang seharusnya didapatkan.
Padahal, pihak yang patut disalahkan dan harus bertanggung jawab dan mendapatkan sanksi hukum tegas atas revenge porn adalah orang yang menyebarkan konten tersebut.
Jadi, apabila kamu mendapati terjadinya revenge porn, jangan menyalahkan dan menghakimi korban ya. Lebih baik, jagalah privasi korban dan tawarkan bantuan yang ia butuhkan, misalnya menyediakan tempat istirahat atau membantu mengumpulkan bukti.
Selain itu, tunjukkan empati dengan mendengarkan, mendukung, dan mempercayai keterangan korban. Dengan cara ini, peranmu mungkin saja bisa mengurangi beban psikologis yang ia rasakan.
Kamu juga bisa membantu mengarahkan korban revenge porn untuk berkonsultasi ke psikolog atau psikiater. Lewat konsultasi, korban bisa didampingi dan dibimbing untuk mengelola emosi agar terhindar dari masalah kesehatan mental yang parah.
Guna mencegah terjadinya revenge porn, sebaiknya hindari merekam maupun menyimpan konten yang menunjukkan pose atau aktivitas seksual ya. Bila mendapatkan ajakan untuk merekam, kamu perlu ingat bahwa kamu berhak untuk menolak.