Skizofrenia adalah gangguan mental berat yang dapat memengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi. Penderita skizofrenia bisa mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.

Berdasarkan data dari WHO, ada sekitar 24 juta jiwa di seluruh dunia yang menderita skizofrenia. Sementara menurut data yang dirilis Kementerian Kesehatan RI tahun 2023, diperkirakan ada 6,1% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas yang mengalami gangguan kesehatan mental, salah satunya skizofrenia.

Skizofrenia - Alodokter

Perlu diketahui bahwa penderita skizofrenia berisiko 2–3 kali lebih tinggi mengalami kematian pada usia muda. Hal ini karena skizofrenia umumnya disertai penyakit lain, seperti penyakit jantung, diabetes, atau infeksi. Selain itu, penderita skizofrenia juga rentan melakukan percobaan bunuh diri.

Penyebab Skizofrenia

Penyebab skizofrenia sampai saat ini masih diteliti. Namun, ada faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya skizofrenia, di antaranya: 

  • Skizofrenia pada anggota keluarga kandung
  • Ketidakseimbangan kadar dopamin dan serotonin di otak
  • Komplikasi kehamilan atau persalinan, contohnya kekurangan asupan nutrisi, paparan racun atau virus, preeklamsia, kekurangan oksigen saat dilahirkan (asfiksia), atau kelahiran prematur
  • Faktor lingkungan, seperti stres akibat perceraian atau kehilangan pekerjaan, serta trauma karena pelecehan seksual atau kekerasan fisik dan emosional
  • Penyalahgunaan NAPZA, contohnya kokain, ganja, dan amfetamin

Gejala Skizofrenia

Skizofrenia dapat berkembang secara perlahan dan gejala awalnya sulit dikenali pada masa remaja. Awalnya, penderita bisa menarik diri dari lingkungan sosial, sulit tidur, mengalami penurunan prestasi, tidak ada motivasi, hingga mudah marah dan tertekan.

Gejala skizofrenia terbagi 2, yaitu: 

  • Gejala positif, yang berkaitan dengan perubahan pola pikir dan perilaku, seperti halusinasi, delusi, serta kekacauan dalam berpikir atau berperilaku
  • Gejala negatif, berupa hilangnya minat dan motivasi, serta perubahan ekspresi wajah, hingga tidak peduli akan penampilan. Gejala ini muncul secara bertahap dan bisa memburuk seiring berjalannya waktu. 

Kapan harus ke dokter

Konsultasikan kepada psikiater via chat atau secara langsung ketika ada orang terdekat yang mengalami gejala skizofrenia, apalagi jika gejala yang dialami berupa halusinasi dan delusi. Alasannya, kedua kondisi tersebut bisa membuat penderita menjadi agresif sehingga perlu ditangani dengan tepat. 

Diagnosis Skizofrenia

Untuk mendiagnosis skizofrenia, ada sejumlah pemeriksaan yang akan dokter atau psikater lakukan, seperti:

  • Gejala yang dialami
  • Penyakit yang pernah atau sedang diderita, termasuk pada keluarga
  • Pemeriksaan kejiwaan, termasuk tes kepribadian
  • Tes darah yang disertai dengan tes urine, untuk mendeteksi penyalahgunaan NAPZA, serta tes cairan serebrospinal
  • Pemeriksaan penunjang, seperti MRI atau CT scan otak, untuk mendeteksi ada tidaknya gangguan pada otak.

Pengobatan Skizofrenia

Pengobatan skizofrenia adalah dengan mengendalikan atau meredakan gejalanya agar pasien dapat hidup layaknya orang normal. Penderita skizofrenia harus melakukan kontrol kesehatan secara rutin dan menjalani pengobatan seumur hidup.

Pengobatan skizofrenia dapat meliputi:

  • Obat-obatan antipsikotik untuk mengatasi gejala halusinasi dan delusi, seperti aripiprazole, clozapine, chlorpromazine
  • Psikoterapi untuk mengendalikan gejala, yang umumnya diikuti dengan pemberian obat-obatan.
  • Terapi elektrokonvulsi, yang diberikan ketika obat-obatan tidak maksimal dalam meredakan gejala. Terapi ini dilakukan dengan mengalirkan arus listrik bertegangan rendah guna mengubah sinyal kimiawi tertentu di otak
  • Transcranial magnetic stimulation (TMS), untuk mengurangi halusinasi dan gejala negatif skizofrenia.

Pencegahan Skizofrenia

Skizofrenia sulit dicegah sepenuhnya. Meski demikian, ada upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalkan risiko terkena penyakit ini, yaitu dengan:

  • Jangan menggunakan NAPZA atau mengonsumsi minuman beralkohol
  • Bicarakan dengan dokter jika pernah mengalami kekerasan fisik dan mental atau trauma pada masa lalu
  • Kelola stres dengan melakukan hal-hal yang disenangi
  • Jangan mengisolasi diri, tetapi bersosialisasilah dengan orang terdekat 
  • Konsumsilah makanan bergizi seimbang dan berolahragalah secara rutin 
  • Hindari cedera kepala, misalnya dengan menggunakan helm saat mengendarai motor
  • Jagalah kesehatan fisik dan mental selama kehamilan

Itulah informasi seputar skizofrenia yang perlu diketahui. Jika ada anggota keluarga atau orang terdekat yang mengalami gejala skizofrenia, lakukan konsultasi dengan dokter. Konsultasi bisa dilakukan melalui Chat Bersama Dokter

Melalui konsultasi, dokter akan melakukan pemeriksaan dan penanganan yang tepat. Dengan begitu, gejala skizofrenia bisa terkelola dengan baik.