Krisis paruh baya merupakan bagian normal dari perjalanan hidup. Namun, mungkin banyak dari kita yang belum begitu paham apa sebenarnya krisis paruh baya, apa penyebabnya, dan bagaimana cara menghadapinya. Untuk lebih jelasnya, simak artikel ini yuk.
“Happy birthday! Selamat ya, sudah masuk kepala 4.” Setelah mendengar ucapan ini, bukannya senang tapi kok malah stres, cemas, atau gelisah sendiri, ya? Hal ini mungkin menandakan krisis paruh baya, nih.
Krisis paruh baya adalah periode ketika seseorang mencapai usia sekitar 40–60-an tahun dan merasa khawatir, bingung, atau takut pada kenyataan bahwa hidup mereka makin mendekati masa tua, sedangkan di sisi lain mereka ingin tetap merasa muda kembali.
Kondisi ini dapat ditandai dengan kegelisahan, keraguan, kelelahan, merasa seperti orang yang gagal, dan kurang semangat menjalani hidup. Orang yang mengalami krisis paruh baya juga mungkin akan mengalami beberapa gejala, seperti susah tidur, kenaikan atau penurunan berat badan, serta suasana hati yang mudah berubah drastis, seperti marah, sedih, dan cemas.
Kenali Penyebab Krisis Paruh Baya
Ada beberapa faktor yang sering memicu terjadinya krisis paruh baya, di antaranya:
1. Kekhawatiran masalah karier
Pada fase krisis paruh baya, orang dewasa umumnya akan lebih banyak mempertanyakan seperti apa kehidupan mereka jika mengambil jalan karier yang berbeda, atau mereka melihat ke belakang tentang apa saja yang sudah dilakukan selama ini.
Hal ini kemudian bisa membuat beberapa orang menyesal tidak memilih karier yang berbeda atau tidak menciptakan kehidupan yang pernah mereka impikan. Jika tidak terkontrol, emosi yang timbul akibat pikiran tersebut bisa menyebabkan stres, keresahan batin, atau bahkan depresi.
2. Banyak beban yang dipikul
Selain masalah karier, krisis paruh baya bisa dialami seseorang karena banyaknya beban yang dipikul, seperti merawat orang tua yang sudah sakit-sakitan, mengurus anak yang masih kecil, atau membayar banyak tagihan dan utang.
Banyaknya beban tersebut cenderung membuat seseorang melihat kembali kehidupan sebelumnya dan muncul pikiran bahwa dia sebenarnya bisa lebih bahagia bila melakukan perubahan besar. Pikiran ini kemudian bisa menimbulkan kegelisahan dan kecemasan finansial pada masa paruh baya.
3. Terjadi banyak perubahan dalam hidup
Pada saat seseorang mencapai usia paruh baya, dia mungkin akan mengalami banyak perubahan dalam hidupnya yang bisa memicu trauma mendalam, seperti kematian anggota keluarga, perceraian, atau pemutusan hubungan kerja.
Beberapa perubahan tersebut bisa membuat seseorang terus merasa sedih, cemas, tidak bersemangat, hingga mulai mempertanyakan pilihan-pilihan hidupnya. Perasaan ini mungkin bisa terasa lebih intens jika orang tersebut kerap merasa kesepian.
4. Berkurangnya kemampuan fisik
Mulai adanya penyakit yang diderita atau kondisi fisik yang makin lemah karena proses penuaan juga bisa memicu krisis paruh baya. Karena kondisi fisik yang menurun, sebagian orang berusia paruh baya mungkin sudah tidak memiliki stamina atau energi yang kuat seperti dulu. Ini bisa menimbulkan stres atau bahkan depresi karena tidak bisa lagi melakukan aktivitas atau hobi yang dulu masih bisa dilakukan.
Namun, hal ini bisa dicegah, kok. Caranya adalah dengan rutin menjalani gaya hidup sehat, seperti rutin olahraga sejak usia muda. Aktivitas ini tak hanya bisa membuat tubuh lebih bugar, tetapi juga bisa memperkuat otot dan sendi. Dengan begitu, usia senja tak lagi menjadi halangan untuk bisa menjalani hobi atau hal yang disenangi.
Cara Menghadapi Krisis Paruh Baya
Sebenarnya wajar jika Anda mengalami krisis paruh baya. Namun, ini tidak boleh dianggap remeh, karena bila tidak dihadapi dengan bijak, krisis paruh baya bisa menyebabkan depresi atau gangguan kecemasan. Untuk menghadapi krisis paruh baya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, antara lain:
- Mengevaluasi kembali pilihan-pilihan hidup dan menentukan hal yang dirasa benar-benar tepat dilakukan
- Mencoba mengambil langkah menuju masa depan baru. Misalnya, mengikuti workshop atau kelas tertentu dan membuka bisnis baru
- Memanfaatkan waktu untuk berpikir dan merencanakan hidup secara bertahap
- Menghabiskan waktu untuk berlibur dan relaksasi di alam, seperti duduk di tepi pantai, berjalan-jalan di sekitar pepohonan, atau berolahraga di luar ruangan
- Meluangkan waktu untuk bersosialisasi dan membangun support system, misalnya dengan keluarga atau kerabat terdekat
Krisis paruh baya tidak selalu dimaknai negatif. Fase ini mungkin saja menjadi kesempatan yang baik bagi Anda untuk lebih mengenali diri sendiri dan dunia yang lebih luas, serta menggali ide kreatif atau gagasan baru. Dengan begitu, krisis paruh baya bisa dihadapi dengan baik dan justru akan berdampak positif ke depannya.
Krisis paruh baya memang bisa menjadi masa yang sangat berat, bahkan bagi orang yang memiliki mental kuat sekalipun. Oleh karena itu, apabila Anda masih kesulitan menghadapi krisis paruh baya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.