Transplantasi hati adalah tindakan untuk mengganti organ hati yang sudah mengalami kerusakan berat dengan jaringan hati yang sehat dari pendonor. Prosedur ini dilakukan jika metode pengobatan lain sudah tidak efektif.

Hati atau liver memiliki banyak fungsi penting, antara lain memproduksi cairan empedu, menyingkirkan racun dari dalam tubuh, hingga mengolah nutrisi menjadi energi. Kerusakan liver yang berat atau gagal hati dapat disebabkan oleh kanker atau penyakit pada hati, misalnya hepatitis B, yang tidak tertangani dengan baik.

Transplantasi Hati, Ini yang Harus Anda Ketahui - Alodokter

Jika gagal hati tidak bisa diatasi dengan metode pengobatan lain dan kerusakannya sudah menyeluruh, dokter akan menganjurkan pasien untuk menjalani transplantasi hati. Pada prosedur ini, hati yang sudah rusak akan diangkat seluruhnya dan diganti dengan jaringan hati yang baru.

Hati yang didonorkan bisa utuh atau hanya sebagian. Donor hati yang utuh didapatkan dari pendonor yang sudah meninggal dunia, sedangkan donor hati sebagian diperoleh dari pendonor yang masih hidup.

Pendonor hidup yang memberikan sebagian hatinya masih dapat hidup normal dengan liver yang tersisa. Begitu pula dengan penerima donor liver sebagian. Pada keduanya, organ hati akan tumbuh dan berkembang mencapai ukuran normal dalam 1–2 bulan.

Tujuan dan Indikasi Transplantasi Hati

Transplantasi hati merupakan prosedur yang efektif untuk mengganti organ hati yang rusak. Meski begitu, tidak semua pasien dapat menjalani operasi ini.

Transplantasi hati dapat dilakukan pada pasien yang tidak memiliki pilihan selain cangkok hati dan yang dinilai bisa bertambah harapan hidupnya dengan prosedur ini.

Berikut adalah contoh kondisi yang dapat menyebabkan gagal hati dan memerlukan transplantasi hati:

Peringatan dan Larangan Transplantasi Hati

Ada kondisi-kondisi yang membuat pasien tidak dapat menjalani transplantasi hati, yaitu:

  • Menderita penyakit infeksi, seperti tuberkulosis atau osteomielitis
  • Tidak dapat mengonsumsi obat imunosupresan setelah operasi
  • Menderita kecanduan alkohol dan sulit untuk berhenti
  • Menggunakan obat-obatan terlarang atau NAPZA
  • Pernah menderita kanker
  • Menderita penyakit jantung atau penyakit paru-paru
  • Menderita kanker hati yang telah menyebar ke organ lain

Sebelum Transplantasi Hati

Bila pasien dinilai memerlukan transplantasi hati, dokter akan menjalankan sejumlah pemeriksaan. Hal ini diperlukan untuk memutuskan apakah pasien bisa masuk ke dalam daftar tunggu penerima donor hati.

Setelah itu, dokter akan menjalankan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, seperti tes psikologis, biopsi hati, tes darah, USG, foto Rontgen, dan elektrokardiogram (EKG).

Perlu diketahui bahwa jumlah pasien yang membutuhkan transplantasi hati tergolong banyak. Dengan kata lain, butuh waktu lama untuk bisa mendapatkan donor hati utuh.

Donor hati dari orang yang masih hidup, misalnya dari keluarga, pasangan, atau  teman, mungkin bisa didapatkan lebih cepat. Namun, pendonor harus memenuhi beberapa persyaratan berikut:

  • Kondisi kesehatan prima
  • Golongan darah sama dengan penerima donor
  • Berat badan dan ukuran liver sesuai dengan penerima donor
  • Usia antara 18–60 tahun

Selama menunggu ketersediaan donor, pasien perlu melakukan beberapa hal di bawah ini sebelum menjalani transplantasi hati:

  • Menjaga pola makan sehat dan bergizi seimbang, serta rutin berolahraga
  • Mengonsumsi obat-obatan sesuai saran dokter
  • Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol
  • Menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan
  • Memberi tahu dokter jika sedang minum obat-obatan tertentu, termasuk vitamin, suplemen, dan produk herbal
  • Memberi tahu dokter jika memiliki alergi terhadap obat-obatan tertentu

Sebelum tindakan transplantasi hati dilakukan, pasien akan diminta untuk tidak makan atau minum sekitar 8 jam sebelum operasi. Pasien juga disarankan meminta anggota keluarga atau kerabat untuk menemani selama dan setelah operasi.

Prosedur Transplantasi Hati

Keseluruhan prosedur transplantasi hati umumnya memerlukan waktu sekitar 6–12 jam. Sebelum memulai operasi, pasien akan diminta untuk melepas perhiasan yang dikenakan dan mengganti pakaian dengan jubah khusus operasi.

Pasien akan diminta untuk berbaring dalam posisi telentang, kemudian dokter akan memberikan bius umum agar pasien tidak sadar selama operasi. Setelah pasien terbius, dokter akan melakukan prosedur transplantasi hati dalam tahapan berikut:

  • Memasang selang pernapasan untuk memastikan napas pasien tetap stabil selama operasi
  • Membersihkan area kulit yang akan disayat menggunakan cairan antiseptik
  • Membuat sayatan panjang di bawah tulang rusuk hingga organ hati dapat terlihat
  • Menjepit pembuluh darah dan saluran empedu yang menempel pada hati
  • Mengangkat liver kemudian menggantinya dengan hati dari pendonor
  • Menjahit dan menghubungkan hati yang baru dengan pembuluh darah dan saluran empedu, kemudian memastikan tidak ada perdarahan pada area jahitan
  • Menyelesaikan transplantasi hati dengan menjahit sayatan dan menutup luka operasi dengan perban

Setelah Transplantasi Hati

Setelah menjalani transplantasi hati, pasien akan dipindahkan ke ruang pemulihan, lalu ke ICU  (intensive care unit) agar kondisinya terpantau dengan baik. Dokter akan memeriksa tanda-tanda vital pasien, seperti denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah secara berkala.

Pemantauan di rumah sakit biasanya memerlukan waktu 1–2 minggu. Selama rawat inap, pasien akan tersambung dengan alat bantu napas, selang makan, selang kencing, dan infus. Selain itu, pasien perlu menjalani tes darah secara rutin untuk memastikan tidak ada masalah pada organ hati barunya.

Bila dokter memastikan kondisi pasien sudah stabil, alat-alat yang terpasang di tubuh akan dilepas secara bertahap. Pasien bisa makan dan minum sesuai arahan dokter, serta kembali ke rumah.

Selama masih dalam masa pemulihan, pasien perlu menjaga agar luka operasi tetap kering dan bersih. Pasien juga tidak disarankan untuk menyetir kendaraan sendiri hingga 2 bulan setelah operasi. Umumnya, pasien transplantasi hati bisa beraktivitas dan bekerja kembali 2–3 bulan setelah operasi.

Pasien masih perlu menjalani kontrol rutin selama beberapa bulan. Setelah itu, dokter akan menyarankan pasien memeriksakan diri setiap 1 tahun sekali untuk seumur hidupnya. Tujuannya adalah untuk memantau kondisi cangkok hati.

Untuk membantu proses pemulihan dan menjaga kesehatan organ hati, ada upaya-upaya yang dapat dilakukan pasien, yaitu:

  • Mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter
  • Berolahraga secara rutin
  • Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang
  • Menghindari makanan kemasan yang diproses pabrik
  • Minum cukup air putih setiap harinya
  • Tidak merokok dan menghindari konsumsi minuman beralkohol

Setelah menerima hati yang baru, pasien dianjurkan untuk mengonsumsi obat imunosupresan selama hidupnya. Obat ini berguna untuk mencegah sistem kekebalan tubuh berbalik menyerang hati yang baru.

Selama beberapa bulan setelah operasi, pasien juga harus menghindari kerumunan dan tidak melakukan kontak dengan orang yang menderita penyakit infeksi. Hal ini karena imunosupresan dapat melemahkan kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi.

Efek Samping dan Komplikasi Transplantasi Hati

Sama halnya dengan operasi lain, transplantasi hati berisiko menimbulkan efek samping dan komplikasi. Berikut adalah komplikasi yang bisa terjadi akibat transplantasi hati:

  • Infeksi
  • Kebocoran atau penyumbatan pada saluran empedu
  • Perdarahan atau penggumpalan darah
  • Liver tidak berfungsi dengan baik setelah operasi

Segera ke dokter jika muncul gejala yang serius atau tanda-tanda kegagalan cangkok hati. Beberapa keluhan yang perlu diwaspadai adalah:

  • Kemerahan, bengkak, perdarahan, atau nyeri berat dari luka sayatan
  • Demam lebih dari 38°C
  • Urine berwarna gelap seperti teh
  • Gatal-gatal di seluruh tubuh tanpa sebab yang jelas
  • Mata dan kulit menguning (penyakit kuning)
  • Perut sakit atau membengkak
  • Mual dan muntah
  • Lemas atau lelah yang tidak biasa
  • Sakit kepala
  • Kejang

Tidak hanya dari prosedur transplantasi, penggunaan obat imunosupresan dalam jangka panjang juga dapat menimbulkan efek samping, seperti:

  • Diare, sakit kepala
  • Tekanan darah naik
  • Kadar kolesterol darah meningkat
  • Pengeroposan tulang (osteoporosis)
  • Risiko terjadinya diabetes makin tinggi
  • Peningkatan risiko terkena infeksi, seperti infeksi jamur di mulut, herpes, dan infeksi saluran pernapasan akibat virus