Setiap jenis cacar memiliki gejala yang sedikit berbeda. Agar penanganan cacar bisa tepat sasaran sesuai penyebabnya, penting untuk mengenali ciri khas berbagai jenis cacar. Selain itu, setiap penyakit cacar juga bisa dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita dan mendapatkan imunisasi.
Cacar adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Nah, berbagai virus ini bisa menimbulkan jenis cacar yang berbeda. Penularannya bisa melalui kontak erat dengan orang yang terinfeksi virus penyebab cacar atau permukaan benda yang terkontaminasi virus.
Setiap jenis cacar umumnya memiliki gejala yang tampak serupa, seperti munculnya bintil kemerahan berisi cairan yang terasa gatal atau nyeri, ruam, dan demam. Bintil ini biasanya muncul di wajah, dada, punggung, atau menyebar ke seluruh tubuh. Meski demikian, setiap jenis cacar tetap memiliki perbedaan.
Berbagai Jenis Cacar yang Perlu Diketahui
Mengetahui jenis cacar dan gejala yang muncul merupakan langkah pertama yang penting dilakukan oleh dokter. Dengan begitu, dokter bisa melakukan langkah-langkah perawatan yang tepat dan sesuai untuk mengobati penyebab munculnya cacar.
Berikut ini adalah beberapa jenis cacar beserta gejalanya:
1. Cacar air (chicken pox)
Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster. Jenis cacar ini lebih sering dialami oleh orang yang belum pernah terinfeksi cacar air, belum menerima vaksin cacar air, dan memiliki daya tahan tubuh lemah.
Penularan virus varicella-zoster dapat terjadi melalui kontak erat dengan penderita cacar air atau menyentuh benda di sekitar penderita yang sudah terkontaminasi virus penyebab cacar air.
Gejala cacar air umumnya muncul 10–21 hari setelah seseorang terinfeksi virus varicella-zoster. Gejala utamanya adalah timbul bintil kemerahan yang berisi cairan bening di wajah, dada, dan punggung kemudian menyebar ke seluruh bagian tubuh. Setelah beberapa hari, bintil-bintil ini akan pecah dengan sendirinya kemudian mengering.
Sekitar 1–2 hari sebelum bintil muncul, penderita cacar air biasanya akan mengalami gejala lain berupa:
- Demam
- Sakit kepala
- Kehilangan nafsu makan
- Sakit tenggorokan
- Mudah lelah
Bekas luka akibat cacar air dapat memudar dalam waktu 1 minggu atau hilang sepenuhnya dalam waktu 2–3 minggu, jika daya tahan tubuh penderitanya sudah lebih baik.
2. Cacar (smallpox)
Ini merupakan jenis cacar yang disebabkan oleh virus variola. Jenis cacar ini dapat menyebar melalui kontak erat dengan penderita cacar dan memiliki masa inkubasi sekitar 7–17 hari setelah terpapar virus.
Walau mudah menular, jenis cacar ini sudah dinyatakan punah oleh WHO. Di Indonesia sendiri, kasus cacar variola terakhir ditemukan pada tahun 1974.
Gejala cacar ini umumnya mirip dengan cacar air, hanya saja bintil-bintilnya lebih cepat mengering.
3. Cacar api
Cacar api merupakan kondisi lanjutan dari cacar air yang terjadi akibat infeksi virus varicella-zoster. Setelah cacar air sembuh, virus tersebut akan menetap di dalam saraf tulang belakang selama bertahun-tahun tanpa menimbulkan gejala apa pun.
Namun, ketika sistem imunitas tubuh melemah, misalnya karena stres berat atau penyakit tertentu, virus penyebab cacar api dapat aktif kembali dan menimbulkan gejala cacar api. Jenis cacar ini bisa menimbulkan berbagai gejala berikut:
- Demam
- Sakit kepala
- Menggigil
- Penurunan nafsu makan
- Mual
- Kesemutan atau gatal-gatal
- Nyeri tajam dan menjalar yang terasa seperti terbakar
- Ruam kemerahan yang muncul di satu sisi area badan atau wajah kemudian berkembang menjadi bintil kemerahan berisi cairan
Dalam waktu 7–10 hari sejak ruam lepuh cacar api muncul, bintil kemerahan berisi cairan akan pecah dan mengering. Setelah ruam mengering, cacar api biasanya akan hilang dengan sendirinya dan kulit bisa kembali normal dalam waktu 2–3 minggu.
Cacar api umumnya tidak menular. Namun, virus varicella-zoster tetap dapat menular ke orang lain saat ruam lepuh mulai muncul. Orang yang belum pernah menderita cacar air atau belum menerima vaksin cacar air akan lebih rentan terinfeksi virus tersebut.
4. Cacar monyet
Cacar monyet disebabkan oleh virus monkeypox (mpox) yang umumnya ditemukan pada hewan primata, seperti monyet, dan hewan pengerat, seperti tikus, hamster, atau tupai. Selain ditularkan dari hewan, khususnya hewan liar, jenis cacar ini juga bisa menular antarmanusia.
Penularan virus dari hewan biasanya disebabkan oleh gigitan atau cakaran hewan yang telah terinfeksi. Sementara itu, penularan virus monkeypox dari manusia bisa terjadi melalui percikan air liur atau kontak langsung dengan luka di kulit penderita.
Cacar monyet lebih berisiko dialami oleh orang yang berkontak erat dengan penderita atau orang yang sering melakukan kontak erat dengan hewan liar atau hewan yang sakit.
Seseorang dapat menunjukkan gejala cacar monyet sekitar 21 hari setelah virus tersebut masuk ke dalam tubuh. Gejala awalnya antara lain adalah:
- Sakit kepala berat
- Demam
- Menggigil
- Nyeri otot
- Sakit punggung
- Sakit tenggorokan
- Keringat dingin
- Tubuh terasa lemas
- Pembengkakan kelenjar getah bening
Dalam waktu 1–4 hari setelah demam muncul, penderita cacar monyet akan mengalami gejala lanjutan berupa ruam atau bintil berisi nanah yang terasa sangat gatal dengan jumlah yang bervariasi, mulai dari 1 hingga ribuan.
Bintil cacar monyet bisa muncul di badan, wajah, telapak tangan, telapak kaki, selangkangan, area kelamin, hingga anus. Namun, pada beberapa kasus, bintil juga dapat muncul di mata, mulut, dan tenggorokan. Setelah 2–4 minggu, bintil akan mengering menjadi keropeng dan hilang dengan sendirinya.
Cara Mencegah Penularan Cacar
Cara efektif untuk mencegah terjadinya setiap jenis cacar adalah dengan mendapatkan vaksinasi. Vaksinasi dianjurkan pada anak dan orang dewasa yang belum pernah menerima vaksin.
Pencegahan cacar air dan cacar api umumnya dengan mendapatkan vaksinasi varicella. Vaksin ini bekerja dengan cara merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi guna melawan virus penyebab cacar air dan cacar api.
Sementara itu, penularan cacar monyet dapat dicegah dengan pemberian vaksin cacar monyet. Vaksin ini disarankan bagi orang yang rentan terpapar virus cacar monyet, misalnya pekerja kesehatan atau orang yang memiliki kontak erat dengan penderita cacar monyet.
Pada orang yang sudah pernah terkena cacar, vaksinasi cacar tambahan umumnya tidak perlu dilakukan. Ini karena tubuhnya sudah membentuk antibodi terhadap virus penyebab cacar sehingga kecil kemungkinannya untuk terkena cacar kembali. Jika terinfeksi lagi, gejala yang muncul pun biasanya akan lebih ringan.
Selain pemberian vaksin, pencegahan berbagai jenis cacar juga bisa dilakukan dengan menghindari kontak erat dengan orang yang sedang mengalami cacar, cacar air, cacar api, maupun cacar monyet.
Dengan mengetahui berbagai jenis cacar, Anda diharapkan agar lebih waspada terhadap penyakit ini. Apabila Anda mengalami gejala yang menyerupai cacar, cacar air, cacar api, maupun cacar monyet, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter. Konsultasi bisa dilakukan dengan cepat tanpa keluar rumah melalui Chat Bersama Dokter.