Gangguan menstruasi adalah kelainan yang terjadi pada siklus menstruasi. Ada beragam gangguan menstruasi yang bisa dialami wanita, mulai dari darah haid yang terlalu sedikit atau banyak, nyeri haid, hingga depresi menjelang menstruasi atau premenstrual dysphoric disorder. Simak ulasan berikut untuk mengenali gejala dan penyebabnya.

Siklus menstruasi yang normal terjadi setiap 21–35 hari dengan lama menstruasi sekitar 4–7 hari. Namun terkadang, siklus menstruasi ini bisa terganggu. Gangguan menstruasi bisa berupa perdarahan menstruasi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, siklus menstruasi tidak teratur, menstruasi terjadi lebih dari 7 hari, tidak menstruasi lebih dari 3 bulan, atau bahkan tidak pernah haid sama sekali.

5 Jenis Gangguan Menstruasi yang Perlu Diwaspadai - Alodokter

 

Gangguan menstruasi juga bisa disertai dengan keluhan berat, seperti nyeri dan kram parah, hingga depresi menjelang menstruasi.

Jenis-Jenis Gangguan Menstruasi yang Perlu Diwaspadai

Selain dapat menggangu aktivitas sehari-hari, beberapa jenis gangguan menstruasi perlu diwaspadai karena dapat meningkatkan risiko masalah kesuburan. Gangguan menstruasi yang umum terjadi dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu:

1. Amenorea

Amenorea dibagi menjadi dua, yaitu amenorea primer dan sekunder. Amenorea primer adalah kondisi di mana seorang wanita sama sekali belum mengalami haid hingga 16 tahun.

Sementara itu, amenorea sekunder adalah kondisi di mana seorang wanita usia subur yang tidak sedang hamil, tetapi pernah menstruasi sebelumnya, berhenti mendapatkan menstruasi selama 3 bulan atau lebih.

Kedua jenis amenorea ini memiliki penyebab yang berbeda. Amenorea primer dapat disebabkan oleh kelainan genetik, gangguan otak yang mengatur hormon menstruasi, atau masalah pada indung telur (ovarium) atau rahim.

Sementara itu, penyebab amenorea sekunder adalah:

  • Kehamilan
  • Menyusui
  • Menopause
  • Penurunan berat badan yang berlebihan
  • Penyakit tertentu, seperti penyakit tiroid, polycystic ovarian syndrome (PCOS), dan tumor otak di bagian kelenjar pituitari atau hipofisis
  • Gangguan rahim, seperti miom atau polip dalam rahim
  • Stres berat
  • Efek samping obat-obatan, seperti kemoterapi dan antidepresan
  • Penggunaan kontrasepsi, seperti pil KB, KB suntik, dan IUD

Selain itu, kekurangan gizi atau malnutrisi dan olahraga yang berlebihan juga bisa menyebabkan wanita mengalami amenorea

2. Dismenorea

Dismenorea adalah kondisi di mana wanita mengalami nyeri saat menstruasi, umumnya pada hari pertama dan kedua haid. Gejalanya berupa nyeri atau kram di perut bagian bawah yang terus berlangsung dan terkadang menyebar hingga ke punggung bawah serta paha. Rasa nyeri tersebut juga bisa disertai sakit kepala, mual, dan muntah.

Dismenorea bisa terjadi karena kadar hormon prostaglandin yang tinggi saat hari pertama haid. Setelah beberapa hari, hormon ini akan berkurang kadarnya dan membuat nyeri haid ikut mereda. Nyeri haid jenis ini biasanya akan mulai berkurang seiring bertambahnya usia atau setelah melahirkan.

Selain karena hormon prostaglandin, dismenorea juga bisa terjadi karena adanya kelainan sistem reproduksi wanita, seperti:

Berbeda dengan dismenorea yang normal terjadi karena peningkatan hormon prostaglandin, dismenorea karena penyakit tertentu biasanya akan berlangsung lebih lama dan semakin memburuk seiring bertambahnya usia.

3. Menorrhagia

Menorrhagia adalah gangguan menstruasi berupa keluarnya darah menstruasi secara berlebihan atau dalam jumlah terlampau banyak, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Hal ini termasuk durasi haid yang berlangsung lebih dari menstruasi normal, yakni lebih dari 5–7 hari.

Wanita dengan gangguan menstruasi menorrhagia akan mengalami beberapa keluhan berikut:

  • Mengeluarkan terlalu banyak darah dari vagina, sehingga harus mengganti pembalut tiap jam
  • Harus menggunakan dua pembalut untuk menampung perdarahan
  • Harus bangun untuk mengganti pembalut saat tidur
  • Mengalami gejala anemia, misalnya lemas, pucat, atau sesak napas
  • Mengeluarkan gumpalan-gumpalan darah selama lebih dari satu hari

Menorrhagia bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari perubahan pola makan, sering olahraga, gangguan hormon, infeksi atau peradangan di vagina dan leher rahim, gangguan tiroid, miom dan polip di rahim, gangguan pembekuan darah, hingga kanker rahim atau kanker serviks.

4. Oligomenorea

Oligomenorea adalah kondisi ketika seorang wanita jarang sekali mengalami menstruasi, yakni jika siklus menstruasinya lebih dari 35–90 hari atau mendapat haid kurang dari 8–9 kali dalam kurun waktu setahun.

Oligomenorea sering dialami remaja yang baru memasuki pubertas dan wanita yang memasuki masa menopause. Gangguan menstruasi ini merupakan dampak dari aktivitas hormon yang sedang tidak stabil di masa-masa tersebut.

Di samping itu, ada beberapa hal lain yang mungkin jadi penyebab oligomenorrhea, di antaranya:

  • Penggunaan kontrasepsi hormonal, seperti pil KB atau KB suntik
  • Sering melakukan olahraga atau aktivitas fisik berat
  • Gangguan ovulasi
  • Penyakit tertentu, seperti diabetes, penyakit tiroid, dan sindrom polikistik ovarium (PCOS)
  • Gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia
  • Masalah psikologis, seperti stres dan depresi
  • Efek samping obat-obatan tertentu, seperti antipsikotik dan antiepilepsi

5. Premenstrual dysphoric disorder (PMDD)

Menjelang menstruasi, tidak sedikit wanita mengalami nyeri atau kram perut ringan, sakit kepala, diare, dan keluhan psikologis, seperti perubahan mood, merasa cemas, gelisah, hingga mudah emosi. Gejala-gejala yang muncul mendekati datang bulan ini disebut dengan PMS atau premenstrual syndrome.

Namun, jika gejala PMS yang dirasakan cukup berat hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, maka kondisi ini disebut PMDD. Selain nyeri haid yang disertai sakit kepala, gejala PMDD bisa berupa gelisah, susah tidur, makan berlebihan, sulit konsentrasi, depresi, merasa lemas dan tidak berenergi, hingga muncul ide atau keinginan untuk bunuh diri.

Penyebab PMDD dan PMS belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga terjadi karena adanya kelainan zat kimia di otak yang mengatur mood. Salah satu zat kimia ini adalah serotonin.

Selain itu, ada beberapa hal yang diduga turut berperan dalam munculnya kondisi ini, seperti:

  • Faktor keturunan
  • Kelebihan berat badan
  • Jarang berolahraga
  • Penyakit tiroid
  • Konsumsi alkohol dan penggunaan obat-obat terlarang

Untuk memastikan penyebab gangguan menstruasi, diperlukan serangkaian pemeriksaan oleh dokter. Pemeriksaan ini meliputi peninjauan riwayat menstruasi, pemeriksaan fisik, serta tes penunjang berupa tes darah, hingga USG, histerosalpingografi, dan MRI.

Beberapa pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan untuk menemukan penyebab gangguan menstruasi adalah pap smear, biopsi rahim, dan histeroskopi.

Penanganan untuk setiap jenis gangguan menstruasi berbeda, tergantung pada penyebabnya. Oleh sebab itu, Anda disarankan memeriksakan diri ke dokter guna mendapatkan penanganan yang sesuai. Penanganan gangguan menstruasi bisa berupa pemberian obat-obatan hingga operasi.

Gangguan menstruasi yang terjadi hanya sesekali biasanya tergolong normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Namun, jika gejala-gejalanya sering muncul dan sudah berlangsung dalam jangka waktu yang lama, Anda disarankan untuk segera berkonsultasi ke dokter.