Obat telinga berair digunakan untuk mengatasi cairan yang keluar dari telinga, baik berupa cairan bening, lendir, nanah, maupun darah. Agar obat telinga berair bekerja dengan optimal, penggunaannya harus disesuaikan dengan kondisi yang mendasari terjadinya keluhan.

Telinga berair, atau dalam istilah medis dikenal dengan otorrhea, dapat disebabkan oleh berbagai kondisi. Umumnya, telinga berair disebabkan oleh pecahnya gendang telinga maupun telinga kemasukan air, misalnya saat mandi dan berenang. Selain itu, telinga berair juga bisa disebabkan oleh infeksi maupun cedera kepala.

5 Obat Telinga Berair Sesuai Penyebabnya - Alodokter

Obat telinga berair akan mengatasi keluhan dengan cara mengeringkan cairan di telinga atau membasmi kuman penyebab infeksi.

Beragam Obat Telinga Berair

Jika telinga kemasukan air saat mandi atau berenang dan tidak menimbulkan keluhan, cobalah terlebih dahulu mengeluarkan air dengan cara memiringkan kepala. Anda dapat memiringkan kepala agar posisi telinga yang kemasukan air menghadap ke bawah, lalu tarik atau goyangkan daun telinga pelan-pelan. Cara ini akan membuat air yang terperangkap di dalam telinga mengalir ke luar.

Anda juga bisa menekan kuat-kuat telinga yang kemasukan air menggunakan telapak tangan. Jika belum berhasil, gunakan pengering rambut yang diarahkan ke lubang telinga untuk mengeringkan air.

Apabila berbagai cara tersebut tidak efektif atau telinga berair disertai keluhan lain, seperti gatal, nyeri, kesulitan mendengar, maupun keluar cairan selain cairan bening, Anda dapat mengggunakan obat telinga berair.

Obat ini ada yang bisa dibuat sendiri di rumah, dibeli secara bebas di apotek, atau didapatkan sesuai saran dokter. Penggunaan obat ini pun harus disesuaikan dengan penyebab telinga berair.

Berikut adalah berbagai jenis obat telinga berair sesuai penyebabnya:

1. Larutan alkohol dan cuka

Sebagai pertolongan pertama telinga berair, Anda bisa membuat larutan dengan mencampurkan 1 sendok makan alkohol dan 1 sendok makan cuka.

Lalu, celupkan kapas bersih ke dalam larutan dan teteskan larutan ini ke telinga. Diamkan selama 30 detik. Setelah itu, miringkan kepala dengan posisi telinga yang kemasukan air menghadap ke bawah.

Campuran 2 bahan sederhana tersebut dapat digunakan sebagai obat telinga berair untuk mengeringkan air yang masuk ke telinga.

2. Isopropil alkohol

Obat telinga berair berikutnya adalah obat yang mengandung isopropil alkohol dan gliserin. Obat yang dibeli secara bebas ini dapat mengeringkan air yang terperangkap di dalam telinga.

Selain itu, obat telinga berair dengan kandungan isopropil alkohol juga dapat mengurangi risiko terjadinya infeksi. Ketika air terjebak di telinga dan tidak dikeluarkan, telinga menjadi lembap. Ini merupakan kondisi ideal untuk pertumbuhan bakteri penyebab infeksi.

3. Hidrogen peroksida

Jika cairan di telinga sulit dikeluarkan karena ada kotoran yang menyumbat telinga, Anda dapat menggunakan obat telinga berair berupa larutan hidrogen peroksida. Obat ini bekerja dengan cara melunakkan kotoran telinga.

Kendati demikian, hindari menggunakan obat telinga berair ini jika Anda mengalami tanda-tanda infeksi telinga, seperti nyeri, bengkak, atau keluar darah dari telinga. Selain itu, hidrogen peroksida juga sebaiknya tidak digunakan jika Anda mengalami gendang telinga pecah atau dipasangi tabung khusus pada gendang telinga.

Alternatif dari hidrogen peroksida adalah karbamid peroksida yang mengandung hidrogen peroksida dan urea. Obat telinga berair ini juga berfungsi untuk melunakkan kotoran telinga.

4. Antibiotik

Bila telinga berair disertai dengan gatal, nyeri, demam, dan berdenging, atau cairan yang keluar berupa nanah atau bahkan darah, kondisi ini merupakan gejala infeksi bakteri. Untuk memastikannya, Anda dapat memeriksakan telinga ke dokter.

Nah, obat telinga berair yang tepat untuk mengatasi kondisi ini adalah obat tetes telinga antibiotik. Jenis antibiotik yang biasa digunakan untuk tetes telinga adalah ciprofloxacin maupun ofloxacin yang berfungsi untuk membasmi bakteri penyebab infeksi. Pada kondisi yang lebih parah, dokter juga dapat meresepkan obat antibiotik yang diminum.

Obat antibiotik, baik yang diteteskan maupun yang diminum harus dihabiskan, meskipun cairan tidak keluar lagi dari telinga dan keluhan lainnya telah reda. Menghentikan pengobatan antibiotik sebelum tuntas dapat membuat kuman kebal terhadap obat dan infeksi muncul kembali.

5. Antijamur

Gejala infeksi telinga akibat jamur mirip dengan infeksi telinga akibat bakteri. Gejala tersebut antara lain adalah gatal, sakit telinga, telinga berdenging, gangguan pendengaran, dan keluar cairan dari telinga berwarna kuning, putih, cokelat, hijau, atau abu-abu.

Obat tetes telinga yang tepat untuk mengatasi infeksi jamur adalah obat yang mengandung clotrimazole, miconazole, atau fluconazole.  Namun, jika kondisi tidak kunjung membaik, dokter dapat meresepkan obat antijamur yang diminum, terutama jika infeksi disebabkan oleh jamur Aspergillus. Sebab, jenis jamur ini bisa menjadi kebal terhadap kandungan obat tetes yang telah disebutkan di atas.

Di samping memberikan obat telinga berair sesuai penyebabnya, dokter juga dapat meresepkan obat pereda nyeri atau obat tetes telinga dengan kandungan lain untuk mengatasi keluhan. Sebagai contoh, dokter dapat meresepkan paracetamol untuk meredakan nyeri telinga atau larutan asam asetat untuk meredakan peradangan akibat infeksi bakteri atau jamur.

Sementara itu, telinga berair yang disebabkan oleh cedera atau karena gendang telinga pecah umumnya dapat sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan obat telinga berair.

Namun, jika robekan pada gendang telinga tidak sembuh dengan sempurna, dokter akan ‘menambal’ robekan untuk merangsang proses penyembuhan gendang telinga hingga tertutup sepenuhnya.

Bila telinga berair sudah dialami selama 1 minggu, dan tidak membaik setelah menggunakan obat telinga berair, bahkan makin parah, periksakan ke dokter. Dengan menjalani pemeriksaan dari dokter, Anda akan mendapatkan penanganan yang sesuai dengan penyebab telinga berair.