Adiksi adalah perilaku menggunakan atau melakukan sesuatu secara terus-menerus, hingga sulit untuk berhenti atau dikendalikan. Kondisi ini bisa berupa kecanduan akan zat atau obat-obatan maupun aktivitas tertentu dalam mendapatkan kepuasan dan ketenangan batin.

Adiksi (kecanduan) terjadi akibat gangguan fungsi otak yang membuat penderitanya tidak mampu mengendalikan keinginannya dalam mendapatkan atau melakukan sesuatu. Tidak hanya terhadap obat, adiksi juga bisa terjadi pada perilaku sehari-hari, misalnya kecanduan belanja atau bermain sosial media.

Adiksi

Adiksi diawali dari rasa penasaran yang tinggi atau usaha menghibur diri dari masalah hidup. Rasa senang dan puas yang didapatkan dari pemenuhan adiksi bisa membuat pelakunya ketagihan untuk mendapatkannya lagi, sampai akhirnya ia ketergantungan dan tidak peduli pada hal apa pun selain memenuhi adiksinya.

Tanpa penanganan yang tepat, adiksi dapat membuat penderitanya melakukan segala cara untuk memenuhi keinginannya walaupun dengan cara yang salah atau melanggar hukum. Hal ini bisa menimbulkan masalah kesehatan serius, serta rusaknya hubungan baik penderita dengan keluarga dan orang lain.

Jenis Adiksi

Berdasarkan jenisnya, adiksi terbagi dalam dua kategori, yaitu:

Adiksi zat (substance addiction)

Adiksi ini terjadi saat seseorang ketergantungan mengonsumsi zat adiktif tertentu yang dapat memberikan efek senang, seperti:

  • Obat-obatan bebas atau obat resep untuk pereda nyeri, misalnya morfin dan fentanyl
  • Obat stimulan, seperti amfetamin
  • Antiansietas atau obat tidur
  • Narkotika yang menyebabkan halusinasi, seperti LSD 
  • Minuman beralkohol
  • Kafein 
  • Nikotin, misalnya dari rokok atau vape 
  • Aroma dari cat, lem, atau bahan bakar 

Adiksi perilaku

Selain zat kimia, adiksi juga bisa melibatkan perilaku tertentu, di antaranya:

  • Kecanduan judi online atau game online
  • Kecanduan gadget, termasuk bermain media sosial
  • Adiksi belanja secara impulsif (spontan), meskipun tidak membutuhkan barang yang telah dibeli
  • Kecanduan akan makanan
  • Kecanduan pornografi atau melakukan aktivitas seksual
  • Workaholic, yaitu kecanduan bekerja terus-menerus tanpa peduli akan kesehatan diri sendiri 
  • Kecanduan olahraga 

Penyebab Adiksi

Adiksi erat kaitannya dengan gangguan fungsi otak dalam mengolah rasa senang atau kepuasan dari suatu rangsangan. 

Saat mendapat rangsangan positif, misalnya karena mengonsumsi makanan lezat atau bersua dengan kerabat, tubuh akan memproduksi hormon dopamin. Hormon ini bekerja di otak untuk memberikan perasaan senang. Proses ini akan membuat seseorang ingin mengalami kesenangan yang sama di kemudian hari. 

Namun, rangsangan yang didapatkan tidak terbatas pada kegiatan positif saja. Paparan zat kimia, obat-obatan, makanan atau minuman yang tidak sehat, aktivitas seksual yang berisiko, dan perilaku tertentu bisa memberikan kepuasan yang sama besarnya.  

Ketika seseorang terus-menerus melakukan kegiatan yang menimbulkan kesenangan tersebut, kadar dopamin di otak dapat meningkat pesat. Akibatnya, aktivitas otak bisa terganggu sehingga membuatnya butuh rangsangan yang lebih intens atau besar untuk merasa senang. 

Bila dibiarkan, seseorang tersebut bisa mengalami ketergantungan untuk mencari kesenangan hingga mengabaikan tanggung jawabnya yang lain. Kondisi inilah yang disebut adiksi atau kecanduan.

Faktor risiko adiksi 

Adiksi dapat terjadi akibat faktor internal dari penderitanya, maupun pengaruh dari lingkungan sekitar. Umumnya, seseorang lebih berisiko mengalami adiksi akibat berbagai faktor berikut:

  • Memiliki orang tua atau anggota keluarga yang juga mengalami adiksi 
  • Mengalami gangguan kesehatan mental, seperti PTSD atau gangguan bipolar
  • Melewati masa kanak-kanak yang tidak bahagia atau traumatis 
  • Tinggal di lingkungan sosial yang menggunakan zat adiktif atau mengarah ke perilaku negatif yang menjadi adiksi 
  • Mendapatkan tekanan sosial dari teman sebaya, rekan kerja, atau anggota keluarga di rumah 
  • Tidak memiliki mekanisme koping yang sehat dan positif saat mengalami stres
  • Menggunakan obat bebas maupun obat resep tanpa berkonsultasi dengan dokter 
  • Diajak atau diajarkan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, atau menggunakan obat-obatan terlarang sejak masa kanak-kanak atau remaja 

Gejala Adiksi 

Pada tahap awal, penderita adiksi hanya akan melakukan kegiatannya lebih sering dari biasanya. Seiring waktu, perilaku adiksi akan menjadi suatu keharusan untuk dilakukan sampai menimbulkan berbagai gejala berikut:

  • Gelisah, keringat dingin, atau merasa tidak enak badan ketika mencoba berhenti dari perilaku adiksi 
  • Sering berbohong atau menutupi perilaku kecanduan kepada orang lain
  • Mengabaikan keluarga, kesehatan diri sendiri, serta tanggung jawab yang lebih penting, misalnya pekerjaan atau akademik
  • Mengalami perubahan pada suasana hati, nafsu makan, dan pola tidur
  • Berusaha mendapatkan atau melakukan sesuatu yang menjadi adiksi meskipun sudah kesulitan ekonomi, misalnya dengan berhutang, mengakses paylater, atau mencuri 
  • Sering terlibat dalam perilaku yang berisiko membahayakan diri sendiri atau orang lain untuk memenuhi adiksi, misalnya berkendara di bawah pengaruh obat
  • Hilang minat pada kegiatan atau sesuatu yang dulu memberi kesenangan 
  • Tidak bisa berhenti melakukan kegiatan yang jadi adiksi meski telah mengalami kesulitan atau sakit 

Kapan harus ke dokter 

Penderita adiksi sering kali tidak menyadari bahwa ada yang salah dengan kondisi ketergantungannya. Biasanya, orang lain lah yang dapat mengenali tanda-tanda seseorang mengalami adiksi. 

Jika Anda mendapati kerabat atau anggota keluarga menunjukkan gejala adiksi, ajaklah ia membicarakan masalahnya. Dengarkan dengan seksama tentang apa yang sedang menjadi kesulitannya. Setelahnya, bujuklah ia agar mau berkonsultasi ke dokter supaya ketergantungannya yang tidak sehat dapat ditangani sebelum makin parah. 

Sebaiknya, segera konsultasikan ke dokter bila gejala adiksi telah disertai kondisi berikut:

  • Cemas, gelisah, atau tantrum saat adiksi tidak terpenuhi 
  • Timbul masalah kesehatan serius akibat adiksi yang tidak terkontrol 
  • Tidak peduli pada penampilan dan kesehatan diri sendiri, bahkan untuk mandi
  • Terlibat perilaku berisiko, seperti berbagi jarum suntik dengan orang lain atau seks bebas tanpa kondom

Untuk sesi konsultasi yang nyaman, Anda bisa melakukan konseling dengan psikolog maupun psikiater secara online. Semua cerita dan keluhan pasien yang dibicarakan dalam chat akan terjamin kerahasiaannya.

Diagnosis Adiksi

Adiksi dapat didiagnosis melalui gejala yang dialami dan latar belakang pasien yang mungkin memicu terjadinya kondisi ini. Psikolog atau psikiater akan menanyakan beberapa hal mengenai kehidupan pasien, seperti:

  • Penyakit yang pernah diderita pasien atau keluarganya 
  • Emosi negatif yang dirasakan dan sudah berapa lama hal tersebut berlangsung
  • Kejadian traumatis pada masa lalu
  • Perasaan dan keluhan yang muncul saat adiksi tidak terpenuhi
  • Riwayat konsumsi obat-obatan dan minuman beralkohol

Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan pemeriksaan penunjang dengan tes darah atau tes urine. Hal ini untuk memastikan pemicu dari adiksi, termasuk kondisi medis yang dialami pasien. 

Pengobatan Adiksi

Jenis pengobatan adiksi bisa berbeda-beda, tergantung pada kondisi pasien maupun pemicu dari adiksi. Namun, setiap pengobatan memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mengendalikan dan menghentikan ketergantungan pasien, serta mengatasi keluhan fisik dan psikis yang muncul selama pengobatan. 

Berikut ini adalah berbagai penanganan untuk adiksi:

Psikoterapi

Psikoterapi bertujuan untuk mengubah pola pikir pasien terhadap efek kepuasan dari adiksi sehingga pasien dapat menerapkan perilaku yang lebih positif. Dengan begitu, adiksi dapat berkurang dan perlahan-lahan berhenti. 

Salah satu jenis psikoterapi, yaitu terapi kognitif perilaku, juga bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan mental yang mungkin memicu adiksi. Dengan terapi, pasien diharapkan dapat mengatasi stresnya dengan cara yang lebih sehat. 

Obat-obatan 

Dokter dapat meresepkan obat untuk mengurangi keinginan atau intensitas adiksi, serta gejala yang mungkin muncul selama pasien menjalani terapi. Obat juga diberikan untuk mengatasi gangguan mental yang menjadi pemicu adiksi.  

Rehabilitasi

Rehabilitasi dapat dilakukan untuk mengatasi adiksi yang sudah parah terhadap obat-obatan maupun alkohol. Rehabilitasi meliputi tindakan mengurangi kadar zat kimia dalam tubuh (detoksifikasi), konseling, serta pemberian obat untuk mengendalikan gejala yang mungkin muncul sebagai efek samping terapi. 

Pasien bisa menjalani terapi di panti rehabilitasi, atau rawat jalan dengan jadwal kontrol yang ditentukan oleh dokter. Untuk adiksi yang parah, dokter akan menyarankan rawat inap agar kondisi pasien bisa terpantau.

Komplikasi Adiksi

Bila tidak ditangani, adiksi dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya. Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat kecanduan tidak terkendali meliputi:

Adiksi juga dapat menyebabkan beragam masalah kesehatan fisik serius di bawah ini:

  • Berat badan berlebih
  • Tekanan darah tinggi
  • Gangguan fungsi jantung, ginjal, paru dan organ lainnya
  • Sistem imun lemah sehingga rentan terkena penyakit infeksi, seperti HIV atau hepatitis
  • Demensia
  • Kejang atau kematian mendadak 

Tidak hanya itu, penderita adiksi juga dapat kehilangan pekerjaan hingga mengalami masalah ekonomi, seperti terjerat hutang. Ia juga bisa terjerat hukuman pidana bila sampai melakukan tindakan kriminal untuk memenuhi adiksi.

Pencegahan Adiksi

Adiksi bisa dicegah dengan menghindari pemicunya, yaitu dengan melakukan berbagai upaya di bawah ini:

  • Mengatasi stres dengan cara yang sehat, misalnya dengan meditasi, melakukan hobi, yoga, atau tai chi
  • Meningkatkan waktu bermain atau berkumpul bersama keluarga
  • Membatasi penggunaan gadget dan sosial media, misalnya hanya 2 jam per hari atau berhenti ketika sudah jam 10 malam
  • Berkonsultasi ke dokter via chat sebelum menggunakan obat, termasuk obat yang bisa dibeli secara bebas
  • Melakukan konseling dengan psikolog saat merasa kewalahan dengan stres atau emosi negatif yang dialami