Coklat putih adalah camilan manis yang digemari banyak orang karena warnanya yang unik dan rasanya yang lembut. Meski sering dianggap lebih ringan dibanding coklat hitam, coklat putih sebenarnya memiliki kandungan serta risiko kesehatan yang berbeda.
Banyak orang mengira coklat putih lebih sehat karena rasanya tidak pahit seperti coklat hitam. Padahal, kandungan gula dan lemaknya justru sering kali lebih tinggi. Coklat putih tidak mengandung bubuk kakao, melainkan hanya lemak kakao, gula, dan susu, sehingga tidak memberikan manfaat antioksidan seperti pada coklat hitam.

Coklat Putih dan Perbedaannya dari Coklat Lain
Coklat putih memiliki komposisi yang berbeda dibandingkan dengan coklat hitam atau coklat susu. Coklat putih terbuat dari lemak kakao dalam jumlah tinggi, yaitu sekitar 20–40%. Hal inilah yang membuat tekstur lebih lembut dan menciptakan rasa yang khas pada coklat putih.
Selain itu, coklat putih mengandung gula dalam kadar yang cukup tinggi dan sering kali juga mengandung susu atau krimer, sehingga rasanya manis dan creamy.
Tidak seperti coklat hitam, coklat putih sama sekali tidak mengandung bubuk kakao. Inilah yang menyebabkan warnanya lebih pucat, aromanya cenderung ringan, dan tidak memiliki antioksidan flavonoid yang bermanfaat untuk kesehatan.
Kandungan gula dan lemak yang tinggi juga membuat coklat putih memiliki kalori cukup besar di setiap potongnya. Oleh karena itu, meski tampilannya menarik dan rasanya lezat, coklat putih sebaiknya dikonsumsi dengan porsi yang wajar agar tidak menambah asupan gula dan kalori secara berlebihan.
Keunggulan Coklat Putih dan Risiko Mengonsumsinya
Coklat putih memang nikmat, tetapi konsumsinya perlu diperhatikan agar tidak membahayakan kesehatan. Berikut manfaat dan risikonya:
1. Sumber energi yang cepat
Coklat putih mengandung gula dan lemak dalam jumlah cukup tinggi. Kedua zat ini mudah diubah tubuh menjadi energi. Jadi, ketika Anda membutuhkan tambahan tenaga secara instan, misalnya saat merasa lelah di tengah hari atau membutuhkan camilan sebelum beraktivitas fisik, sepotong coklat putih bisa menjadi pilihan.
Namun, energi yang diberikan hanya berlangsung sebentar dan cepat habis, berbeda dengan makanan berserat, seperti buah atau roti gandum yang memberi rasa kenyang lebih lama.
2. Memberikan rasa nyaman
Susu yang terdapat dalam coklat putih bisa menstimulasi pelepasan hormon serotonin di otak. Serotonin adalah zat kimia alami yang membantu memperbaiki suasana hati dan membuat perasaan menjadi lebih tenang dan nyaman.
Oleh karena itu, beberapa orang merasa lebih baik atau lebih rileks setelah makan coklat putih. Efek ini mirip dengan saat minum segelas susu hangat sebelum tidur atau menikmati makanan manis setelah menjalani hari yang berat.
3. Risiko lonjakan gula darah
Kandungan gula yang tinggi pada coklat putih bisa membuat gula darah melonjak dengan cepat. Hal ini terutama berbahaya bagi penderita diabetes atau orang dengan risiko diabetes. Pasalnya, lonjakan gula darah yang sering dapat memperberat kerja insulin dalam tubuh.
Misalnya, mengonsumsi beberapa potong coklat putih tanpa memperhatikan jumlahnya bisa menyebabkan pusing, lemas, atau lapar berulang akibat gula darah yang naik dan turun secara tiba-tiba.
4. Tidak mengandung antioksidan utama
Berbeda dengan coklat hitam, coklat putih tidak mengandung flavonoid, yaitu zat antioksidan yang bermanfaat menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah. Ini artinya, coklat putih tidak bisa dijadikan pengganti coklat hitam untuk manfaat kesehatan tersebut.
5. Meningkatkan risiko terjadinya obesitas
Coklat putih mengandung banyak kalori dari gula dan lemak. Jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, asupan kalori harian akan bertambah tanpa disadari, sehingga berat badan mudah naik. Sebagai contoh, satu batang coklat putih ukuran sedang bisa mengandung lebih dari 200 kalori.
Bila camilan ini dikonsumsi setiap hari tanpa diimbangi aktivitas fisik, risiko obesitas atau kegemukan menjadi lebih tinggi. Obesitas sendiri dapat meningkatkan risiko penyakit lain, seperti kolesterol tinggi dan diabetes.
6. Potensi alergi
Coklat putih biasanya dibuat menggunakan susu, soya lecithin, atau bahan tambahan makanan lain yang berfungsi sebagai pengemulsi dan penambah rasa. Pada sebagian orang, bahan-bahan ini dapat memicu reaksi alergi, seperti gatal-gatal, ruam, bengkak, atau bahkan gangguan pernapasan.
Misalnya, anak yang alergi susu bisa mengalami sakit perut atau diare setelah mengonsumsi coklat putih. Oleh karena itu, selalu cek label kemasan dan hentikan konsumsi jika muncul gejala alergi.
Penelitian hingga saat ini belum menemukan manfaat kesehatan signifikan dari konsumsi coklat putih. Namun, bila dikonsumsi dalam jumlah kecil dan tetap menjalani pola makan bergizi seimbang, coklat putih masih boleh dinikmati.
Sebelum memilih coklat putih sebagai camilan harian, perhatikan dulu kandungan gula dan lemak pada kemasannya. Pilihlah produk dengan kandungan gula lebih rendah dan sesuaikan porsinya agar tidak menambah asupan kalori berlebihan.
Jika Anda mengalami reaksi alergi atau gangguan pencernaan setelah mengonsumsi coklat putih, segera konsultasikan ke dokter. Untuk pertanyaan ringan atau saran seputar pola makan harian, Anda bisa memanfaatkan fitur Chat Bersama Dokter di aplikasi ALODOKTER agar mendapatkan jawaban cepat sesuai kebutuhan.