Coric adalah obat untuk menurunkan kadar asam urat pada penderita penyakit asam urat (gout). Obat dalam bentuk tablet ini juga digunakan untuk mencegah terjadinya nyeri mendadak pada sendi akibat serangan asam urat.
Kandungan allopurinol dalam Coric bekerja dengan cara menghambat enzim xanthine-oxidase, yang mengubah purin menjadi asam urat. Dengan dihambatnya enzim tersebut, produksi kadar asam urat dalam tubuh akan berkurang dan kondisi hiperurisemia pun teratasi.
Coric juga bisa digunakan untuk mengatasi batu ginjal yang terbentuk akibat penumpukan asam urat dalam tubuh, serta hiperurisemia pada penderita kanker yang menjalani kemoterapi.
Produk Coric
Coric tersedia dalam bentuk tablet dengan dua varian, yaitu:
- Coric 100 mg 10 Tablet, yang mengandung 100 mg allopurinol tiap tabletnya
- Coric 300 mg 10 Tablet, dengan kandungan 300 mg allopurinol per tabletnya
Apa Itu Coric
Bahan aktif | Allopurinol |
Golongan | Obat resep |
Kategori | Penghambat xanthine-oxidase |
Manfaat | Menurunkan kadar asam urat tinggi dalam darah |
Mengatasi batu ginjal yang terbentuk akibat asam urat | |
Menangani hiperurisemia akibat kemoterapi | |
Digunakan oleh | Dewasa dan anak-anak |
Coric untuk ibu hamil | Kategori C: Belum ada cukup bukti dari studi pada binatang percobaan maupun manusia yang menjelaskan keamanan obat terhadap ibu hamil maupun janin. |
Obat ini sebaiknya tidak dikonsumsi oleh ibu hamil kecuali bila disarankan oleh dokter. | |
Coric untuk ibu menyusui | Obat ini umumnya aman digunakan oleh ibu menyusui selama digunakan sesuai anjuran dokter. |
Bentuk obat | Tablet |
Peringatan sebelum Menggunakan Coric
Coric tidak boleh digunakan secara sembarangan. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan Coric, yaitu:
- Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang dimiliki. Coric tidak boleh digunakan oleh orang yang alergi terhadap allopurinol.
- Informasikan kepada dokter jika Anda pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, diabetes, hipertensi, gagal jantung kongestif, gangguan sumsum tulang, atau penyakit tiroid.
- Pastikan untuk memberi tahu dokter jika Anda memiliki riwayat penyakit kanker atau sedang menjalani kemoterapi.
- Diskusikan dengan dokter mengenai penggunaan Coric jika Anda sedang hamil, berencana hamil, atau sedang menyusui.
- Informasikan kepada dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi terjadinya interaksi antarobat.
- Jangan langsung mengemudi atau melakukan aktivitas lain yang memerlukan kewaspadaan setelah menggunakan Coric. Obat ini dapat menyebabkan pusing dan kantuk.
- Hindari konsumsi minuman beralkohol selama menggunakan Coric. Hal ini dapat memperberat keluhan atau meningkatkan risiko terjadinya efek samping.
- Segera temui dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius setelah menggunakan Coric.
Dosis dan Aturan Pakai Coric
Berikut ini adalah dosis umum penggunaan Coric berdasarkan kondisi dan usia pasien:
Kondisi: Asam urat dan hiperurisemia
- Dewasa: 200–300 mg, 1–2 kali sehari
Kondisi: Batu ginjal
- Dewasa: 100 mg, 2–3 kali sehari, atau 200–300 mg, 1 kali sehari.
Kondisi: Hiperurisemia yang disebabkan oleh kemoterapi
- Dewasa: 600–800 mg per hari, dapat dibagi menjadi beberapa dosis. Obat dikonsumsi selama 2–3 hari sebelum menjalani kemoterapi.
- Anak usia di bawah 15 tahun: 150–300 mg atau 10–20 mg/kgBB per hari. Dosis maksimal 400 mg per hari.
Cara Menggunakan Coric dengan Benar
Ikuti anjuran dokter dan bacalah informasi yang tertera pada label kemasan obat sebelum mengonsumsi obat ini. Jangan mengurangi atau menambah dosis tanpa persetujuan dokter.
Agar efek pengobatan maksimal, perhatikan panduan penggunaan Coric berikut:
- Konsumsilah Coric pada saat makan atau segera sesudahnya.
- Telan tablet Coric dengan bantuan air putih tanpa dihancurkan atau dibelah terlebih dahulu.
- Usahakan untuk mengonsumsi Coric pada waktu yang sama setiap harinya. Jika Anda lupa, segera minum obat ini begitu teringat. Namun, jika jadwal minum obat berikutnya sudah dekat, abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan dosis pada waktu selanjutnya.
- Pada minggu pertama penggunaan Coric, serangan gout mungkin muncul lebih sering. Hal ini umum terjadi dan dokter akan meresepkan obat lain untuk mengurangi nyeri.
- Selama menggunakan Coric, dokter mungkin akan meminta Anda untuk menjalani tes darah rutin, termasuk tes kadar asam urat, agar kondisi dan respons tubuh terhadap obat terpantau.
- Jangan menghentikan konsumsi Coric secara tiba-tiba meskipun merasa sudah lebih baik atau tidak lagi memiliki keluhan, kecuali jika disarankan oleh dokter.
- Jalani pola hidup sehat, seperti berolahraga rutin, mengurangi konsumsi minuman beralkohol, dan menghindari konsumsi makanan tinggi purin. Hal ini untuk mencegah serangan atau gejala asam urat datang kembali.
- Simpan Coric di tempat bersuhu ruangan dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.
Interaksi Coric dengan Obat Lain
Mengingat Coric mengandung allopurinol, ada interaksi yang mungkin terjadi jika obat ini digunakan bersama obat lain. Efek interaksi obat yang dapat terjadi bisa berupa:
- Peningkatan risiko terjadinya gangguan fungsi sumsum tulang dalam menghasilkan sel darah jika digunakan dengan azathioprine.
- Peningkatan risiko munculnya ruam jika digunakan bersama ampicillin atau amoxicillin
- Peningkatan risiko terjadinya reaksi alergi bila digunakan bersama dengan obat antihipertensi golongan ACE inhibitor, seperti captopril; atau diuretik thiazide, seperti hydrochlorothiazide
- Penurunan efektivitas Coric jika digunakan dengan probenecid atau aspirin
- Peningkatan risiko kemunculan efek samping teofilin
- Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan bersama obat antikoagulan, seperti warfarin
Untuk mencegah terjadinya efek interaksi obat, diskusikan dengan dokter jika Anda berencana menggunakan Coric bersama obat, suplemen, atau produk herbal apa pun.
Efek Samping dan Bahaya Coric
Efek samping yang mungkin muncul setelah menggunakan Coric antara lain:
- Mual dan muntah
- Pusing
- Kantuk
- Diare
Efek samping di atas umumnya akan mereda jika obat dihentikan. Lakukan konsultasi dengan dokter melalui chat jika keluhan di atas tidak kunjung reda atau malah memburuk meskipun konsumsi obat sudah dihentikan.
Segera hubungi dokter dan beri tahu jika muncul reaksi alergi obat atau efek samping berikut:
- Ruam berupa luka lepuh yang disertai pengelupasan kulit
- Sulit buang air kecil atau tidak bisa buang air kecil sama sekali
- Nyeri saat buang air kecil atau urine berdarah
- Kebas, kesemutan, atau rasa panas di lengan atau tungkai
- Nyeri mata atau gangguan penglihatan
- Memar atau perdarahan yang tidak biasa
- Gejala gangguan hati, seperti hilang nafsu makan, urine berwarna gelap, tinja berwarna abu-abu, maupun kulit atau bagian putih mata menguning (penyakit kuning)
Jika efek samping di atas terjadi dan diperlukan penanganan secepatnya, dokter akan mengarahkan pasien untuk segera ke IGD rumah sakit terdekat.