Pernah merasa takut berlebihan saat melihat muntah? Bisa jadi kamu mengalami emetophobia. Fobia ini dapat memengaruhi kondisi fisik dan mental seseorang jika tidak ditangani, lho.

Munculnya rasa jijik saat melihat orang lain atau diri sendiri muntah sebenarnya wajar-wajar saja. Namun, jika kamu merasa takut berlebihan, bahkan sampai tidak sanggup mendengar atau membaca kata “muntah”, kondisi ini disebut dengan emetophobia.

Emetophobia, Rasa Takut Berlebihan akan Muntah - Alodokter

Berbagai Tanda dan Gejala Emetophobia

Emetophobia mungkin masih terdengar asing dibandingkan fobia lainnya, seperti fobia ruang sempit dan tertutup (claustrophobia) atau fobia ketinggian (acrophobia), sebab jarang ada yang mengalaminya. Namun, emetophobia dapat terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak.

Penelitian bahkan menunjukkan bahwa kondisi ini biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dan bisa bertahan hingga dewasa.

Fobia muntah termasuk jenis fobia spesifik yang ditandai rasa takut atau cemas luar biasa ketika melihat muntah sendiri maupun orang lain. Bahkan, fobia ini juga dapat muncul meski hanya memikirkan tentang muntah.

Emetophobia termasuk salah satu jenis gangguan mental yang bisa berdampak pada aktivitas sehari-hari bila tidak dikendalikan. Saat melihat atau membayangkan muntah, orang dengan emetophobia juga bisa mengalami gejala berikut ini:

  • Panik
  • Detak jantung meningkat
  • Sakit perut
  • Tubuh berkeringat
  • Tangan dan kaki gemetar
  • Dada terasa sesak
  • Sakit kepala
  • Pingsan

Biasanya, orang dengan fobia muntah memiliki perilaku yang khas, seperti tidak mau mengunjungi tempat ramai karena takut melihat orang muntah atau selalu mencari toilet saat bepergian ke mana pun sebagai antisipasi bila ingin muntah. Selain itu, masih banyak perilaku yang menunjukkan emetophobia, yaitu:

  • Tidak mau mencoba makanan atau minuman yang belum pernah dicicipi sebelumnya karena takut rasanya tidak enak dan akhirnya muntah
  • Tidak mau mengunjungi restoran atau membeli makanan yang pernah menyebabkan muntah
  • Tidak mau mendengar atau membaca kata-kata “muntah”
  • Menolak untuk menjenguk orang sakit atau pergi ke rumah sakit karena takut melihat atau mencium bau muntah
  • Tidak mau menyentuh permukaan benda yang mungkin terkontaminasi kuman, sebab bisa menimbulkan penyakit yang memicu muntah
  • Selalu mengonsumsi antasida untuk mencegah gejala sakit maag, seperti nyeri perut bagian kiri atas dan perut kembung
  • Memantau kesehatan diri sendiri secara berlebihan, contohnya berkali-kali memeriksa suhu tubuh walau tidak sedang sakit
  • Sering memikirkan tentang muntah, meski tidak sedang sakit hingga muncul rasa cemas
  • Sering mencium aroma makanan untuk memastikannya tidak busuk dan selalu membuang makanan, padahal belum lewat masa kedaluwarsa

Penyebab Emetophobia

Kenapa ya seseorang bisa takut berlebihan saat melihat muntah? Nah, Kebanyakan kasus emetophobia terjadi akibat pengalaman tidak menyenangkan yang pernah dialami, misalnya muntah di depan umum, menderita sakit berat yang menyebabkan orang tersebut muntah terus-menerus, atau tersedak dalam kondisi yang berat.

Pengalaman-pengalaman ini meninggalkan trauma mendalam, sehingga membuat penderitanya merasa takut dan cemas saat hal-hal yang berhubungan dengan muntah kembali menghampiri.

Selain pengalaman traumatis, riwayat keluarga dengan fobia tertentu atau gangguan kecemasan juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami emetophobia. Orang dengan gangguan kesehatan mental, seperti gangguan obsesif kompulsif (OCD) dan gangguan makan, pun berisiko mengalami fobia muntah ini.

Cara Mengatasi Emetophobia

Sebenarnya, tidak semua kasus emetophobia memerlukan penanganan khusus oleh dokter. Orang dengan fobia ini bisa melakukan teknik relaksasi, seperti meditasi dan latihan pernapasan, agar rasa takut dan cemas bisa dikendalikan saat menghadapi muntah.

Namun, jika emetophobia sudah sampai menyebabkan sulit beraktivitas, bahkan tidak sanggup melakukan perjalanan ke kantor dengan transportasi publik atau bersosialisasi dengan rekan kerja, penting untuk segera mencari pertolongan medis.

Nantinya, dokter akan merekomendasikan beberapa terapi untuk mengatasi emetophobia, seperti:

Terapi pemaparan (exposure therapy)

Terapi ini dilakukan dengan memaparkan pemicu rasa takut berlebih yang dalam kasus ini adalah muntah, tetapi secara perlahan dan dalam suasana yang terkendali, dengan tujuan agar rasa takut yang muncul berkurang.

Di awal terapi, terapis akan mengajak orang dengan emetophobia sering mengucap dan mendengar kata “muntah”. Terapis juga akan mengajak penderita fobia ini untuk nonton acara TV atau film dengan adegan muntah hingga membawanya ke tempat umum yang sebelumnya ia hindari.

Terapi ini dilakukan secara bertahap hingga penderita emetophobia merasa nyaman terhadap setiap langkah terapi pemaparan dan akhirnya tidak takut lagi terhadap sesuatu yang berkaitan dengan muntah.

Terapi perilaku kognitif (CBT)

Terapi perilaku kognitif bertujuan untuk mengubah pola pikir dan respons seseorang terhadap muntah, dari yang tadinya negatif menjadi positif. Selain itu, orang dengan fobia ini juga diajarkan bagaimana caranya mengalihkan ketakutan dan mengatasi rasa cemas yang muncul saat melihat, mengalami, atau memikirkan muntah.

Hipnoterapi

Tidak hanya terapi pemaparan dan terapi perilaku kognitif, emetophobia juga bisa ditangani dengan metode hipnoterapi. Selama hipnoterapi, orang dengan fobia ini akan dibimbing dalam keadaan rileks, sehingga ia lebih mudah menerima sugesti baru mengenai rasa takutnya.

Bila gejala emetophobia sudah berat, dokter biasanya akan meresepkan obat-obatan, seperti antidepresan, untuk mengendalikan gejala yang muncul. Namun, perlu diingat, jangan pernah sekalipun menggunakan obat-obatan untuk mengatasi emetophobia ini tanpa resep dokter, ya.

Intinya, jangan ragu untuk berkonsultasi ke psikolog atau psikiater jika kamu mengalami tanda-tanda emetophobia, apalagi kalau sudah mengganggu aktivitasmu.

Makin cepat fobia terhadap muntah diketahui, makin cepat pula dokter bisa melakukan penanganan. Dengan begitu, risiko terjadinya komplikasi akibat emetophobia, seperti anoreksia nervosa atau depresi berat, bisa lebih rendah.