Hepatoblastoma adalah kanker hati yang terjadi pada anak. Pada sebagian besar kasus, hepatoblastoma terjadi pada anak usia di bawah 3 tahun. Namun, kondisi ini juga dapat dialami oleh orang dewasa.    

Anak yang mengalami hepatoblastoma dapat merasakan gejala berupa rasa tidak nyaman di perut, tubuh terasa lelah, serta kehilangan nafsu makan. Perlu diketahui, penyakit ini jarang terjadi.

Hepatoblastoma

Penyebab Hepatoblastoma

Belum diketahui penyebab pasti dari hepatoblastoma, tetapi ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko kanker hati pada anak, di antaranya:

Selain itu, ada beberapa kelainan genetik yang juga dapat meningkatkan risiko terjadinya hepatoblastoma, yaitu:

  • Sindrom Beckwith-Wiedemann
  • Hemihyperplasia
  • Familial adenomatous polyposis
  • Sindrom Aicardi
  • Sindrom Simpson-Golabi-Behmel
  • Sindrom Edward atau trisomi 18
  • Gangguan penyimpanan glikogen

Gejala Hepatoblastoma

Gejala hepatoblastoma biasanya baru disadari saat tumor bertambah besar. Gejala yang paling mudah disadari pada anak adalah munculnya benjolan yang nyeri di perut. Ada beberapa keluhan yang sering tidak disadari sebagai gejala dari kanker hati pada anak, di antaranya:

  • Demam
  • Mual
  • Muntah
  • Kehilangan nafsu makan
  • Penyakit kuning
  • Pembengkakan perut
  • Penurunan berat badan drastis
  • Pubertas dini pada anak laki-laki
  • Munculnya pembuluh darah di perut

Kapan harus ke dokter

Bila anak Anda menunjukkan gejala hepatoblastoma, pemeriksaan harus segera dilakukan agar anak bisa mendapat penanganan secepatnya.

Pemeriksaan rutin ke dokter anak juga perlu dilakukan jika anak Anda terlahir prematur atau dengan berat badan rendah. Anak yang menderita kelainan genetik, seperti sindrom Beckwith-Wiedemann, hemihyperplasia, sindrom Simpson-Gobali-Behmel, atau trisomi 18, juga disarankan untuk rutin berkonsultasi dengan dokter anak.

Pemeriksaan dengan USG dan pemeriksaan alpha-fetoprotein (AFP) juga akan dilakukan secara berkala pada anak yang menderita sindrom Beckwith-Wiedemann atau hemihyperplasia. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi kanker hati pada anak lebih dini.

Anak yang menderita hepatoblastoma perlu melakukan pemeriksaan ke dokter anak atau dokter anak ahli gastro-hepatologi secara berkala setelah pengobatan, untuk mengantisipasi kekambuhan penyakit.

Sebagai langkah pencegahan, patuhi anjuran dokter mengenai imunisasi wajib pada anak, terutama imunisasi untuk hepatitis B. Hal ini karena hepatitis B menjadi salah satu faktor risiko terjadinya hepatoblastoma.

Diagnosis Hepatoblastoma

Untuk mendeteksi kanker hati pada anak, pertama-tama dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan anak, serta memeriksa kondisi perutnya. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang yang meliputi:

  • CT scan atau MRI, untuk mendapatkan gambaran detail organ hati, mendeteksi posisi tumor, ukuran tumor, dan penyebarannya
  • Tes fungsi hati, untuk mengetahui kondisi kesehatan hati
  • Pemeriksaan alpha-fetoprotein (AFP) dan beta-human chorionic gonadotropin (beta-hCG), yang bisa meningkat saat terjadi hepatoblastoma
  • Hitung darah lengkap, untuk melihat gambaran sel darah yang dapat berubah saat terjadi gangguan fungsi hati
  • Biopsi atau pemeriksaan sampel jaringan, untuk mengetahui jenis tumor

Stadium Hepatoblastoma

Setelah anak didiagnosis menderita hepatoblastoma, dokter akan menentukan stadium atau tingkat keparahan penyakit tersebut. Stadium hepatoblastoma ditentukan berdasarkan letak tumor di dalam hati yang dibagi menjadi empat area menyamping, yaitu:

  • Stadium I
    Pada stadium I, tumor terdapat pada satu area hati yang paling luar.
  • Stadium II
    Pada stadium II, tumor ditemukan pada dua area hati atau di satu area hati yang diapit oleh dua area hati yang normal.
  • Stadium III
    Pada stadium III, tumor berada di tiga area hati atau di dua area hati yang masing-masing bersebelahan dengan area hati yang normal.
  • Stadium IV
    Pada stadium IV, tumor sudah ada di keempat area

Pengobatan Hepatoblastoma

Ada beberapa faktor yang menentukan jenis pengobatan hepatoblastoma. Faktor tersebut meliputi ukuran tumor, hasil pemeriksaan biopsi tumor, stadium, dan penyebaran tumor. adalah beberapa prosedur yang digunakan untuk menangani hepatoblastoma:

Operasi

Operasi pengangkatan tumor menjadi pengobatan utama untuk menangani kanker hati pada anak. Prosedur ini dapat mencegah kembalinya kanker hepatoblastoma. Operasi juga sering digabungkan dengan prosedur lainnya, seperti kemoterapi.

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Hepatektomi parsial, yaitu pengangkatan bagian hati yang terkena tumor
  • Total hepatektomi dengan transplantasi hati, yaitu pengangkatan seluruh bagian hati diikuti dengan cangkok sebagian hati yang sehat dari donor

Kemoterapi

Kemoterapi dapat dilakukan sebelum atau sesudah operasi. Kemoterapi sebelum operasi bertujuan untuk memperkecil ukuran tumor agar lebih mudah diangkat ketika operasi. Sedangkan kemoterapi setelah operasi bertujuan untuk mengurangi risiko kambuhnya tumor setelah operasi.

Radioterapi

Menurut penelitian, radioterapi belum dapat menyembuhkan hepatoblastoma secara menyeluruh, bahkan saat digabungkan dengan kemoterapi. Namun, radioterapi dipercaya memiliki peran dalam menangani hepatoblastoma yang tidak dapat dioperasi dengan sempurna.

Transarterial chemoembolization (TACE)

Prosedur transarterial chemoembolization (TACE) dilakukan pada anak dengan hepatoblastoma yang tidak dapat ditangani dengan prosedur operasi. Prosedur ini dapat membantu mengecilkan ukuran tumor.

Komplikasi Hepatoblastoma

Hepatoblastoma bisa menyebabkan komplikasi pada penderitanya, di antaranya:

  • Pecahnya tumor hepatoblastoma dalam tubuh yang dapat menyebabkan peritonitis dan anemia
  • Pubertas dini pada anak, akibat meningkatnya hormon human chorionic gonadotropin (hCG)

Selain itu, komplikasi juga bisa muncul akibat efek samping pengobatan kanker hati pada anak. Komplikasi tersebut berupa:

  • Gangguan pertumbuhan
  • Perubahan pada mood, perasaan, pemikiran, pembelajaran dan ingatan
  • Munculnya kanker jenis yang lain, selain hepatoblastoma

Pencegahan Hepatoblastoma

Bayi yang terlahir prematur atau dengan berat lahir rendah berisiko terkena hepatoblastoma. Untuk itu, cara mencegah hepatoblastoma adalah dengan menjaga kehamilan yang sehat, agar tidak terjadiu kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah.

Untuk menjaga kehamilan yang sehat, ibu hamil dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:

  • Menjaga asupan nutrisi dengan gizi seimbang selama kehamilan
    Pastikan semua makanan yang di konsumsi mengandung cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Jika diperlukan, ibu hamil bisa mengonsumsi suplemen yang sesuai dengan anjuran dokter kandungan.
  • Minum air putih yang cukup setiap hari
    Minum delapan gelas air putih per hari sangat dianjurkan bagi ibu hamil. Namun, jumlah asupan air putih bisa ditambah sesuai aktivitas yang dilakukan. Usahakan agar tubuh tidak sampai kekurangan cairan.
  • Melakukan pemeriksaan kehamilan rutin ke dokter kandungan
    Untuk menjaga kesehatan janin, ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan rutin ke dokter kandungan, yaitu 1 bulan sekali hingga kehamilan 28 minggu, 2 minggu sekali sampai kehamilan 36 minggu, lalu seminggu sekali hingga persalinan.
  • Tidak merokok dan tidak menggunakan NAPZA
    Merokok dan menggunakan narkoba saat hamil berisiko menimbulkan gangguan pada kehamilan dan persalinan.

Hepatitis B juga dapat menyebabkan kanker hati pada anak. Untuk mencegahnya, patuhi jadwal rutin imunisasi anak. Imunisasi hepatitis B diberikan pada saat anak lahir, serta saat anak berusia 2, 3, dan 4 bulan.

Selain anak-anak, orang dewasa juga perlu mendapatkan vaksin hepatitis B bila berisiko tertular, misalnya jika bekerja di bidang kesehatan, seperti dokter, perawat, atau petugas laboratorium.