Hiperventilasi ditandai dengan napas yang sangat cepat. Kondisi ini umumnya dialami seseorang saat merasa cemas dan panik berlebihan. Namun, ada pula kondisi lain yang bisa menjadi penyebabnya dan perlu mendapatkan penanganan medis.

Saat bernapas, terjadi pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh. Namun, pada kasus hiperventilasi, pernapasan menjadi lebih cepat dari biasanya sehingga karbon dioksida yang keluar lebih banyak dan kadarnya di dalam darah menurun.

Hiperventilasi, Kenali Penyebab dan Cara Mengobatinya - Alodokter

Hiperventilasi bisa memicu gangguan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Akibatnya, penderita kondisi ini bisa mengalami gejala berupa pusing, mulut kering, nyeri dada, jantung berdebar, kejang pada otot tangan dan kaki, serta kesemutan di sekitar mulut.

Mengenal Berbagai Penyebab Hiperventilasi

Hiperventilasi dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, mulai dari kondisi emosional hingga kondisi medis penderitanya. Berikut ini adalah penjelasannya:

1. Serangan panik

Hiperventilasi merupakan salah satu gejala serangan panik. Ini dapat terjadi karena tubuh akan mengambil lebih banyak oksigen sebagai respons alami saat seseorang dihadapkan pada ketakutan atau kecemasan berlebih.

Kondisi ini pun bisa memicu orang yang mengalaminya bernapas lebih cepat, sehingga menyebabkan hiperventilasi.

2. Kehamilan

Ketika hamil, rahim akan membesar dan memenuhi perut. Hal ini membuat paru-paru hanya memiliki sedikit ruang untuk mengembang ketika bernapas.

Akibatnya, ibu hamil sering merasa tidak mendapatkan cukup udara sehingga mencoba bernapas lebih dalam dan menghembuskannya lebih cepat. Kondisi inilah yang akhirnya menyebabkan hiperventilasi.

3. Asma

Hiperventilasi lebih sering dialami penderita asma, karena saluran udara di paru-paru membengkak dan menyempit sehingga jumlah udara yang melewati jalan napas berkurang.

Kondisi ini mengakibatkan penderitanya sulit bernapas dan mencoba menarik napas lebih cepat. Selain sesak napas, penderita asma juga bisa mengalami mengi atau napas bersuara ‘ngik’ ketika mengambil napas.

4. Efek samping obat-obatan

Beberapa obat tertentu yang dikonsumsi berlebihan juga bisa menyebabkan seseorang mengalami hiperventilasi, misalnya aspirin, obat asma. Oleh karena itu, Anda perlu mengonsumsi obat sesuai anjuran yang diberikan dokter.

Selain obat di atas, penggunaan obat-obatan berbahaya, seperti kokain dan LSD, juga bisa menyebabkan hiperventilasi pada pecandunya.

5. Penyakit paru-paru

Penyakit paru-paru, seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau emboli paru, bisa menyebabkan terjadinya hiperventilasi. PPOK disebabkan oleh peradangan di saluran pernapasan, sedangkan emboli paru terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah di paru-paru.

Akibat berbagai penyakit pada paru tersebut, penderita bisa mengalami kesulitan bernapas yang dapat diiringi napas cepat atau hiperventilasi.

6. Penyakit ketinggian

Penyakit ketinggian atau altitude sickness bisa terjadi ketika orang mendaki gunung atau bepergian ke kota dengan ketinggian 2.500 m atau lebih di atas permukaan laut. Kondisi ini bisa menyebabkan penderitanya bernapas lebih cepat karena harus menyesuaikan diri dengan lebih sedikit oksigen.

7. Serangan jantung

Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke jantung tersumbat atau terputus. Akibatnya, jantung tidak mendapatkan asupan darah dan oksigen yang memadai sehingga penderitanya bisa mengalami serangan jantung. Kondisi ini ditandai dengan nyeri dada, sakit kepala, dan sulit bernapas atau napas terasa berat.

Cara Mengobati Hiperventilasi

Untuk mengatasi hiperventilasi akibat kondisi emosional, seperti serangan panik atau kecemasan, Anda bisa coba melakukan beberapa teknik pernapasan berikut ini:

  • Bernapas dengan bibir mengerucut
  • Menarik dan mengembuskan napas dari dan ke dalam kantong kertas
  • Mencoba teknik pernapasan diafragma
  • Menahan napas selama 10−15 detik sekali
  • Bernapas melalui lubang hidung dengan mulut tertutup
  • Melakukan relaksasi atau meditasi

Pada beberapa kasus hiperventilasi akibat gangguan kejiwaan, dokter akan meresepkan obat penenang atau antidepresi, seperti alprazolam, doxepin, dan paroksetin.

Namun, bila hiperventilasi disebabkan oleh gangguan medis tertentu pada organ tubuh, penderitanya perlu mendapatkan pengobatan untuk mengatasi penyakit tersebut terlebih dahulu.

Hiperventilasi bisa disebabkan oleh masalah emosional, seperti serangan panik. Namun, jika kondisi ini tidak dapat diatasi dengan perawatan di rumah atau disertai nyeri dada, pingsan, atau mengi, Anda perlu segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat.