Isoflurane adalah obat bius untuk membuat pasien tidur dan tidak merasakan sakit selama prosedur operasi. Isoflurane hanya bisa diberikan oleh dokter anestesi atau petugas medis di bawah pengawasan dokter.

Isoflurane tergolong sebagai obat anestesi umum (bius total). Isoflurane bekerja dengan cara menekan aktivitas sistem saraf pusat sehingga pasien tertidur dan tidak sadar sama sekali selama operasi berlangsung. Obat ini juga dapat menurunkan tekanan darah, denyut jantung, dan laju pernapasan.

Isoflurane

Isoflurane tersedia dalam bentuk cairan inhalasi. Cairan obat akan diubah menjadi gas dengan mesin vaporizer untuk kemudian dihirup melalui masker. Obat bius total, seperti isoflurane, biasanya digunakan dalam prosedur operasi besar, misalnya operasi jantung, operasi kanker, hingga operasi caesar.

Merek dagang isoflurane: Aerrane, Forane, Isoflurane, Isonest, Isorane, Isothesia, Terrel, Terrel Isoflurane

Apa Itu Isoflurane

Golongan Obat resep
Kategori Obat anestesi atau obat bius
Manfaat Membuat pasien tidak sadar dan tidak bergerak selama prosedur operasi
Digunakan oleh Dewasa
Isoflurane untuk ibu hamil Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil.
Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Isoflurane untuk ibu menyusui Isoflurane dapat digunakan selama masa menyusui.
Masa kerja obat isoflurane tergolong pendek dan tidak terserap oleh bayi. Ibu dapat kembali menyusui segera setelah pulih dari pembiusan.
Bentuk obat Cairan inhalasi

Peringatan Sebelum Menggunakan Isoflurane

Ada hal-hal yang perlu Anda perhatikan sebelum menjalani prosedur bius total dengan isoflurane, yaitu:

  • Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Isoflurane tidak boleh diberikan kepada orang yang alergi terhadap obat ini.
  • Informasikan kepada dokter jika pernah menderita hipertermia maligna atau gangguan fungsi hati setelah menggunakan isoflurane maupun obat bius hirup lain. Isoflurane tidak boleh diberikan kepada orang yang pernah mengalami kondisi tersebut.
  • Diskusikan dengan dokter mengenai penggunaan isoflurane jika sedang atau pernah mengalami penyakit jantung koroner, hiperkalemia, tekanan darah rendah, penyakit ginjal, atau penyakit paru-paru.
  • Beri tahu dokter jika Anda atau keluarga pernah menderita gangguan irama jantung (aritmia), kelainan hasil tes EKG, maupun henti jantung mendadak pada usia muda.
  • Beri tahu dokter jika sedang hamil, berencana untuk hamil, atau sedang menyusui.
  • Jangan mengemudi atau melakukan aktivitas yang memerlukan kewaspadaan setidaknya sampai 2 hari setelah pulih dari bius total dengan isoflurane. Penggunaan isoflurane bisa menimbulkan keluhan lemas dan kantuk.
  • Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal, untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan.
  • Segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat atau efek samping serius setelah bangun dari bius total dengan isoflurane.

Dosis dan Aturan Pakai Isoflurane

Dosis isoflurane yang diberikan dokter tergantung pada kondisi pasien dan prosedur medis yang akan dilakukan. Isoflurane bisa diberikan dengan campuran gas oksigen atau nitrogen.

Berikut adalah dosis umum isoflurane untuk orang dewasa:

  • Dosis untuk memulai anestesi: 0,5–3%. Efek bius mulai terasa dalam 7–10 menit setelah pemberian isoflurane.
  • Dosis untuk mempertahankan anestesi: 1–2,5%

Cara Menggunakan Isoflurane dengan Benar

Isoflurane akan diberikan oleh dokter anestesi atau petugas medis di bawah pengawasan dokter. Jika Anda ragu mengenai penggunaan obat bius umum, tanyakan kepada dokter yang merencanakan operasi mengenai manfaat dan risikonya.

Berikut adalah tahapan dalam pemberian Isoflurane:

  • Isoflurane akan diberikan melalui mesin vaporizer yang sudah dilengkapi dengan selang dan masker. Obat bius ini dihirup melalui masker yang dipasang di mulut dan hidung pasien.
  • Pasien akan merasa tenang dan tertidur setelah obat ini diberikan. Selama pasien berada di bawah efek pembiusan, dokter akan memantau tekanan darah, pernapasan, denyut jantung, dan suhu tubuh pasien.
  • Setelah tindakan medis selesai, dokter akan memberikan obat yang akan membuat pasien sadar kembali. Selanjutnya, pasien akan dipindahkan ke ruang pemulihan.

Interaksi Isoflurane dengan Obat Lain

Berikut adalah efek interaksi yang bisa terjadi jika isoflurane digunakan bersama obat lain:

  • Peningkatan risiko terjadinya hipotensi berat jika digunakan bersama obat antihipertensi tertentu, seperti amlodipine, nifedipine, nicardipine, propranolol, bisoprolol, atau carvedilol
  • Peningkatan risiko terjadinya kerusakan hati jika digunakan bersama isoniazid
  • Peningkatan risiko terjadinya gangguan pernapasan berat jika digunakan dengan obat opioid, benzodiazepine, atau obat lain yang memiliki efek penenang atau sedatif

Efek Samping dan Bahaya Isoflurane

Setelah sadar dari bius total dengan isoflurane, pasien akan merasakan kantuk hingga beberapa jam sesudah tindakan operasi selesai. Selain itu, penggunaan isoflurane juga bisa menimbulkan keluhan berikut:

  • Mual dan muntah
  • Gemetar, menggigil
  • Perut terasa penuh dan tidak bisa buang angin
  • Tekanan darah rendah
  • Napas pendek-pendek
  • Denyut jantung lambat atau terlalu cepat
  • Pusing atau sakit kepala
  • Linglung atau lupa ingatan sementara
  • Mimpi buruk
  • Nyeri otot

Efek samping di atas bisa berlangsung selama 1–2 hari, tergantung pada jenis operasi dan kondisi kesehatan setelah operasi. Beri tahu dokter atau petugas medis jika efek samping tersebut tidak berkurang atau justru bertambah berat.

Segera laporkan ke dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau efek samping serius berikut ini:

  • Bibir, kuku, jari-jari tangan dan kaki berwarna kebiruan
  • Rahang terasa kaku
  • Kulit kemerahan, melepuh, mengelupas, bengkak, yang disertai dengan atau tanpa demam
  • Hipertermia maligna, yang gejalanya meliputi suhu tubuh meningkat cepat sampai di atas 40°C, kaku otot yang parah, keringat berlebihan, urine berwarna coklat gelap
  • Gejala hiperkalemia, seperti jantung berdebar, sesak napas, nyeri dada, detak jantung tidak teratur, lemah otot, kesemutan dan mati rasa
  • Gangguan fungsi liver, seperti hepatitis hingga gagal hati, yang gejalanya bisa berupa nyeri perut, feses berwarna pucat, urine berwarna gelap, muntah darah, BAB berdarah, kulit dan mata menjadi kuning (penyakit kuning)