Isoniazid adalah obat antibiotik untuk mengobati tuberkulosis (TBC). Dalam pengobatan TBC, isoniazid akan dikombinasikan dengan obat TBC lainnya, seperti rifampicin, ethambutol, atau pyrazinamide.

Isoniazid bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan pertumbuhan bakteri Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC. Obat ini merupakan bagian dari terapi TBC aktif tahap awal dan lanjutan.

isoniazid-alodokter

Selain mengobati TBC aktif, isoniazid juga digunakan dalam pengobatan TBC laten, yaitu infeksi tuberkulosis tanpa gejala. Pengobatan dengan isoniazid diutamakan pada penderita TB laten dengan usia di bawah 5 tahun atau infeksi HIV.

Merek dagang isoniazid: Cultube 3 FDC Paed, Erabutol Plus, Inadoxin Forte, Inha, INH-CIBA, Inoxin, Isoniazid, Kapedoxin, Metham, Pehadoxin Forte, Pulna Forte, Pro TB, Pyravit, Rifanh, Rifastar, Rimcure Paed, Suprazid Forte, dan TB Vit 6.

Apa Itu Isoniazid

Golongan Obat resep
Kategori Antituberkulosis
Manfaat Mengobati tuberkulosis
Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak
Isoniazid untuk ibu hamil dan menyusui Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.Isoniazid terserap ke dalam ASI. Ibu menyusui yang mengonsumsi isoniazid disarankan untuk tetap menyusui anaknya. Namun, konsultasi dengan dokter tetap dibutuhkan.
Bentuk obat Tablet, tablet dispersible, tablet kunyah, dan sirop.

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Isoniazid

Isoniazid tidak boleh digunakan sembarangan. Sebelum mengonsumsi isoniazid, Anda perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

  • Jangan mengonsumsi isoniazid jika Anda alergi terhadap obat ini. Selalu beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki.
  • Beri tahu Dokter jika Anda pernah mengonsumsi isoniazid sebelumnya dan mengalami penyakit kuning pada saat pengobatan.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit liver, penyakit ginjal, neuropati perifer, diabetes, HIV/AIDS, epilepsi, psikosis, atau kecanduan alkohol.
  • Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menjalani pengobatan dengan isoniazid karena dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan fungsi hati dan kerusakan saraf.
  • Beri tahu dokter jika Anda berencana untuk melakukan vaksinasi dengan vaksin bakteri hidup, seperti vaksin tifoid, selama menjalani pengobatan dengan isoniazid. Isoniazid dapat menurunkan efektivitas vaksin tersebut.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat-obatan lain, termasuk suplemen dan produk herbal, untuk mengantisipasi interaksi obat.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, berencana untuk hamil, sedang menyusui, atau baru saja melahirkan.
  • Beri tahu dokter bahwa Anda sedang menggunakan isoniazid sebelum menjalani pemeriksaan tes glukosa urine, karena dapat menyebabkan ketidakakuratan tes.
  • Beri tahu dokter bahwa Anda sedang menggunakan isoniazid jika Anda akan menjalani operasi, terutama operasi yang menggunakan bius total.
  • Segera ke dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau efek samping yang serius, setelah mengonsumsi isoniazid.

Dosis dan Aturan Pakai Isoniazid

Berikut ini adalah pembagian dosis isoniazid berdasarkan kondisi dan usia pasien:

Kondisi: TBC aktif dan TB ekstra paru (tuberkulosis yang menyebar ke organ lain)

  • Dewasa: 5 mg/kgBB hingga maksimal 300 mg 1 kali sehari, sebagai dosis tunggal atau dosis terbagi. Bisa juga diberikan 10 mg/kgBB hingga maksimal 900 mg per hari, dikonsumsi 3 kali seminggu.
  • Anak-anak: 10–15 mg/kgBB hingga maksimal 300 mg 1 kali sehari, sebagai dosis tunggal atau dosis terbagi.

Kondisi: TB laten

  • Dewasa: 300 mg 1 kali sehari, setiap hari selama 6 bulan. Dosis alternatif 5 mg/kgBB hingga 300 mg per hari, atau 15 mg/kgBB hingga 900 mg sebanyak 2 kali seminggu. Lama pengobatan 6–9 bulan.
  • Anak-anak: 10 mg/kgBB hingga 300 mg 1 kali sehari, atau 20–40 mg/kgBB hingga 900 mg sebanyak 2 kali seminggu. Lama pengobatan 6–9 bulan.

Cara Mengonsumsi Isoniazid dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada label kemasan isoniazid sebelum mulai mengonsumsinya. Jangan mengurangi atau menambah dosis, serta jangan menggunakan obat ini lebih lama dari waktu yang dianjurkan dokter.

Isoniazid sebaiknya dikonsumsi saat perut dalam keadaan kosong, idealnya 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Jika timbul rasa tidak nyaman di lambung, isoniazid boleh dikonsumsi bersama dengan makanan atau saat makan.

Jika Anda diresepkan isoniazid tablet atau tablet salut selaput, telan obat dalam kondisi utuh dengan air putih. Untuk isoniazid sediaan tablet kunyah, tablet harus dikunyah terlebih dahulu sebelum ditelan. Sementara itu, isoniazid bentuk tablet dispersible perlu di campur ke dalam 50 ml air terlebih dahulu, lalu diminum.

Untuk isoniazid sediaan sirop, kocok botol sebelum obat dikonsumsi. Gunakan sendok takar yang disertakan dalam kemasan agar dosisnya tepat.

Jika isoniazid dikonsumsi setiap hari, disarankan untuk selalu mengonsumsi isoniazid pada jam yang sama setiap harinya. Jika isoniazid dikonsumsi secara mingguan, dianjurkan untuk mengonsumsi isoniazid pada hari yang sama setiap minggunya.

Pastikan untuk mengonsumsi isoniazid secara teratur sesuai dosis yang diberikan dokter. Jika lupa mengonsumsi isoniazid, segera minum obat ini bila belum mendekati waktu konsumsi obat berikutnya. Apabila sudah dekat, abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan dosis di waktu selanjutnya.

Jangan menghentikan pengobatan tanpa berkonsultasi dengan dokter meski kondisi Anda sudah membaik. Menghentikan penggunaan obat terlalu cepat dapat menyebabkan infeksi muncul kembali dan menjadi sulit untuk diobati.

Selama menggunakan isoniazid, dokter akan meminta Anda untuk menjalani pemeriksaan fungsi hati secara berkala. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan fungsi hati yang mungkin terjadi selama pengobatan. Ikuti jadwal kontrol yang ditentukan oleh dokter agar kondisi dan perkembangan terapi dapat terpantau.

Selain itu, dokter mungkin akan memberikan tambahan vitamin B6 selama Anda menjalani pengobatan dengan isoniazid. Hal ini dilakukan untuk mencegah munculnya efek samping berupa gangguan saraf perifer, seperti kesemutan atau rasa panas di kaki.

Simpan isoniazid dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Isoniazid dengan Obat Lain

Interaksi yang dapat terjadi jika isoniazid digunakan bersamaan dengan obat-obatan tertentu adalah:

  • Meningkatkan risiko terjadinya efek samping dari obat antikonvulsan, benzodiazepine, chlorzoxazone, disulfiram, warfarin, clofazimine, cycloserine, atau teofilin
  • Meningkatkan risiko terjadinya neuropati perifer jika digunakan dengan stavudine
  • Meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang serius dari obat paracetamol jika digunakan secara bersamaan
  • Meningkatkan risiko terjadinya kerusakan ginjal jika digunakan bersama enfluran
  • Menurunkan efektivitas isoniazid jika digunakan bersama prednisolone
  • Menurunkan efektivitas obat levodopa, itraconazole, atau ketoconazole
  • Menurunkan penyerapan isoniazid jika digunakan dengan antasida yang mengandung aluminium, seperti aluminium hidroksida

Jika Anda sedang atau akan menggunakan antasida yang mengandung aluminium bersama dengan isoniazid, konsumsi isoniazid 1–2 jam sebelum mengonsumsi antasida.

Hindari mengonsumsi isoniazid bersama keju, anggur merah, atau tuna, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya kenaikan tekanan darah, hot flashes, sakit kepala, jantung berdebar, atau pusing.

Efek Samping dan Bahaya Isoniazid

Efek samping yang mungkin timbul setelah menggunakan isoniazid adalah:

Konsultasikan dengan dokter jika efek samping di atas tidak mereda atau justru memberat. Anda perlu segera ke dokter jika mengalami reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius, seperti:

  • Demam yang berlangsung lebih dari 3 hari
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Sakit tenggorokan
  • Pandangan kabur atau nyeri di belakang mata
  • Kesemutan di tangan atau kaki
  • Nyeri atau bengkak di sendi
  • Kejang
  • Mudah memar
  • Linglung, perubahan suasana hati dan perilaku
  • Gejala psikosis, seperti halusinasi atau pikiran yang tidak wajar
  • Gejala penyakit liver, seperti nyeri perut kanan atas, urine berwarna pekat, kulit dan mata menguning, tinja berwarna pucat