Prednisolone adalah obat untuk mengatasi berbagai kondisi peradangan. Beberapa kondisi yang bisa diatasi oleh obat ini antara lain radang sendi, radang pada mata, atau asma. Prednisolone tidak boleh digunakan sembarangan dan harus sesuai resep dokter.
Prednisolone termasuk dalam kelompok obat kortikosteroid. Obat ini merupakan replika dari hormon steroid yang secara alami dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Prednisolone bekerja dengan menekan reaksi sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif, sehingga mengurangi peradangan dan gejala reaksi alergi.

Merek dagang prednisolone: Borraginol-S, Cendo Cetapred, Chloramfecort-H, Colipred, Klorfeson, Lupred, P-Pred, Polypred
Apa Itu Prednisolone
| Golongan | Obat resep |
| Kategori | Kortikosteroid |
| Manfaat | Mengurangi peradangan |
| Mengatasi reaksi alergi | |
| Menangani penyakit autoimun | |
| Digunakan oleh | Dewasa |
| Prednisolone untuk ibu hamil | Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil. |
| Obat ini hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin. | |
| Usia kehamilan ≤12 minggu | |
| Kategori D: Ada bukti bahwa kandungan obat berisiko terhadap janin manusia. Namun, obat dalam kategori ini masih mungkin digunakan ketika manfaat yang diperoleh lebih besar daripada risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam nyawa. | |
| Prednisolone untuk ibu menyusui | Prednisolone umumnya aman digunakan oleh ibu menyusui selama digunakan sesuai anjuran dokter. |
| Bentuk obat | Tablet, krim, salep, tetes mata |
Peringatan sebelum Menggunakan Prednisolone
Prednisolone merupakan obat resep yang penggunaannya harus sesuai anjuran dokter. Berikut adalah hal yang perlu diperhatikan sebelum menjalani pengobatan dengan prednisolone:
- Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Prednisolone tidak boleh digunakan oleh orang yang alergi terhadap prednisolone.
- Informasikan kepada dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit hati, diabetes, tuberkulosis, hipertensi, penyakit tiroid, myasthenia gravis, epilepsi, penyakit jantung, herpes, penyakit ginjal, glaukoma, tukak lambung, osteoporosis, atau depresi.
- Jangan menggunakan prednisolone jika Anda sedang menderita infeksi jamur.
- Hindari kontak erat dengan penderita infeksi yang mudah menular, seperti flu, campak, atau cacar air, selama menjalani pengobatan dengan prednisolone. Obat ini dapat membuat Anda mudah tertular infeksi.
- Beri tahu dokter bahwa Anda sedang menggunakan prednisolone sebelum menjalani vaksinasi, operasi, atau prosedur medis apa pun.
- Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menjalani pengobatan dengan prednisolone. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan saluran pencernaan.
- Diskusikan dengan dokter mengenai penggunaan prednisolone jika Anda sedang menyusui, hamil, atau sedang merencanakan kehamilan.
- Informasikan kepada dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi terjadinya interaksi antarobat.
- Jangan langsung mengemudi atau melakukan aktivitas lain yang memerlukan kewaspadaan setelah menggunakan prednisolone. Obat ini dapat menyebabkan pusing.
- Segera ke dokter jika mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius setelah menggunakan prednisolone.
Dosis dan Aturan Pakai Prednisolone
Dosis prednisolone akan ditentukan berdasarkan kondisi yang akan diatasi dan usia pasien. Secara umum, dosis prednisolone oral adalah sebagai berikut:
Prednisolone tablet
Kondisi: Alergi dan peradangan akibat gangguan sistem imun, seperti rheumatoid arthritis, penyakit asam urat, kolitis ulseratif, atau dermatitis seboroik
- Dewasa: 5–60 mg per hari. Obat dapat diberikan sebagai dosis tunggal atau dibagi menjadi beberapa dosis. Dosis obat akan ditentukan lebih lanjut oleh dokter berdasarkan kondisi dan respons pasien terhadap pengobatan.
- Anak-anak: 0,14–2 mg/kgBB per hari. Obat dapat diberikan sebagai dosis tunggal atau dibagi menjadi beberapa dosis. Dosis obat akan ditentukan lebih lanjut oleh dokter berdasarkan kondisi dan respons pasien terhadap pengobatan.
Kondisi: Asma akut
- Dewasa: 40–60 mg per hari, dibagi dalam 2 dosis atau dosis tunggal. Pengobatan dilakukan selama 5–10 hari.
- Anak-anak: 1–2 mg/kgBB per hari, dibagi dalam beberapa dosis atau dosis tunggal, selama 3–10 hari atau lebih, sesuai arahan dokter.
Kondisi: Kelainan darah dan limfoma
- Dewasa: Dosis awal 15–60 mg per hari.
Kondisi: Multiple sclerosis
- Dewasa: Dosis awal 200 mg per hari, selama 1 minggu. Dosis lanjutan 80 mg setiap 2 hari sekali, selama 1 bulan.
Kondisi: Sindrom nefrotik
- Dewasa: Dosis awal 1 mg/kgBB, 1 kali sehari, maksimal 80 mg per hari. Bisa juga 2 mg/kgBB, 2 hari sekali, maksimal 120 mg per pemberian. Pengobatan dilakukan selama 4–16 minggu.
- Anak-anak: 2 mg/kgBB per hari atau 60 mg/m2 luas permukaan tubuh (LPT) per hari yang dibagi dalam 3 dosis, selama 4 minggu. Dilanjutkan dengan pemberian dosis tunggal 40 mg/m2LPT setiap 2 hari sekali, selama 4 minggu.
Prednisolone suntik
Kondisi: Penyakit radang sendi
- Dewasa: 5–25 mg, tergantung pada ukuran sendi. Obat disuntikkan langsung ke dalam sendi (intraartikular atau periartikular). Jumlah maksimal sendi yang boleh disuntik dalam 1 hari adalah 3 sendi.
Kondisi: Alergi dan peradangan
- Dewasa: 25–100 mg, 1–2 kali seminggu. Dosis maksimal 100 mg, 2 kali seminggu. Obat disuntikkan ke dalam otot (intramuskular/IM).
Prednisolone tetes mata
Kondisi: Radang pada mata, seperti uveitis
- Dewasa dan anak-anak: 1–2 tetes pada bagian dalam kelopak mata yang sakit, 2–4 kali sehari.
Prednisolone topikal
Kondisi: Infeksi dan peradangan kulit
- Dewasa: Oleskan salep secukupnya 1–2 kali sehari selama 1–2 minggu. Salep prednisolone untuk mengobati kondisi ini pada umumnya dikombinasikan dengan antibiotik.
Kondisi: Hemoroid (wasir)
- Dewasa: Oleskan obat secukupnya 2 kali sehari pada pagi hari setelah buang air besar atau pada malam hari sebelum tidur.
Cara Menggunakan Prednisolone dengan Benar
Ikuti anjuran dokter dan bacalah informasi yang tertera pada label kemasan obat sebelum menggunakan prednisolone. Jangan mengurangi atau menambah dosis tanpa persetujuan dokter.
Agar mendapat hasil pengobatan yang maksimal, perhatikan panduan penggunaan prednisolone berikut ini:
- Gunakanlah prednisolone tablet bersama makanan atau segelas susu untuk mencegah terjadinya iritasi lambung.
- Jika menggunakan prednisolone oles, pastikan bagian yang akan diobati sudah dibersihkan. Oleskan prednisolone tipis-tipis mengikuti arah tumbuhnya rambut. Jangan menutup bagian tubuh yang diobati, kecuali atas anjuran dokter. Selalu cuci tangan sebelum dan setelah menggunakan prednisolone oles.
- Bila akan menggunakan prednisolone untuk hemoroid, sebaiknya lakukan setelah buang air besar. Oleskan obat pada hemoroid menggunakan tangan, kasa, atau aplikator yang tersedia pada kemasan obat.
- Sebelum menggunakan prednisolone tetes mata, cuci tangan Anda terlebih dahulu. Kocok obat sebelum digunakan. Dongakkan kepala, kemudian tarik kelopak mata bawah, dan teteskan obat. Pejamkan mata secara perlahan selama 1–2 menit, tekan ujung mata dekat hidung untuk mencegah obat keluar.
- Jika keluhan pada mata tidak membaik setelah 2 hari menggunakan prednisolone tetes mata, konsultasikan kondisi Anda dengan dokter mata.
- Apabila Anda lupa menggunakan prednisolone, segera gunakan obat ini begitu teringat jika jeda dengan jadwal penggunaan berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
- Jangan menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter karena bisa memperburuk gejala. Dokter akan menurunkan dosis secara bertahap jika memang penggunaan obat perlu dihentikan.
- Simpan Prednisolone di tempat bersuhu ruangan dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.
Interaksi Prednisolone dengan Obat Lain
Interaksi yang dapat terjadi bila prednisolone digunakan bersama obat-obatan tertentu adalah:
- Penurunan efektivitas vaksin atau peningkatan risiko terjadinya infeksi dari vaksin hidup, seperti vaksin tifoid
- Penurunan efektivitas Prednisolone jika digunakan bersama carbamazepine, phenytoin, phenobarbital, atau rifampicin
- Peningkatan risiko terjadinya efek samping Prednisolone jika digunakan dengan ketoconazole atau erythromycin
- Peningkatan terjadinya hipokalemia jika digunakan dengan amphotericin B atau diuretik
- Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan bersama antikoagulan, seperti warfarin
- Peningkatan risiko terjadinya perdarahan saluran cerna jika digunakan dengan obat antiinflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen
- Penurunan efektivitas isoniazid dalam mengobati TBC
- Penurunan efektivitas obat antikolinesterase, seperti pyridostigmine, dalam mengobati myasthenia gravis
Untuk mencegah terjadinya efek interaksi obat, diskusikan dengan dokter jika Anda berencana menggunakan prednisolone bersama obat, produk herbal, atau suplemen apa pun.
Efek Samping dan Bahaya Prednisolone
Beberapa efek samping prednisolone yang dapat dialami penggunanya adalah:
- Berat badan naik
- Pusing
- Sakit kepala
- Mual atau muntah
- Diare
- Perubahan siklus menstruasi
- Keringat berlebih
- Sulit tidur
Konsultasikan ke dokter jika efek samping tersebut tidak kunjung reda atau justru memburuk. Segera temui dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius, seperti:
- Infeksi, yang bisa ditandai dengan demam tinggi, menggigil, nyeri pada tenggorokan atau telinga, batuk, nyeri saat berkemih, sariawan yang tidak kunjung sembuh
- Memar, kulit menipis, atau luka sulit sembuh
- Sindrom Cushing, yang dapat ditandai dengan wajah bengkak dan bundar, penambahan lemak di punggung atas atau perut, sakit kepala yang mengganggu, luka yang sulit sembuh
- Depresi atau perubahan sifat, pikiran, atau perilaku yang tidak wajar
- Mual yang berlebihan, pusing berputar yang berat, kelemahan otot, merasa sangat lelah, nafsu makan hilang, berat badan turun
- Sering mengantuk, merasa lapar dan haus, kesemutan, atau buang air kecil
- Tinja berdarah, batuk berdarah, muntah berwarna hitam, atau muntah berampas seperti bubuk kopi
- Hipokalemia, yang dapat ditandai dengan kaki kram, sembelit, detak jantung tidak teratur, dada berdebar
- Nyeri perut yang parah dan menjalar hingga punggung, yang disertai dengan mual-mual
Efek samping yang mungkin muncul setelah menggunakan prednisolone oles adalah kulit terasa terbakar, gatal, iritasi, kulit memerah, atau kulit kering di sekitar area yang diobati. Penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan perubahan warna kulit, kerusakan kulit, dan peningkatan risiko terjadinya infeksi kulit.
Sementara itu, efek samping prednisolone oles untuk mengobati hemoroid adalah nyeri, rasa terbakar, atau sensasi kesemutan di sekitar anus. Adapun untuk prednisolone tetes mata, efek samping yang bisa terjadi setelah menggunakannya adalah nyeri, mata terasa panas, atau iritasi mata yang ringan.
Segera temui dokter jika Anda mengalami efek samping serius, yaitu penglihatan buram, tunnel vision, muncul lingkaran cahaya (halo) saat melihat sumber cahaya, noda berwarna putih atau kuning di permukaan mata, nyeri di belakang mata, maupun gejala infeksi mata, seperti mata bengkak, merah, atau berair.