Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan medis yang dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan setelah pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat keluhan atau riwayat penyakit pada pasien.
Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik adalah pemeriksaan yang dilakukan dokter untuk menentukan diagnosis penyakit pada pasien serta tingkat keparahannya.
Pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan saat pasien berkonsultasi ke dokter karena adanya keluhan atau gejala tertentu, atau saat pasien menjalani pemeriksaan kesehatan rutin (medical check-up).
Selain untuk mendiagnosis penyakit, pemeriksaan penunjang juga dilakukan untuk menentukan langkah penanganan yang tepat serta memantau keberhasilan terapi pada pasien.
Berbagai Jenis Pemeriksaan Penunjang atau Diagnostik
Ada sangat banyak jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan oleh dokter. Namun, ada beberapa jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan, antara lain:
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah adalah jenis pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pasien untuk kemudian dianalisis di laboratorium.
Pemeriksaan darah biasanya dilakukan untuk mendeteksi penyakit atau kondisi medis tertentu, seperti anemia dan infeksi. Melalui pemeriksaan penunjang ini, dokter dapat memantau beberapa komponen darah dan fungsi organ, meliputi:
- Sel darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit atau keping darah
- Plasma darah
- Zat kimia darah, seperti gula darah atau glukosa, kolesterol, asam urat, zat besi, dan elektrolit
- Analisis gas darah
- Fungsi organ tertentu, seperti ginjal, hati, pankreas, empedu, dan kelenjar tiroid
- Tumor marker
Sebelum melakukan pemeriksaan darah, tanyakan dulu kepada dokter mengenai persiapan apa yang harus dilakukan, misalnya apakah perlu berpuasa atau menghentikan pengobatan tertentu sebelum pengambilan sampel darah.
2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine adalah jenis pemeriksaan penunjang yang sering kali dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan, fungsi ginjal, serta apakah seseorang mengonsumsi obat-obatan tertentu. Selain itu, pemeriksaan urine juga biasanya dilakukan pada ibu hamil untuk memastikan kehamilan atau untuk mendeteksi preeklamsia.
Pemeriksaan urine dapat dilakukan sebagai bagian dari medical check-up rutin atau ketika dokter mencurigai adanya penyakit tertentu, seperti penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, atau batu ginjal.
3. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan penunjang ini sering digunakan untuk memantau kerja jantung, khususnya irama detak jantung dan aliran listrik jantung. EKG juga dapat dilakukan untuk mendeteksi kelainan jantung, seperti aritmia, serangan jantung, pembengkakan jantung, kelainan pada katup jantung, dan penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan EKG bisa dilakukan di tempat praktik dokter, IGD rumah sakit, atau di ruang perawatan pasien, seperti di ICU atau di bangsal rawat inap.
Saat menjalani pemeriksaan EKG, pasien akan diminta untuk berbaring dan melepaskan baju serta perhiasan yang dikenakan, selanjutnya dokter akan memasang elektroda di bagian dada, lengan, dan tungkai pasien.
Ketika pemeriksaan berlangsung, pasien disarankan untuk tidak banyak bergerak atau berbicara karena dapat mengganggu hasil pemeriksaan.
4. Foto Rontgen
Foto Rontgen merupakan jenis pemeriksaan penunjang yang menggunakan radiasi sinar-X atau sinar Rontgen untuk menggambarkan kondisi berbagai organ dan jaringan tubuh. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi:
- Kelainan tulang dan sendi, termasuk patah tulang, radang sendi, dan pergeseran sendi (dislokasi)
- Kelainan gigi
- Sumbatan saluran napas atau saluran cerna
- Batu saluran kemih
- Infeksi, seperti pneumonia, tuberkulosis, dan usus buntu
Pada kasus tertentu, dokter mungkin akan memberikan zat kontras kepada pasien melalui suntikan atau per oral (diminum), agar hasil foto Rontgen lebih jelas.
Meski demikian, zat kontras ini kadang bisa menimbulkan beberapa efek samping, seperti reaksi alergi, pusing, mual, lidah terasa pahit, hingga gangguan ginjal.
5. Ultrasonografi (USG)
USG adalah pemeriksaan penunjang yang menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar organ dan jaringan di dalam tubuh.
Pemeriksaan penunjang ini sering dilakukan untuk mendeteksi kelainan di organ dalam tubuh, seperti tumor, batu, atau infeksi pada ginjal, pankreas, hati, dan empedu.
Tak hanya itu, USG juga umum dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan kehamilan untuk memantau kondisi janin serta untuk memandu dokter saat melakukan tindakan biopsi.
Sebelum pemeriksaan USG dilakukan, dokter mungkin akan meminta pasien untuk berpuasa serta minum air putih dan menahan buang air kecil untuk sementara waktu. Pasien kemudian akan diperbolehkan buang air kecil dan makan kembali setelah pemeriksaan USG selesai dilakukan.
6. Computed tomography scan (CT Scan)
CT scan adalah pemeriksaan penunjang yang memanfaatkan sinar Rontgen dengan mesin khusus untuk menciptakan gambar jaringan dan organ di dalam tubuh.
Gambar yang dihasilkan oleh CT scan akan terlihat lebih jelas daripada foto Rontgen biasa. Pemeriksaan CT scan biasanya berlangsung sekitar 20–60 menit.
Untuk menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik atau lebih akurat dalam mendeteksi kelainan tertentu, seperti tumor atau kanker, dokter dapat menggunakan zat kontras saat melakukan pemeriksaan CT scan.
7. Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI sepintas mirip dengan CT scan, tetapi pemeriksaan penunjang ini tidak memanfaatkan sinar Rontgen atau radiasi, melainkan gelombang magnet dan gelombang radio berkekuatan tinggi untuk menggambarkan kondisi organ dan jaringan di dalam tubuh. Prosedur MRI biasanya berlangsung selama 15–90 menit.
Pemeriksaan MRI dapat dilakukan untuk memeriksa hampir seluruh bagian tubuh, termasuk otak dan sistem saraf, tulang dan sendi, payudara, jantung dan pembuluh darah, serta organ dalam lainnya, seperti hati, rahim, dan kelenjar prostat.
Sama seperti CT scan dan foto Rontgen, dokter juga terkadang akan menggunakan zat kontras untuk meningkatkan kualitas gambar yang dihasilkan pada pemeriksaan MRI.
8. Fluoroskopi
Fluoroskopi adalah metode pemeriksaan radiologis yang memanfaatkan sinar Rontgen untuk menghasilkan serangkaian gambar menyerupai video. Pemeriksaan penunjang ini umumnya dikombinasikan dengan zat kontras, agar gambar yang dihasilkan lebih jelas.
Fluorokospi biasanya digunakan untuk mendeteksi kelainan tertentu di dalam tubuh, seperti kerusakan atau gangguan pada tulang, jantung, pembuluh darah, dan sistem pencernaan. Fluoroskopi juga bisa dilakukan untuk membantu dokter ketika melakukan kateterisasi jantung atau pemasangan ring jantung.
9. Endoskopi
Endoskopi bertujuan untuk memeriksa organ dalam tubuh dengan endoskop, yaitu alat berbentuk selang kecil yang elastis dan dilengkapi kamera di ujungnya. Alat ini terhubung dengan monitor atau layar TV, sehingga dokter dapat melihat kondisi organ dalam tubuh.
Pemeriksaan endoskopi biasanya dilakukan untuk memantau kondisi saluran cerna dan mendiagnosis penyakit tertentu, seperti gastritis atau peradangan pada lambung, tukak lambung, GERD, kesulitan menelan, perdarahan saluran pencernaan, serta kanker lambung.
Selain beberapa jenis pemeriksaan penunjang di atas, ada beberapa jenis pemeriksaan penunjang lainnya yang juga sering dilakukan dokter, seperti:
- Ekokardiografi
- Biopsi
- Elektroensefalografi (EEG)
- Pemeriksaan tinja
- Pemeriksaan cairan tubuh, seperti cairan otak, cairan sendi, dan cairan pleura
- Pemeriksaan genetik
Ada banyak sekali jenis pemeriksaan penunjang dengan fungsi, kelebihan, dan kekurangannya masing-masing. Suatu pemeriksaan penunjang mungkin cocok untuk mendeteksi jenis penyakit tertentu, tapi tidak efektif untuk mendeteksi jenis penyakit lainnya. Bahkan, kadang dibutuhkan beberapa jenis pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Biasanya, dokter akan menyarankan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis penyakit setelah melakukan anamnesa (tanya jawab) dan pemeriksaan fisik pada pasien. Jenis pemeriksaan penunjang yang dilakukan akan disesuaikan dengan penyakit yang dicurigai oleh dokter dan kondisi pasien secara umum.