Sistem hormon adalah sistem yang terdiri dari beragam organ dan kelenjar yang berperan dalam memproduksi hormon. Hormon-hormon tersebut bertugas untuk mengatur berbagai fungsi organ tubuh. Ketika sistem ini terganggu, kinerja sistem organ tertentu akan bermasalah dan menimbulkan sejumlah penyakit.

Kelenjar tubuh manusia terbagi menjadi 2 jenis, yaitu kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin. Kelenjar endokrin adalah jenis kelenjar yang bertugas untuk memproduksi berbagai jenis hormon, sedangkan kelenjar eksokrin bertugas untuk menghasilkan cairan tubuh yang bukan hormon, seperti keringat, air mata, ASI, dan air liur.

Kenali Gangguan pada Sistem Hormon Manusia - Alodokter

Fungsi Sistem Hormon Berdasarkan Organnya

Sistem hormon di dalam tubuh melibatkan banyak organ dan kelenjar. Masing-masing organ dan kelenjar tersebut menghasilkan hormon yang berbeda-beda dengan fungsinya tersendiri.

Berikut ini adalah beberapa jenis organ dan kelenjar yang berfungsi untuk menghasilkan hormon:

1. Kelenjar pituitari

Kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisis yang terletak di bagian dasar otak ini dijuluki sebagai the master gland. Kelenjar ini berperan dalam memproduksi hormon yang bertugas untuk mengatur fungsi berbagai organ dan kelenjar lain, seperti kelenjar tiroid, organ reproduksi, dan kelenjar adrenal.

Kelenjar pituitari memiliki tugas untuk menghasilkan beberapa hormon berikut ini:

  • Hormon TSH, yaitu hormon yang bertugas untuk menghasilkan hormon tiroid
  • Hormon pertumbuhan, yaitu hormon yang bertugas untuk mengatur laju pertumbuhan tubuh
  • Hormon FSH, yaitu hormon yang berperan dalam mengatur ovulasi atau masa subur wanita
  • Hormon ACTH, yaitu hormon yang berfungsi untuk menghasilkan hormon stres dan merangsang kinerja kelenjar adrenal
  • Hormon prolaktin, yaitu hormon yang mengatur produksi ASI pada ibu menyusui
  • Hormon perangsang beta-melanosit, yaitu hormon yang meningkatkan pigmentasi kulit ketika terpapar radiasi sinar ultraviolet
  • Hormon enkephalin dan endorfin, yaitu hormon yang berperan dalam mengendalikan rasa sakit dan menimbulkan perasaan gembira

Jika kelenjar pituitari mengalami gangguan, misalnya akibat tumor hipofisis, cedera kepala berat, penyakit Cushing, dan cedera kepala berat, maka berbagai sistem organ tubuh juga akan terganggu.

Gangguan pada kelenjar pituitari dapat menimbulkan gejala berupa sakit kepala, tekanan darah meningkat, sulit tidur, tubuh terasa lemas, gangguan suasana hati, sulit memperoleh keturunan (infertilitas), gangguan libido atau hasrat seksual, serta produksi ASI kurang lancar.

2. Kelenjar hipotalamus

Hipotalamus juga terletak di dasar otak, berdekatan dengan kelenjar hipofisis. Salah satu tugas kelenjar hipotalamus adalah memberikan instruksi kepada kelenjar hipofisis kapan harus melepas hormon yang diproduksinya.

Selain itu, kelenjar hipotalamus juga memproduksi sejumlah hormon yang bertugas mengatur suhu dan kadar air dalam tubuh.

Kelenjar ini pun berperan dalam menghasilkan hormon oksitosin yang bertugas untuk merangsang kontraksi rahim menjelang persalinan, mengendalikan emosi dan libido, serta memelihara kesehatan sistem reproduksi.

Gangguan pada kelenjar hipotalamus dapat menyebabkan sejumlah penyakit, di antaranya hipopituitarisme dan diabetes insipidus. Penyakit-penyakit tersebut dapat menimbulkan sejumlah gejala, seperti:

  • Penurunan berat badan
  • Penurunan nafsu makan
  • Peningkatan atau penurunan tekanan darah
  • Sering buang air kecil
  • Sulit tidur
  • Gangguan tumbuh kembang
  • Pubertas terlambat
  • Infertilitas

3. Kelenjar adrenal

Kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal ini bertugas untuk menghasilkan beberapa jenis hormon, antara lain hormon androgen, aldosterone, adrenalin, dan noradrenalin.

Fungsi dari hormon-hormon tersebut adalah mengendalikan tekanan darah serta kadar elektrolit dan gula darah dalam tubuh. Tak hanya itu, kelenjar ini juga memproduksi hormon kortisol juga berperan dalam siklus bangun dan tidur Anda.

Kelenjar adrenal dapat terkena beberapa penyakit, misalnya penyakit Addison, penyakit Cushing, feokromositoma, dan tumor kelenjar adrenal.

Gangguan pada kelenjar adrenal dapat menimbulkan sejumlah gejala, yaitu pusing, tubuh terasa lemas, mual dan muntah, mudah berkeringat, tekanan darah menurun, menstruasi tidak teratur, penurunan berat badan, muncul bercak hitam di kulit, serta nyeri otot dan sendi.

4. Kelenjar tiroid

Kelenjar tiroid berbentuk seperti kupu-kupu dan berada di dalam leher. Kelenjar ini berfungsi untuk memproduksi hormon tiroid. Hormon ini berperan penting dalam mengatur metabolisme serta pertumbuhan dan kinerja berbagai organ tubuh.

Sistem hormon bisa terganggu jika kelenjar tiroid terlalu banyak atau justru sedikit. Ketika hormon tiroid di dalam tubuh terlalu banyak atau aktif (hipertiroidisme), tubuh dapat mengalami beberapa gejala berikut ini:

  • Detak jantung cepat atau berdebar-debar
  • Gemetaran atau tremor
  • Mudah berkeringat
  • Tidak tahan dengan suhu panas.
  • Susah tidur
  • Mudah lelah
  • Rambut dan kuku rapuh
  • Berat badan menurun
  • Gangguan psikologis, seperti rasa cemas, gugup, dan mudah marah

Sebaliknya, hormon tiroid yang terlalu rendah atau hipotiroidisme dapat menimbulkan beberapa gejala, antara lain:

  • Tubuh lemas
  • Sering mengantuk
  • Kulit kering
  • Sensitif terhadap udara dingin
  • Susah konsentrasi
  • Kesemutan atau mati rasa di bagian tubuh tertentu
  • Berat badan meningkat
  • Irama jantung lambat

5. Kelenjar paratiroid

Kelenjar paratiroid yang terletak di dekat kelenjar tiroid ini bertugas untuk memproduksi hormon paratiroid, yaitu hormon pengatur keseimbangan kalsium di dalam tubuh. Kelenjar ini berperan besar terhadap kesehatan dan perkembangan organ-organ yang membutuhkan kalsium, seperti tulang, gigi, pembuluh darah, jantung, dan otot.

Gangguan pada kelenjar paratiroid sering kali tidak bergejala. Namun, sebagian orang yang memiliki gangguan kelenjar paratiroid dapat merasakan keluhan nyeri atau kram otot, kesemutan, mual, nyeri ulu hati, tubuh lemas, dan sering haus.

Jika tidak ditangani dengan tepat, gangguan kelenjar paratiroid dapat memicu munculnya masalah kesehatan serius, seperti osteoporosis, tekanan darah tinggi, batu ginjal, dan penyakit jantung.

6. Kelenjar timus

Kelenjar timus merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang terletak di belakang tulang dada. Salah satu fungsinya adalah memproduksi sel darah putih yang disebut limfosit T.

Sel ini bertugas untuk melawan bakteri dan virus penyebab penyakit serta mencegah pertumbuhan sel kanker. Kinerja sel limfosit T ini diatur oleh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar timus, yaitu thymosin, thymopoietin, thymulin,  dan thymic humoral factor.

Walau jarang terjadi, kelenjar timus dapat mengalami beberapa penyakit, seperti tumor kelenjar timus, sindrom DiGeorge, dan kista timus. Penyakit-penyakt tersebut dapat menimbulkan gejala sesak napas, nyeri dada, batuk darah, sulit menelan, berkurangnya nafsu makan, dan penurunan berat badan.

7. Kelenjar pineal

Kelenjar pineal memiliki bentuk menyerupai kacang dan terletak di bagian tengah otak. Salah satu fungsinya adalah memproduksi hormon melatonin, yaitu hormon yang mengendalikan siklus tidur.

Jika Anda mengalami gangguan tidur, misalnya insomnia, bisa jadi itu tanda adanya masalah pada kelenjar pineal Anda. Segera periksakan diri ke dokter agar segera mendapat penanganan.

8. Pankreas

Pankreas memiliki 2 peran utama, yaitu menghasilkan enzim yang membantu tubuh mencerna makanan, serta memproduksi hormon insulin dan glukagon yang bertugas untuk mengendalikan kadar gula darah.

Salah satu penyakit yang sering menyerang pankreas adalah pankreatitis, yaitu peradangan pada pankreas. Kondisi ini dapat muncul secara tiba-tiba selama beberapa hari (pankreatitis akut), namun dapat juga terjadi terus-menerus hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun lamanya (pankreatitis kronis).

Pankreatitis akut dapat dikenali dari munculnya gejala berupa nyeri perut bagian atas yang semakin parah setelah makan, demam, denyut nadi cepat, mual, serta muntah.

Sedangkan pankreatitis kronis biasanya menimbulkan gejala berupa nyeri perut bagian atas, berat badan menurun tanpa alasan jelas, serta tinja berminyak dan berbau menyengat.

9. Organ reproduksi

Organ reproduksi pria dan wanita masing-masing menghasilkan hormon yang berbeda-beda. Salah satu kelenjar pada organ reproduksi wanita adalah ovarium.

Organ ini bertugas untuk melepaskan sel telur serta menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Kedua hormon tersebut memengaruhi perubahan fisik wanita saat menginjak masa pubertas, mengatur siklus menstruasi dan masa subur, dan menunjang proses kehamilan.

Gangguan ovarium yang sering dialami wania berusia subur adalah sindrom ovarium polikistik (PCOS). Kondisi ini dapat dikenali dengan munculnya gejala:

  • Siklus menstruasi tidak normal
  • Perdarahan hebat dari vagina
  • Tumbuh rambut di wajah, punggung, perut, dan dada
  • Kulit terlihat lebih berminyak dan rentan berjerawat
  • Berat badan meningkat
  • Rambut rontok dan menipis
  • Muncul bercak hitam di lipatan tubuh, seperti leher, pangkal paha, dan lipatan payudara

Organ reproduksi pada pria yang berperan penting dalam menghasilkan hormon adalah testis. Kelenjar yang terletak di dalam kantung zakar (skrotum) ini tak hanya memproduksi sperma, tapi juga hormon testosteron.

Ketika remaja pria meranjak dewasa (puber), hormon inilah yang berperan dalam menunjang pertumbuhan penis, rambut kemaluan, tinggi badan, kekuatan otot dan tulang, serta perubahan suara.

Gejala yang dapat muncul ketika testis mengalami gangguan sangat beragam, tergantung jenis gangguan yang terjadi pada testis. Pada orang dewasa, gangguan pada testis dapat menyebabkan menurunnya hasrat seksual, disfungsi ereksi, dan suasana hati yang mudah berganti. Sedangkan gangguan testis pada anak-anak dapat dikenali dengan pubertas terlalu dini, yaitu sebelum usia 9 tahun.

Untuk menjaga agar sistem hormon tubuh berfungsi dengan baik, Anda perlu menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menghindari rokok dan minuman beralkohol, serta rajin berolahraga.

Selain itu, Anda juga dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rutin ke dokter agar fungsi sistem hormon dapat dievaluasi secara berkala. Jika terdapat gangguan pada sistem hormon, dokter akan memberikan pengobatan agar kondisi tersebut dapat ditangani dengan baik.