Ada beragam obat diabetes di apotek yang dapat dibeli sesuai resep dokter. Selain menurunkan kadar gula darah, konsumsi obat ini juga dapat mencegah terjadinya komplikasi, khususnya pada penderita diabetes tipe 2.

Diabetes ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. Kondisi ini terjadi ketika jumlah insulin dalam tubuh tidak cukup atau fungsinya mengalami gangguan. Insulin sendiri adalah hormon yang mengatur kadar gula darah.

Ketahui 6 Jenis Obat Diabetes di Apotek - Alodokter

Gula darah yang mengalami peningkatan dan dibiarkan tanpa pengobatan dapat memicu kerusakan saraf, mata, ginjal, jantung, bahkan otak. Oleh karena itu, penyakit diabetes perlu diobati, salah satunya dengan obat diabetes di apotek, guna mencegah komplikasi dan menjaga kestabilan kadar gula darah.

Berbagai Macam Obat Diabetes di Apotek

Berikut ini adalah beberapa jenis obat diabetes di apotek yang dapat diperoleh dengan resep dokter:

1. Metformin

Metformin merupakan obat yang sering diresepkan untuk penderita diabetes tipe 2. Obat ini bekerja dengan meningkatkan kinerja hormon insulin, menurunkan pembentukan glukosa atau gula dalam hati, dan menurunkan penyerapan gula di usus.

Selain digunakan untuk mengobati diabetes, metformin juga dipakai untuk mengobati sindrom ovarium polikistik (PCOS) dan menurunkan penyerapan lemak di usus sehingga umumnya cocok untuk penderita diabetes dengan obesitas.

Meski mudah ditemukan di apotek, obat diabetes ini dapat menimbulkan efek samping berupa masalah pencernaan, seperti mual, muntah, atau diare. Guna menekan efek sampingnya, obat ini perlu diminum setelah makan.

2. Glibenklamid

Glibenklamid merupakan obat diabetes yang juga umum diresepkan dokter dan dapat ditemukan di apotek. Obat ini mampu merangsang pankreas untuk melepas lebih banyak insulin ke darah dan menunjang fungsinya, sehingga kadar gula darah bisa menurun.

Selain mudah ditemukan di apotek, obat diabetes ini juga relatif murah. Konsumsi glibenklamid pun biasanya hanya 1 kali sehari. Namun, penggunaan obat ini harus tepat dan sesuai anjuran dokter karena rentan memicu kadar gula darah sangat rendah atau hipoglikemia.

3. Glimepiride

Glimepiride juga tersedia di apotek dan masih satu golongan dengan glibenklamid sehingga cara kerjanya pun sama, yaitu meningkatkan produksi insulin dan mendukung kerja hormon tersebut agar kadar gula darah menurun.

Obat diabetes ini kerap diberikan bersama metformin bila konsumsi metformin saja tidak cukup untuk mengendalikan kadar gula darah. Meski begitu, glimepiride bisa memicu risiko terjadinya hipoglikemia yang ditandai dengan badan gemetar, keringat dingin, pusing, detak jantung terasa cepat, bahkan pingsan.

4. Pioglitazone

Obat diabetes di apotek selanjutnya adalah pioglitazone. Obat ini bekerja dengan meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh terhadap insulin, sehingga glukosa di aliran darah dapat dipakai secara efektif oleh sel tubuh dan kadarnya menurun dalam darah.

Sama dengan obat diabetes lainnya, pioglitazone juga dapat menimbulkan efek samping berupa penumpukan cairan dalam tubuh sehingga bisa memicu berbagai keluhan berupa bengkak pada area wajah, bibir, atau lidah, bahkan sesak napas.

Karena efeknya dalam menahan cairan dalam tubuh, pioglitazone umumnya tidak diberikan kepada penderita diabetes yang juga mengalami gagal jantung, sebab obat tersebut bisa makin memperberat kerja jantung dan memperburuk kondisinya.

5. Vildagliptin

Vildagliptin juga bisa ditebus di apotek sesuai resep dokter. Obat ini bekerja dengan meningkatkan jumlah insulin dan mengurangi jumlah glukagon yang dapat meningkatkan gula darah.

Obat ini umumnya aman untuk ginjal dan cenderung jarang memicu hipoglikemia. Namun, vildagliptin juga mungkin memicu efek samping berupa pusing, mual, atau muntah.

6. Dapagliflozin

Dapagliflozin merupakan obat diabetes di apotek yang bekerja dengan cara memperbanyak pembuangan gula darah melalui urine. Dengan demikian, obat ini dapat menurunkan kadar gula dalam darah pada penderita diabetes tipe 2.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dapagliflozin juga efektif untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan bisa dikombinasikan dengan obat antihipertensi. Akan tetapi, penggunaan dapagliflozin juga mungkin meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran kemih.

Pada dasarnya, pengobatan diabetes perlu disesuaikan dengan kondisi tubuh dan tingkat keparahan penyakit yang dialami oleh penderita diabetes. Oleh karena itu, Anda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu guna mendapatkan obat diabetes dan dosis yang sesuai.

Agar pengobatan berjalan efektif, Anda juga perlu menerapkan pola hidup sehat, misalnya mengomsumsi makanan bergizi seimbang dan olahraga secara teratur.

Hal yang perlu Anda ingat, konsumsi obat diabetes di apotek harus sesuai dengan anjuran dokter. Bila muncul efek samping setelah mengonsumsinya, segeralah konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan. Dokter mungkin akan mengubah dosis atau jenis obat diabetes sesuai dengan kondisi Anda.