Mimpi buruk adalah mimpi yang menyebabkan seseorang merasa cemas atau takut. Mimpi buruk sering kali membuat penderitanya terbangun dari tidur. Kondisi ini dapat dialami oleh semua kelompok usia, baik anak-anak maupun orang dewasa.

Tidur terbagi dalam dua fase, yaitu fase non-REM (non-rapid eye movement) dan fase REM (rapid eye movement). Siklus tidur diawali dengan fase non-REM dan diikuti dengan fase REM, yang masing-masing fase berlangsung selama 90–100 menit.

mimpi-buruk-alodokter

Mimpi buruk biasanya terjadi di fase REM, yaitu antara tengah malam sampai menjelang pagi hari.

Mimpi buruk, atau disebut juga sebagai nightmares atau parasomnia, merupakan kondisi yang umum dialami oleh hampir semua orang. Akan tetapi, pada beberapa kasus, mimpi buruk dapat menimbulkan gangguan, terutama apabila terlalu sering terjadi atau sampai menyebabkan gangguan tidur dan stres.

Penyebab Mimpi Buruk

Penyebab mimpi buruk belum diketahui secara pasti. Namun, ada dugaan mimpi buruk terkait dengan faktor genetik, psikologis, kelainan fisik, gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, serta gangguan pada otak.

Meskipun penyebabnya belum bisa dipastikan, ada beberapa kondisi yang diketahui dapat memicu munculnya mimpi buruk, yaitu:

  • Stres dan cemas, misalnya akibat kegiatan di sekolah atau pekerjaan tidak berjalan lancar, sedih akibat kematian orang terdekat, atau takut jika ditinggal oleh seseorang
  • Trauma, seperti akibat cedera, kecelakaan, perundungan, dan pelecehan fisik atau seksual
  • Gangguan tidur, seperti narkolepsi, susah tidur (insomnia), sleep apnea, dan sindrom kaki gelisah (restless leg syndrome)
  • Efek samping obat, seperti antidepresan, penghambat beta, obat hipertensi, obat Parkinson, atau obat tidur
  • Kebiasaan membaca buku atau menonton film yang bertema horor sebelum tidur
  • Kebiasaan memakan camilan sebelum tidur
  • Nyeri kronis akibat kanker, rheumatoid arthritis, lupus, dan nyeri pascaoperasi
  • Penyakit lain, seperti depresi, gangguan stres pascatrauma (PTSD), dan penyakit jantung
  • Konsumsi minuman beralkohol dan penyalahgunaan NAPZA

Faktor risiko mimpi buruk

Mimpi buruk bisa dialami oleh siapa saja, tetapi lebih sering dialami oleh anak usia 3–6 tahun. Pada usia tersebut, imajinasi anak sedang sangat aktif. Selain itu, mimpi buruk juga lebih kerap terjadi pada orang yang keluarganya juga sering mengalami mimpi buruk.

Gejala Mimpi Buruk

Mimpi buruk biasanya terjadi pada tengah malam menjelang pagi. Mimpi buruk bisa memiliki tema yang sangat bervariasi, mulai dari bertemu makhluk aneh, terjatuh, diculik, sampai dikejar-kejar. Frekuensi mimpi buruk bervariasi, bisa jarang, sering, bahkan bisa terjadi beberapa kali dalam semalam.

Mimpi buruk dapat menyebabkan orang yang mengalaminya merasa marah, takut, sedih, cemas, atau merasa bersalah. Perasaan ini bisa terus dialami meski orang yang bermimpi buruk sudah terbangun dari tidurnya.

Sebuah mimpi bisa dikategorikan sebagai mimpi buruk bila terdapat ciri-ciri berikut:

  • Terasa jelas, nyata, dan menyebabkan orang yang mengalaminya menjadi terganggu, cemas, sedih atau marah saat mengingatnya
  • Berkaitan dengan ancaman pada keselamatan diri atau kelangsungan hidup, atau tema lain yang mengganggu
  • Menyebabkan orang yang mengalaminya berkeringat dan berdebar-debar saat tidur
  • Menyebabkan orang yang mengalaminya terbangun dan mampu mengingat kembali mimpinya secara detail
  • Membuat orang yang mengalaminya sulit untuk kembali tidur

Kapan harus ke dokter

Mimpi buruk yang terjadi sesekali merupakan hal yang normal sehingga tidak perlu dikhawatirkan. Akan tetapi, konsultasikan ke dokter jika mimpi buruk disertai ciri-ciri yang dapat dikategorikan sebagai gangguan. Ciri-cirinya adalah:

  • Sering terjadi
  • Menyebabkan kantuk, lelah, dan lesu di siang hari
  • Menyebabkan sulit konsentrasi dan mengingat
  • Menyebabkan penderita terus memikirkan mimpi buruk yang dialami
  • Menimbulkan rasa cemas dan takut saat hendak tidur
  • Menyebabkan gangguan perilaku, seperti takut pada ruangan gelap
  • Memengaruhi aktivitas sehari-hari, misalnya menyebabkan penurunan kualitas saat belajar atau bekerja

Diagnosis Mimpi Buruk

Dokter akan melakukan tanya jawab mimpi buruk yang dialami, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, riwayat penyakit yang diderita pasien, serta riwayat mimpi buruk pada keluarga pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

Jika diperlukan, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti:

  • Pemeriksaan mental, untuk mengetahui apakah mimpi buruk yang dialami terkait dengan gangguan mental, seperti gangguan kecemasan
  • Polisomnografi atau sleep study, untuk memeriksa gelombang otak, detak jantung, laju pernapasan, kadar oksigen dalam darah, serta gerak tangan dan kaki saat tidur

Pengobatan Mimpi Buruk

Mimpi buruk yang terjadi sesekali tidak perlu dikhawatirkan. Sebaliknya, mimpi buruk yang sering terjadi, menimbulkan rasa tertekan, dan memengaruhi aktivitas sehari-hari, perlu ditangani.

Pengobatan mimpi buruk dilakukan dengan mengatasi penyebabnya. Jika mimpi buruk disebabkan oleh efek samping obat-obatan, dokter akan meresepkan jenis obat lain sebagai pengganti.

Jika mimpi buruk disebabkan oleh gangguan mental atau gangguan tidur, metode pengobatannya yaitu:

  • Obat-obatan, seperti prazosin dan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI)
  • Psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif, image rehearsal therapy, dan visual-kinesthetic dissociation
  • Teknik relaksasi, seperti meditasi, yoga, dan deep breathing (terapi napas dalam)

Komplikasi Mimpi Buruk

Mimpi buruk yang tidak ditangani dapat mengakibatkan sejumlah komplikasi berikut:

  • Gangguan mood, gangguan kecemasan, atau depresi
  • Kantuk yang berlebihan di siang hari, sehingga mengganggu aktivitas
  • Gelisah saat hendak tidur, karena takut mimpi buruk terulang
  • Keinginan atau percobaan untuk bunuh diri
  • Peningkatan risiko kecelakaan lalu lintas akibat kurang tidur

Pencegahan Mimpi Buruk

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membantu pengobatan agar lebih efektif, sekaligus menurunkan risiko terjadinya mimpi buruk, yaitu:

  • Berolahraga secara rutin, minimal 30 menit per hari
  • Mengatur suasana yang nyaman di kamar tidur
  • Mengatur jam tidur dan bangun tidur yang sama setiap harinya
  • Menghindari konsumsi obat penenang
  • Membatasi konsumsi minumal beralkohol dan berkafein
  • Mendengarkan musik yang bisa menimbulkan suasana santai atau rileks
  • Menghindari penggunaan smartphone atau alat elektronik lain sebelum tidur
  • Membaca buku atau menulis rencana untuk esok hari agar pikiran teralihkan dari bayangan mimpi buruk
  • Menghindari membaca buku dan menonton film yang bertema horor
  • Mendiskusikan mimpi buruk yang dialami dengan keluarga atau teman untuk mengurangi kecemasan