Nyeri saraf adalah sensasi nyeri tajam seperti sengatan listrik yang timbul karena adanya kerusakan pada jaringan saraf. Kondisi ini dapat muncul di sepanjang jalur saraf yang terkena masalah dan sering kali memburuk pada malam hari. Jika tidak segera ditangani, nyeri saraf bisa memburuk hingga mengganggu aktivitas. 

Nyeri saraf atau neuralgia bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala atau gangguan karena adanya penyakit atau kondisi tertentu. Nyeri ini timbul akibat kerusakan atau gangguan pada saraf, yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti cedera diabetes, hingga infeksi. 

Nyeri Saraf

Pada sebagian kasus, nyeri saraf hanya berlangsung singkat dan akan membaik dengan sendirinya. Namun, kebanyakan nyeri saraf berlangsung lama dengan derajat yang berat. Hal ini sering kali menyebabkan stres sehingga menurunkan kualitas hidup penderitanya. 

Nyeri saraf bisa diakibatkan oleh kerusakan satu saraf atau beberapa saraf sekaligus. Contoh nyeri saraf yang banyak terjadi adalah saraf kejepit (HNP), nyeri pascaherpes, skiatika, atau trigeminal neuralgia.

Penyebab Nyeri Saraf

Nyeri saraf dapat disebabkan oleh kondisi yang merusak atau mengiritasi saraf. Saraf yang rusak dapat mengirimkan sinyal yang salah ke otak sehingga penderitanya mengalami nyeri, rasa terbakar, atau rasa tertusuk-tusuk meski tidak ada apa-apa. 

Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan nyeri saraf meliputi:

Faktor risiko nyeri saraf

Risiko seseorang untuk mengalami nyeri saraf akan lebih tinggi jika:

  • Menderita obesitas
  • Tidak aktif bergerak
  • Memiliki pekerjaan yang banyak melibatkan aktivitas fisik, terutama yang membawa beban berat
  • Merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol

Gejala Nyeri Saraf

Nyeri saraf memiliki karakteristik yang berbeda dari nyeri pada umumnya. Berikut adalah tanda-tanda nyeri saraf:

  • Nyeri terjadi tanpa adanya penyebab, dengan rasa seperti ditusuk benda tajam atau tersengat listrik
  • Kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk jarum
  • Kulit lebih sensitif sehingga sentuhan atau tekanan yang halus jadi terasa nyeri 
  • Lemah atau lumpuh total pada otot di area yang mengalami nyeri

Kapan harus ke dokter

Nyeri saraf bisa sangat mengganggu aktivitas. Jika mengalami nyeri saraf, Anda dapat berkonsultasi melalui Chat Bersama Dokter untuk memperoleh penanganan awal yang cepat dan tepat.

Dokter juga akan mengevaluasi dan memperkirakan penyebab nyeri yang Anda alami. Dengan begitu, jika diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, dokter bisa merujuk Anda ke dokter spesialis dengan keahlian yang sesuai dengan kondisi Anda.

Namun, Anda bisa segera ke dokter atau IGD terdekat jika merasakan nyeri yang sangat parah atau lemah otot yang mendadak.

Diagnosis Nyeri Saraf

Untuk mendiagnosis nyeri saraf, dokter akan bertanya mengenai:

  • Keluhan yang terjadi
  • Kapan keluhan membaik atau memburuk
  • Riwayat penyakit yang pernah dialami pasien
  • Pengobatan yang pernah atau sedang dijalani
  • Aktivitas sehari-hari

Pemeriksaan fisik menyeluruh juga akan dilakukan, terutama pada fungsi saraf. Beberapa pemeriksaan saraf tersebut meliputi:

  • Tes kekuatan otot
  • Pemeriksaan refleks pada bagian tubuh
  • Tes sensitivitas kulit, termasuk rangsangan terhadap sentuhan  

Jika diperlukan, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Tes darah, untuk melihat kondisi kesehatan secara umum
  • Tes konduksi saraf, untuk mengukur kecepatan aliran sinyal pada saraf
  • Pemindaian dengan CT scan atau MRI, untuk melihat saraf yang mengalami gangguan

Pengobatan Nyeri Saraf

Pengobatan nyeri saraf tergantung pada penyebabnya sehingga bisa berbeda-beda pada tiap pasien. Beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan adalah:

Obat-obatan

Obat-obatan yang diberikan bertujuan untuk meredakan nyeri saraf dan mengobati penyebabnya. Jenis obat nyeri saraf yang diberikan oleh dokter antara lain:

  • Obat pereda nyeri, seperti paracetamol dan ibuprofen
  • Obat oles (topikal) yang mengandung capsaicin. Obat ini tersedia dalam bentuk krim, salep, atau koyo yang dioleskan langsung ke bagian yang nyeri
  • Obat nyeri saraf, seperti gabapentin atau amitriptyline
  • Obat pelemas otot, seperti eperisone atau clobazam, jika nyeri disertai dengan otot yang tegang atau kaku
  • Suplemen vitamin neurotropik, yaitu vitamin B1, B6, dan B12, untuk membantu penyembuhan saraf yang rusak

Prosedur blok saraf 

Selain menggunakan obat-obatan, nyeri saraf juga bisa diatasi melalui prosedur blok saraf. Tindakan ini dilakukan dengan cara menyuntikkan obat bius langsung ke area sekitar saraf yang bermasalah agar nyeri berkurang. 

Efek dari terapi ini dapat bertahan hingga beberapa minggu, bulan, atau bahkan bisa lebih lama. Agar hasilnya maksimal, tindakan ini terkadang perlu diulang jika efeknya sudah mulai menghilang. 

Stimulasi saraf

Stimulasi saraf dilakukan dengan cara menggunakan sinyal listrik buatan ke bagian tubuh yang terdampak nyeri saraf. Terapi ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri akibat kerusakan saraf yang terjadi. 

Operasi

Jika pengobatan sebelumnya tidak berhasil mengurangi nyeri dan gejala yang dialami pasien, dokter mungkin akan menyarankan tindakan operasi. 

Prosedur ini bertujuan untuk mengangkat jaringan yang menekan saraf, seperti tumor. Dalam beberapa situasi, operasi mungkin melibatkan pemotongan saraf tertentu untuk mencegah nyeri yang berkepanjangan.

Komplikasi Nyeri Saraf

Nyeri saraf dapat menimbulkan komplikasi serius jika kondisi atau penyakit yang mendasarinya tidak diobati, atau bila nyeri saraf tidak ditangani dengan benar. Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:

  • Keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari
  • Depresi atau gangguan kecemasan karena nyeri yang tak tertahankan dalam jangka panjang
  • Peningkatan risiko terjadinya cedera
  • Lumpuh permanen

Pencegahan Nyeri Saraf

Nyeri saraf dapat dicegah dengan menghindari kondisi yang dapat menyebabkan nyeri saraf. Beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko terjadinya nyeri saraf adalah:

  • Menurunkan berat badan jika berlebih
  • Melakukan pemanasan dan peregangan sebelum dan setelah aktivitas berat
  • Menerapkan pola makan sehat
  • Berolahraga secara teratur
  • Mengonsumsi obat secara teratur jika memiliki penyakit kronis, seperti diabetes atau 
  • Mendapatkan vaksin herpes zoster atau vaksin varicella 
  • Membatasi konsumsi minuman beralkohol