Operasi pemotongan lambung (gastrektomi) adalah prosedur yang dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh lambung. Kondisi seperti perdarahan parah di lambung dan kanker lambung kerap ditangani dengan prosedur ini.

Untuk lebih memahami berbagai jenis prosedur operasi pemotongan lambung, penting untuk mengetahui anatomi organ lambung dan organ di sekitarnya.

Operasi Pemotongan Lambung dan Persiapannya - Alodokter

Setelah dikunyah di mulut, makanan akan masuk ke lambung melalui sebuah organ berbentuk tabung yang disebut esofagus (kerongkongan). Esofagus menghubungkan mulut dengan lambung. Organ ini mengatur agar makanan yang dikonsumsi masuk secara perlahan ke dalam lambung.

Saat masuk ke lambung, makanan akan bercampur dengan asam lambung yang berfungsi untuk memecah zat-zat di dalam makanan. Lambung juga akan mengaduk makanan untuk kemudian dialirkan dan diproses di dalam usus.

Usus sendiri terdiri dari beberapa bagian, tetapi bagian awal dari usus yang menyambung dengan lambung adalah usus dua belas jari.

Kapan Perlu Dilakukan Operasi Pemotongan Lambung?

Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat ditangani dengan operasi pemotongan lambung:

Kanker lambung dan tumor jinak lambung

Seberapa besar bagian lambung dan organ di sekitar lambung yang perlu diangkat tergantung pada ukuran, letak, dan jumlah serta sifat tumor, baik jinak atau ganas.

Perdarahan lambung yang parah

Tukak lambung yang parah atau kelainan pembuluh darah lambung dapat menyebabkan perdarahan lambung. Operasi pemotongan lambung merupakan pilihan terakhir jika terapi dan pemberian obat tidak efektif menangani kondisi tersebut.

Obesitas

Kegemukan yang tidak teratasi dengan diet dan terapi dapat ditangani melalui operasi pemotongan lambung dengan cara mengecilkan ukuran lambung.

Ketika ukuran lambung mengecil, pasien akan lebih mudah kenyang sehingga berat badannya bisa turun. Operasi ini disebut juga dengan operasi bariatrik.

Prosedur Operasi Pemotongan Lambung

Operasi pemotongan lambung dilakukan dengan bius umum untuk memastikan pasien tidak merasakan sakit dan tetap tidak sadarkan diri selama operasi berlangsung. Setelah dibius, pasien akan dipasangkan selang pernapasan, kemudian operasi dapat dimulai.

Operasi pemotongan lambung dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu prosedur bedah terbuka dan prosedur bedah laparoskopik. Pada prosedur bedah terbuka, sayatan lebar dibuat di perut. Sementara pada prosedur bedah laparoskopik, beberapa sayatan kecil di buat di perut untuk menjadi jalur masuk alat operasi khusus dengan kamera berukuran kecil.

Setelah prosedur operasi selesai, sayatan akan ditutup dan pemberian obat bius dihentikan agar pasien sadarkan diri. Ketika pasien mulai bangun, selang pernapasan dapat dilepas agar pasien dapat bernapas seperti biasa.

Jenis Operasi Pemotongan Lambung

Ada empat jenis operasi pemotongan lambung, yaitu gastrektomi parsial, sleeve gastrectomy, gastrektomi total, dan esofagogastrektomi. Berikut ini adalah penjelasannya:

1. Pemotongan lambung sebagian (gastrektomi parsial)

Dokter akan mengangkat bagian bawah lambung dan bisa juga kelenjar getah bening di dekatnya jika sel kanker sudah menyebar ke area tersebut. Setelah itu, bagian lambung yang tersisa akan dihubungkan ke usus halus yang bertugas menerima makanan yang sudah dicerna di lambung.

2. Sleeve gastrectomy

Pada operasi ini, hingga tiga perempat bagian lambung akan dipotong dan diangkat. Dokter akan memotong sisi lambung untuk mengubahnya menjadi bentuk tabung.

Operasi pemotongan lambung ini akan membuat bentuk lambung jadi lebih ramping dan memanjang. Sleeve gastrectomy umum digunakan untuk menangani obesitas.

3. Pemotongan lambung total (gastrektomi total)

Prosedur operasi ini dilakukan dengan memotong lambung secara keseluruhan. Dokter akan menghubungkan kerongkongan (esofagus) langsung ke usus kecil.

4. Esophagectomy

Ini adalah prosedur pembedahan untuk mengangkat bagian atas lambung dan bagian kerongkongan (esofagus). Dokter kemudian akan merekonstruksinya menggunakan bagian organ lain.

Persiapan Operasi Pemotongan Lambung

Sebelum operasi pemotongan lambung dilakukan, dokter akan meminta pasien untuk puasa makan dan minum selama 6 jam atau lebih. Untuk pasien dengan sistem pencernaan lambat, air putih mungkin satu-satunya yang boleh diminum sehari sebelum operasi dilakukan.

Dokter juga akan melakukan tes darah dan pemindaian sebelum operasi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan apakah pasien cukup sehat untuk menjalani operasi pemotongan lambung.

Pasien perlu memberi tahu dokter jika sedang dalam pengobatan atau tengah menggunakan suplemen atau obat herba. Dokter mungkin akan menganjurkan pasien untuk menghentikan dulu penggunaan obat-obatan tersebut selama beberapa waktu sebelum operasi.

Selain itu, pasien juga harus berhenti merokok. Pasalnya, rokok dapat memperlambat proses pemulihan setelah operasi. Efek rokok juga dapat menimbulkan lebih banyak komplikasi, seperti infeksi dan masalah paru-paru.

Setelah Operasi Pemotongan Lambung

Operasi pemotongan lambung merupakan operasi besar, jadi diperlukan waktu beberapa hari bagi pasien untuk kembali pulih. Lamanya rawat inap di rumah sakit akan bergantung pada jenis operasi pemotongan lambung yang dilakukan.

Selama beberapa hari pertama, pasien tidak akan bisa mengonsumsi makanan apa pun. Pasien juga perlu menjalani diet minum air putih. Hal ini bertujuan agar saluran pencernaan bisa segera sembuh.

Pasien akan diberi asupan nutrisi melalui infus di pembuluh darah atau melalui selang yang dimasukkan ke perut. Setelah sekitar seminggu, pasien mungkin sudah mulai bisa makan secara bertahap, dimulai dari makanan yang mudah dicerna terlebih dahulu.

Memiliki lambung yang lebih kecil setelah operasi memerlukan beberapa adaptasi atau perubahan dalam cara makan, antara lain:

Makan dalam porsi kecil

Makan dalam 6 porsi kecil akan memudahkan saluran pencernaan untuk mencerna makanan daripada makan dalam 3 porsi besar seperti biasanya.

Minum dan makan pada waktu yang berbeda

Pasien disarankan untuk minum air putih 1 jam sebelum atau sesudah makan, bukan selama makan.

Perhatikan asupan serat

Makanan berserat tinggi, seperti kacang-kacangan dan biji-bijian, lebih sulit dicerna dan bisa membuat pasien menjadi lebih cepat kenyang. Oleh karena itu, batasi konsumsi makanan tinggi serat dan ganti dengan makanan lainnya.

Konsultasikan dengan dokter spesialis gizi untuk mengetahui jenis makanan yang perlu dikonsumsi setelah menjalani operasi pemotongan lambung agar kebutuhan nutrisi tetap terpenuhi.

Hindari susu dan produk olahannya

Setelah operasi pemotongan lambung, banyak pasien tidak dapat mencerna laktosa (gula dalam susu). Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk menghindari dulu konsumsi susu dan produk-produk olahannya, seperti keju atau yoghurt, hingga ia sudah benar-benar pulih.

Konsumsi suplemen

Beberapa nutrisi pada makanan, seperti zat besi, kalsium, dan vitamin B12 dan D, akan lebih sulit diserap oleh tubuh setelah dilakukan operasi pemotongan usus. Untuk menyiasatinya, dokter dapat meresepkan suplemen guna memenuhi kebutuhan nutrisi-nutrisi tersebut.

Salah satu risiko yang dapat terjadi akibat operasi pemotongan lambung adalah sindrom dumping. Sindrom ini dapat membuat pasien mual, muntah, kram, atau diare beberapa saat setelah makan.

Selain itu, sindrom dumping juga bisa membuat kadar gula darah naik dan turun terlalu cepat. Akibatnya, muncul gejala berupa berkeringat, detak jantung cepat, atau merasa lelah atau bingung.

Mengubah pola makan sesuai anjuran di atas dapat mengatasi sindrom dumping ini. Namun, perlu diingat bahwa tubuh tetap perlu waktu yang tidak sebentar, yaitu sekitar 3–6 bulan, untuk bisa benar-benar beradaptasi dengan kondisi setelah operasi pemotongan lambung.

Operasi pemotongan lambung merupakan prosedur medis yang bertujuan untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu, seperti kanker lambung, tumor jinak lambung, perdarahan lambung parah, dan obesitas.

Jika Anda berisiko tinggi menderita kondisi-kondisi tersebut atau mengalami gejala gangguan pada lambung, seperti mudah kembung setelah makan, nyeri perut, mual dan muntah terus-menerus, atau terdapat darah di tinja, jangan menunda untuk memeriksakan diri ke dokter agar dapat diberikan penanganan yang tepat.

Ditulis oleh:

dr. Sonny Seputra, M.Ked.Klin, Sp.B, FINACS
(Dokter Spesialis Bedah)