Nafsu makan berkurang membuat seseorang lebih jarang merasa lapar, makan lebih sedikit dari biasanya, atau merasa kenyang meskipun baru makan sedikit. Sejumlah faktor dapat menjadi penyebabnya, mulai dari psikologis, efek samping obat-obatan, hingga penyakit tertentu.

Nafsu makan berkurang umumnya disebabkan oleh faktor psikologis, seperti stres atau depresi. Saat stres, tubuh memberi sinyal seakan sedang dalam bahaya. Otak kemudian melepaskan hormon adrenalin yang membuat jantung berdetak lebih cepat dan pencernaan melambat. Hal inilah yang membuat nafsu makan berkurang.

Penyebab Berbahaya di Balik Nafsu Makan Berkurang - Alodokter

Penyebab Nafsu Makan Berkurang

Meski demikian, nafsu makan berkurang ternyata bukan hanya dilatarbelakangi faktor psikologis. Nafsu makan berkurang yang diiringi gejala-gejala lain bisa jadi merupakan tanda bahwa tubuh terserang penyakit.

Berikut ini adalah daftar penyakit yang sering dikaitkan sebagai penyebab nafsu makan berkurang:

1. Gagal ginjal

Penderita gagal ginjal akut maupun kronis dapat mengalami gangguan penyaringan zat beracun di dalam tubuh, produksi sel darah merah berkurang, gangguan elektrolit, dan tekanan darah yang tinggi. Hal ini membuat penderitanya sering kehilangan nafsu makan atau mendapati rasa makanan yang biasa dimakan jadi berbeda.

Selain itu, salah satu penyebab terjadinya penurunan nafsu makan pada penderita gagal ginjal adalah rasa mual. Rasa mual muncul akibat penumpukan racun di dalam darah (uremia), karena ginjal sudah tidak dapat bekerja dengan baik.

2. Gangguan tiroid

Gangguan tiroid, seperti hipotiroidisme, juga bisa menyebabkan nafsu makan berkurang. Hal ini diduga karena kelainan tiroid dapat mempengaruhi sensasi rasa di lidah saat makan, serta mengganggu kerja otak yang mengatur nafsu makan.

3. AIDS

Berkurangnya nafsu makan pada penderita AIDS terjadi karena mereka rentan mengalami infeksi, termasuk infeksi pada saluran cerna. Kondisi ini ditandai dengan gejala mual, muntah, dan diare. Seiring berkembangnya penyakit, penderita AIDS juga bisa mengalami infeksi jamur atau sariawan di mulut yang menganggu proses makan.

Menurut penelitian, penurunan nafsu makan pada penderita HIV/AIDS juga berhubungan dengan kondisi kelainan hormon, peradangan kronis di dalam tubuh karena infeksi, efek samping pengobatan HIV, serta adanya gangguan pada otak yang mengarah kepada kondisi demensia.

4. Kanker

Banyak penderita kanker mengalami penurunan nafsu makan. Penyebabnya bisa penyakit kanker itu sendiri, bisa juga efek samping pengobatan kanker yang dapat memengaruhi indera pengecap dan keinginan untuk makan.

Selain itu, penderita kanker juga sering mengalami masalah pencernaan, seperti mual, muntah, perut kembung, dan diare. Kondisi ini turut menyebabkan berkurangnya nafsu makan pada orang yang menderita kanker.

5. Gagal jantung

Gagal jantung adalah kondisi di mana terjadi ketidakmampuan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan organ-organ tubuh secara optimal. Penderitanya akan mengalami sesak napas serta pembengkakan di kaki dan tungkai akibat penumpukan cairan.

Apabila penumpukan cairan ini terjadi di saluran pencernaan, penderita akan merasa kembung dan mual, sehingga nafsu makannya berkurang.

6. Efek samping pengobatan

Obat-obatan tertentu memiliki efek samping mual dan kantuk. Efek samping tersebut dapat membuat nafsu makan berkurang. Obat-obatan yang diketahui menyebabkan efek samping ini antara lain adalah antibiotik, obat penurun tekanan darah, obat tidur, obat batuk kodein, diuretik, dan steroid anabolik.

7. Tuberkulosis (TB)

Leptin adalah salah satu hormon yang fungsinya mengatur nafsu makan. Dalam sebuah penelitian, ditemukan bahwa kadar leptin pada penderita tuberkulosis (TB) menurun karena peradangan yang berkepanjangan. Kondisi inilah yang membuat nafsu makan penderita TB berkurang dan berat badannya turun.

Nafsu makan berkurang dapat menjadi salah satu tanda adanya penyakit berbahaya. Oleh karena itu, segera periksakan diri ke dokter bila nafsu makan Anda berkurang tanpa sebab yang jelas, agar dapat dicari tahu penyebabnya dan diberikan penanganan yang tepat. Terlebih bila berat badan turun drastis meski tidak sedang menjalani diet.