Perut bayi bunyi sering membuat orang tua khawatir, terutama jika suaranya cukup keras atau muncul berulang kali. Sebenarnya, bunyi perut ini merupakan hal yang wajar dan menandakan kalau saluran pencernaan bayi sedang bekerja. Meski begitu, kondisi ini juga bisa menjadi tanda adanya gangguan pencernaan lho.
Pada masa awal kehidupannya, sistem pencernaan bayi masih dalam proses beradaptasi. Hal ini membuat Bunda mungkin sering mendengar perut bayi bunyi, mulai dari suara gemuruh, keroncongan, hingga bunyi-bunyi kecil lainnya. Tenang, kondisi ini umum terjadi dan merupakan bagian dari perkembangan saluran pencernaannya.
Namun, ada kalanya bunyi perut bayi menjadi tanda adanya masalah pada pencernaannya lho, terutama bila muncul bersama gejala lain, seperti sakit perut, rewel, dan tidak mau menyusu. Oleh karena itu, Bunda perlu mengenali perbedaan antara bunyi perut yang normal dengan yang disertai gejala lain, agar kesehatan Si Kecil tetap terjaga.
Inilah Penyebab dan Cara Mengatasi Perut Bayi Bunyi
Perut bayi bunyi bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan ya, Bun. Bunyi ini muncul karena adanya pergerakan makanan, cairan, dan udara di dalam saluran pencernaan.
Saat makanan bercampur dengan cairan dan udara yang masuk, usus akan bekerja mencerna, sehingga menimbulkan bunyi. Itulah mengapa suara ‘krucuk-krucuk’ sering terdengar setelah Si Kecil menyusu atau makan. Selain itu, ada juga beberapa kondisi lain yang dapat membuat perut bayi bunyi, di antaranya:
1. Bayi sedang lapar
Perut bayi bunyi bisa terjadi saat ia sedang lapar. Ketika perut dalam keadaan kosong, usus tetap bergerak untuk membersihkan sisa makanan atau minuman yang tertinggal. Nah, gerakan usus ini akan memicu munculnya suara “krucuk-krucuk” atau keroncongan pada perut bayi.
Namun, Bunda tidak perlu khawati, karena bunyi ini merupakan tanda alami dari tubuh bahwa bayi memerlukan asupan ASI atau susu formula. Oleh karena itu, Bunda bisa segera memenuhi kebutuhan makan Si Kecil, seperti memberikan ASI, susu formula, atau MPASI, sebelum ia menjadi rewel.
2. Adaptasi saluran pencernaan
Pada bulan-bulan awal kehidupannya, adaptasi saluran pencernaan menjadi salah satu penyebab utama perut bayi bunyi. Pasalnya, sistem pencernaan bayi masih dalam proses berkembang dan menyesuaikan diri untuk menerima ASI, susu formula, atau makanan pendamping.
Nah, proses adaptasi saluran pencernaan ini membuat gerakan usus lebih aktif dan kadang menghasilkan suara tertentu di perut bayi, baik berupa gemuruh maupun bunyi kecil lainnya. Inilah yang menyebabkan perut bayi bunyi lebih sering.
Namun, tidak perlu cemas karena kondisi ini wajar terjadi dan tidak memerlukan penanganan khusus. Bunda hanya cukup memastikan bayi mendapatkan nutrisi, waktu tidur yang cukup, serta perhatian penuh agar ia tetap nyaman.
3. Konsumsi makanan yang mengandung gas
Jika bayi sudah mulai mengenal makanan padat, konsumsi makanan yang mengandung gas bisa menyebabkan perut bayi bunyi. Makanan, seperti brokoli, kol, dan kacang-kacangan, dapat menghasilkan gas berlebih di dalam saluran cerna.
Gas ini akan ikut bergerak bersama makanan dan cairan, sehingga saat melewati usus, menimbulkan suara atau bunyi pada perut bayi. Selain itu, gas yang terperangkap juga dapat membuat bayi merasa kembung dan tidak nyaman.
Untuk meredakannya, Bunda bisa melakukan pijat ILU untuk membantu mengeluarkan gas berlebih di dalam perutnya. Dengan begitu, bunyi di perut bayi akan mereda.
4. Pelekatan ASI yang kurang tepat
Pelekatan ASI yang kurang tepat saat menyusui juga dapat menjadi penyebab perut bayi bunyi lho. Ketika mulut bayi tidak menempel dengan benar pada payudara, Si Kecil akan cenderung menelan lebih banyak udara bersama ASI. Nah, udara yang masuk ke saluran pencernaan ini bisa menghasilkan bunyi di perut bayi.
Tidak hanya itu, perlekatan ASI yang kurang tepat juga bisa menyebabkan bayi sering cegukan atau kembung, sehingga menambah frekuensi bunyi dari perutnya.
Untuk mencegahnya, pastikan mulut bayi menempel sempurna pada payudara. Usahakan agar puting masuk cukup jauh ke dalam mulut Si Kecil hingga bibirnya menutup area areola Bunda. Sementara itu, jika Si Kecil menggunakan dot, gunakan dot dengan ukuran lubang yang sesuai dan pastikan botol miring sehingga dot selalu penuh dengan susu.
5. Sembelit
Salah satu penyebab perut bayi bunyi adalah sembelit atau susah BAB. Ketika bayi mengalami sembelit, pergerakan ususnya menjadi tidak lancar. Nah, sisa makanan yang menumpuk dapat menghasilkan gas berlebih dan memicu suara di saluran cerna.
Gerakan usus yang meningkat ini menghasilkan suara gemuruh atau bunyi “keroncongan” di perut bayi. Selain itu, penumpukan gas akibat tinja yang tertahan dalam usus juga dapat menyebabkan perut bayi bunyi lebih sering. Selain perut bunyi, kondisi ini juga bisa membuat bayi mengalami perut kembung, tidak nyaman, dan rewel.
Untuk mengobati sembelit pada bayi, Bunda melakukan pijat lembut di perut bayi, memandikannya dengan air hangat, dan memastikan asupan ASI atau susu formula yang cukup.
6. Intoleransi laktosa
Intoleransi laktosa juga bisa menyebabkan perut bayi bunyi. Ini karena tubuh bayi yang mengalami kondisi ini tidak mampu mencerna laktosa, yaitu gula alami yang terdapat dalam susu dan produk olahannya. Akibatnya, laktosa yang tidak tercerna akan menumpuk di usus dan difermentasi oleh bakteri.
Proses fermentasi ini menghasilkan gas berlebih di saluran pencernaan, sehingga menyebabkan perut bayi bunyi, kembung, mual, muntah, atau bahkan diare. Jika Si Kecil menderita intoleransi laktosa, segera periksakan Si Kecil ke dokter untuk memperoleh penanganan yang tepat.
Mengetahui penyebab dan cara mengatasi perut bayi bunyi bisa membantu Bunda dan Ayah lebih tenang dalam merawat Si Kecil. Jadi, tidak perlu terlalu khawatir ya, selama Si Kecil tampak sehat, aktif, dan tidak menunjukkan tanda bahaya, kondisi ini adalah hal yang normal.
Namun, jika muncul gejala yang mengkhawatirkan, seperti muntah berulang, diare, perut keras, atau bayi tampak lemas dan tidak mau menyusu, segera konsultasikan dengan dokter. Bunda bisa melakukan konsultasi cepat melalui fitur Chat Bersama Dokter untuk memperoleh jawaban yang sesuai dengan kondisi Si Kecil.
