Rilox adalah antibiotik untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri. Infeksi bakteri yang bisa diatasi dengan antibiotik ini antara lain infeksi paru-paru, infeksi kulit dan jaringan lunak, atau infeksi menular seksual. Rilox tersedia dalam bentuk kaplet, yang hanya boleh digunakan sesuai anjuran dokter. 

Tiap kaplet Rilox mengandung ofloxacin sebanyak 400 mg. Ofloxacin bekerja dengan cara menghambat kerja enzim penting pada bakteri sehingga pertumbuhannya terhenti dan akhirnya bisa dibasmi oleh daya tahan tubuh. Rilox tidak bisa digunakan sembarangan karena dapat meningkatkan risiko terjadinya resistensi antibiotik.

Rilox

Apa Itu Rilox

Bahan aktif Ofloxacin 
Golongan Obat resep
Kategori Antibiotik quinolone
Manfaat Mengobati infeksi bakteri, seperti infeksi saluran kemih, saluran napas, saluran pencernaan, kulit, tulang, hingga sendi
Digunakan oleh Dewasa 
Rilox untuk ibu hamil Kategori C: Studi terhadap binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada janin, tetapi belum ada studi terkontrol terhadap ibu hamil.
Obat ini hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Rilox untuk ibu menyusui Hindari penggunaan Rilox tanpa arahan dokter jika Anda sedang menyusui.
Bentuk obat Kaplet 

Peringatan sebelum Menggunakan Rilox

Sebelum mengonsumsi Rilox, penting untuk mengetahui beberapa hal yang bisa menentukan keamanan dan efektivitas obat ini. Berikut adalah penjelasannya:

  • Informasikan kepada dokter mengenai riwayat alergi yang dimiliki. Rilox tidak boleh digunakan oleh individu yang alergi terhadap ofloxacin atau antibiotik golongan quinolone lain, seperti gemifloxacin, levofloxacin, ciprofloxacin, dan norfloxacin.
  • Sampaikan kepada dokter jika Anda pernah atau sedang mengalami penyakit jantung, seperti serangan jantung, gagal jantung, penyakit jantung koroner, kelainan pada hasil EKG, atau gangguan irama jantung, seperti aritmia. Beri tahu juga jika ada orang tua atau saudara kandung Anda yang memiliki penyakit jantung.
  • Diskusikan dengan dokter perihal penggunaan Rilox jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit ginjal, diabetes, penyakit liver, hipokalemia, epilepsi, myasthenia gravis, gangguan sendi, sindrom Marfan, atau sindrom Ehlers-Danlos.
  • Bicarakan dengan dokter mengenai penggunaan Rilox jika Anda rutin melakukan olahraga berat atau aktivitas fisik yang intensif. Hal ini karena dapat meningkatkan risiko cedera tendon saat menggunakan obat ini.
  • Pastikan untuk memberi tahu dokter jika Anda sedang menggunakan Rilox bila direncanakan untuk menjalani vaksinasi bakteri hidup, seperti vaksin tifoid.
  • Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan Rilox jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
  • Hindari langsung berkendara atau melakukan aktivitas lain yang memerlukan kewaspadaan bila timbul kantuk dan pusing, setelah mengonsumsi Rilox. Pastikan Anda benar-benar prima sebelum beraktivitas kembali.
  • Jangan terlalu lama terpapar sinar matahari selama menggunakan Rilox. Obat ini dapat menyebabkan kulit lebih mudah terbakar sinar matahari. Gunakan tabir surya dan pakaian tertutup jika hendak beraktivitas di luar ruangan pada siang hari.
  • Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius setelah menggunakan Rilox.

Cara Menggunakan Rilox dengan Benar

Gunakan Rilox sesuai anjuran dokter dan bacalah aturan pakai yang terdapat pada kemasan obat. Jangan menambah atau mengurangi dosis tanpa persetujuan dokter.

Agar Rilox bekerja secara optimal dan aman, penting untuk menggunakannya dengan cara yang tepat seperti di bawah ini:

  • Rilox dapat dikonsumsi sebelum makan atau sesudah makan. Telan kaplet obat ini dengan bantuan air putih.
  • Perbanyak minum air putih selama menjalani pengobatan dengan Rilox untuk menghindari efek samping pada ginjal. 
  • Jika Anda lupa menggunakan Rilox, segera konsumsi obat ini begitu teringat. Namun, jika waktu minum obat berikutnya sudah dekat, abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan dosis selanjutnya.
  • Jangan menghentikan penggunaan Rilox meskipun Anda merasa gejala sudah membaik sebelum itu. Berhenti mengonsumsi obat ini secara tiba-tiba tanpa arahan dari dokter dapat menyebabkan bakteri kebal terhadap antibiotik ini.
  • Hindari paparan sinar matahari langsung selama menjalani pengobatan dengan Rilox. Obat ini dapat membuat kulit lebih sensitif. Gunakan tabir surya atau pakaian tertutup saat beraktivitas di luar ruangan pada siang hari.
  • Simpan Rilox di tempat bersuhu ruangan, kering, dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.
  • Jangan menggunakan Rilox yang sudah melewati tanggal kedaluwarsa.

Interaksi Rilox dengan Obat Lain

Rilox dapat berinteraksi dengan obat lain jika digunakan secara bersamaan. Berikut adalah beberapa interaksi obat yang perlu diperhatikan:

  • Penurunan efektivitas Rilox jika digunakan dengan antasida yang mengandung aluminium atau magnesium; suplemen zat besi; atau suplemen zinc
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping dari Rilox jika digunakan dengan furosemide, cimetidine, probenecid, atau methotrexate
  • Peningkatan risiko terjadinya hipoglikemia jika digunakan dengan glibenclamide
  • Peningkatan risiko terjadinya kejang jika digunakan bersama teofilin dan obat antiinflamasi nonsteroid
  • Peningkatan risiko terjadinya perdarahan bila digunakan bersama obat antikoagulan, seperti warfarin
  • Peningkatan risiko terjadinya peradangan atau robeknya tendon bila dipakai bersamaan dengan kortikosteroid

Agar aman, konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu apabila Anda hendak menggunakan Rilox bersama obat, suplemen, atau produk herbal apa pun.

Efek Samping dan Bahaya Rilox

Penggunaan Rilox dapat menimbulkan beberapa efek samping, seperti:

  • Mual atau muntah
  • Nyeri perut
  • Sakit kepala atau pusing
  • Gangguan tidur
  • Ruam kulit ringan

Konsultasikan lewat Chat Bersama Dokter bila efek samping tersebut tidak kunjung reda atau bertambah parah.

Hentikan penggunaan Rilox dan segera ke IGD di rumah sakit terdekat bila Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius, seperti:

  • Gangguan irama jantung
  • Kejang
  • Jarang atau tidak bisa buang air kecil sama sekali
  • Nyeri, bengkak, atau robekan pada tendon
  • Gangguan fungsi liver, yang ditandai dengan nyeri di perut bagian atas, hilang nafsu makan, urine berwarna gelap, tinja berwarna pucat seperti tanah liat, serta mata atau kulit menguning (penyakit kuning)
  • Gejala tendon robek, seperti bengkak, nyeri, memar, kesulitan bergerak, otot kaku, atau terdengar suara retakan saat bergerak
  • Gula darah rendah, dengan gejala sakit kepala, sangat lapar, berkeringat, pusing, mual, serta detak jantung cepat atau gemetar