Eklamsia merupakan komplikasi dari preeklamsia. Bila langkah pencegahan tidak segera dilakukan, kondisi ini dapat membahayakan ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Oleh karena itu, penting bagi setiap ibu hamil untuk mengenali lebih jauh hal-hal seputar eklamsia dan cara mencegahnya.

Eklamsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang berbahaya dan perlu segera mendapatkan penanganan langsung dari dokter. Kondisi ini bisa membuat ibu hamil mengalami kejang, sesak napas, dan penurunan kesadaran.

Seputar Eklamsia dan Kenali Cara Mencegahnya - Alodokter

Mengenal Eklamsia Lebih Jauh

Eklamsia dapat terjadi bila preeklamsia tidak terdeteksi atau tidak ditangani dengan baik. Kondisi ini merupakan masalah kesehatan serius dan termasuk kasus kegawatan medis pada ibu hamil dan janin.

Apabila tidak segera ditangani, eklamsia berisiko mengancam keselamatan ibu hamil dan janin. Eklamsia dapat terjadi pada kehamilan trimester ketiga, selama persalinan, atau 48 jam setelah melahirkan.

Penyebab terjadinya eklamsia dan preeklamsia masih belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diketahui dapat meningkatkan risiko ibu hamil mengalami komplikasi kehamilan ini, yaitu:

1. Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi, baik karena riwayat hipertensi sejak sebelum hamil atau baru terjadi saat hamil, merupakan salah satu faktor risiko utama preeklamsia dan eklamsia. Hal ini dapat terjadi karena tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah di dalam tubuh ibu hamil rapuh dan mudah rusak.

Selain itu, faktor penyebab hipertensi, seperti kelainan hormon dan faktor genetik, juga bisa membuat ibu hamil lebih rentan terkena preeklamsia. Jika tidak dikontrol dengan baik, darah tinggi juga bisa meningkatkan risiko ibu hamil dengan preeklamsia untuk mengalami eklamsia.

2. Proteinuria

Proteinuria adalah kondisi ketika jumlah protein dalam urine cukup tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan atau kerusakan pada ginjal, sehingga protein tidak mampu diserap kembali oleh tubuh dan ikut keluar bersama urine. Kondisi ini sering terjadi pada ibu hamil yang mengalami preeklamsia dan eklamsia.

3. Penyakit ginjal

Beberapa jenis gangguan pada ginjal, misalnya gagal ginjal akut maupun kronis, bisa membuat ibu hamil lebih rentan terkena hipertensi. Selain itu, saat mengalami gangguan fungsi ginjal, tubuh ibu hamil juga lebih sulit membuang zat beracun dan sisa hasil metabolisme dari dalam tubuh.

Hal ini membuat ibu hamil lebih berisiko terkena preeklamsia. Sementara pada ibu hamil yang sudah menderita preeklamsia, penyakit ginjal juga bisa membuat risiko terjadinya eklamsia semakin tinggi.

4. Gangguan autoimun

Beberapa studi menyatakan bahwa penyakit autoimun, seperti lupus, juga bisa menjadi faktor penyebab ibu hamil menderita preeklamsia dan eklamsia. Hingga saat ini, alasan mengapa penyakit autoimun bisa membuat ibu hamil lebih rentan terkena komplikasi kehamilan tersebut masih belum diketahui secara pasti.

Namun, hal tersebut diduga berkaitan dengan gangguan sistem kekebalan tubuh yang membuat tubuh ibu hamil rentan mengalami peradangan dan kerusakan jaringan tubuh, sehingga risiko terjadinya preeklamsia pun ikut meningkat.

5. Kehamilan kembar

Dibandingkan dengan kehamilan tunggal, seorang ibu yang hamil lebih dari satu janin atau hamil kembar juga akan memiliki peluang yang lebih besar untuk mengalami preeklamsia dan eklamsia.

6. Riwayat diabetes

Ibu hamil yang memiliri riwayat diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2, memiliki risiko tinggi mengalami komplikasi kehamilan dan salah satunya adalah preeklamsia. Selain itu, diabetes gestasional juga bisa membuat ibu hamil lebih berisiko mengalami preeklamsia dan eklamsia.

Selain itu, beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa preeklamsia dan eklamsia lebih berisiko terjadi pada ibu hamil yang mengalami obesitas, memiliki riwayat eklamsia di keluarga kandungnya, kurang gizi atau malnutrisi saat hamil, serta berusia terlalu muda atau terlalu tua saat hamil.

Bahaya Eklamsia pada Ibu Hamil dan Janin

Eklamsia berbahaya karena bisa memengaruhi kondisi plasenta. Plasenta merupakan organ yang mengalirkan nutrisi, oksigen, dan darah ke janin. Pada kondisi eklamsia, tekanan darah yang tinggi justru menurunkan aliran darah tersebut dan membuat plasenta tidak dapat berfungsi dengan baik.

Jika ibu hamil mengalami eklamsia, biasanya dokter akan menyarankan untuk menjalani persalinan prematur demi keselamatan dan kesehatan janin. Kondisi eklamsia juga dapat membuat bayi lahir dengan masalah kesehatan dan berat badan yang rendah, bahkan bayi juga bisa terlahir dalam kondisi meninggal.

Cara Mencegah Terjadinya Eklamsia

Sampai saat ini, eklamsia sulit untuk dicegah karena penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti. Namun, salah satu cara yang bisa Anda lakukan untuk mengantisipasi kondisi ini adalah dengan menjalani pemeriksaan kandungan secara berkala.

Dengan begitu, dokter dapat mendeteksi sejak dini ada atau tidaknya gejala yang menandakan ibu hamil mengalami preeklamsia dan eklamsia.

Untuk memastikan kondisi kesehatan ibu hamil dan janin serta menentukan apakah ibu hamil menderita preeklamsia atau tidak, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan tekanan darah, serta pemeriksaan penunjang berupa tes darah dan urine, tes fungsi hati dan ginjal, tes kreatinin, serta USG kandungan.

Selain pemeriksaan kehamilan secara rutin, Bumil bisa mengurangi risiko terkena komplikasi kehamilan serius ini dengan melakukan beberapa langkah pencegahan. Berikut ini adalah langkah-langkahnya:

  • Mengurangi asupan garam atau natrium dalam makanan
  • Membatasi konsumsi makanan yang digoreng atau terlalu berlemak
  • Memperbanyak konsumsi air putih dengan minum sekitar 8–10 gelas air setiap harinya
  • Menghindari konsumsi minuman beralkohol dan berkafein, serta jauhi rokok
  • Mengonsumsi makanan bergizi serta minum suplemen kehamilan secara rutin dan sesuai anjuran dokter
  • Mengonsumsi suplemen kalsium, seperti kalsium karbonat, sesuai dengan anjuran dokter

Untuk mencegah terjadinya preklamsia atau mencegah preeklamsia menjadi eklamsia, dokter juga akan memberikan pengobatan tertentu, seperti aspirin dosis rendah, ketika usia kandungan Bumil mencapai 12 minggu atau lebih.

Namun, perlu Bumil ingat bahwa obat ini hanya bisa digunakan sesuai petunjuk dan resep dokter spesialis kandungan, ya.

Jangan lupa pula untuk selalu menjaga kehamilan dengan menjalani pola hidup sehat dan menjalani pemeriksaan kehamilan secara rutin ke dokter untuk mencegah kondisi yang dapat membahayakan Anda dan janin, seperti eklamsia.