Sorafenib adalah obat untuk mengatasi kanker ginjal, kanker tiroid, atau kanker hati. Obat ini dapat menghentikan pertumbuhan sel kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lain atau yang tidak bisa ditangani dengan operasi maupun bedah.

Sorafenib merupakan obat antikanker golongan inhibitor kinase atau penghambat protein kinase. Obat ini bekerja menghambat kinerja protein tirosin kinase yang dibutuhkan sel kanker untuk berkembang. Dengan begitu, pertumbuhan dan penyebaran sel kanker bisa dihentikan.

Sorafenib - Alodokter

Merek dagang sorafenib: Nexavar

Apa Itu Sorafenib

Golongan Obat resep
Kategori Obat antikanker golongan penghambat protein kinase
Manfaat Mengobati kanker ginjal stadium lanjut
Menangani kanker hati yang tidak bisa ditangani dengan operasi
Mengatasi kanker tiroid yang telah menyebar
Dikonsumsi oleh Dewasa
Sorafenib untuk ibu hamil Kategori D: Ada bukti bahwa kandungan obat berisiko terhadap janin manusia. Namun, obat dalam kategori ini masih mungkin digunakan ketika manfaat yang diperoleh lebih besar daripada risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam nyawa.
Sorafenib untuk ibu menyusui Sorafenib berisiko menyebabkan efek samping pada bayi yang sedang menyusu. Jangan menyusui selama menggunakan sorefenib hingga 2 minggu setelah dosis terakhir.
Bentuk obat Tablet

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Sorafenib

Sorafenib tidak boleh dikonsumsi sembarangan. Sebelum mengonsumsi sorafenib, Anda perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

  • Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Sorafenib tidak boleh digunakan oleh pasien yang alergi dengan obat ini.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita gangguan perdarahan, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, aneurisma, penyakit liver, ketidakseimbangan elektrolit, gangguan tiroid, atau diabetes.
  • Informasikan kepada dokter jika Anda memiliki aritmia, kelainan pada hasil EKG, atau henti jantung mendadak pada usia muda (baik pada diri sendiri maupun keluarga).
  • Beri tahu dokter jika Anda baru saja menjalani operasi, mengalami cedera, atau mengalami serangan jantung.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, mungkin hamil, atau berencana untuk hamil, baik sebelum atau selama mengonsumsi sorafenib.
  • Gunakan alat kontrasepsi yang efektif selama mengonsumsi sorafenib hingga 3–6 bulan setelah selesai pengobatan, karena obat ini dapat membahayakan janin jika terjadi kehamilan.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang menyusui. Jangan menyusui selama mengonsumsi sorafenib sampai 2 minggu setelah selesai pengobatan.
  • Informasikan kepada dokter bahwa Anda sedang menggunakan sorafenib sebelum menjalani operasi, perawatan gigi, atau tindakan medis apa pun. Penggunaan sorafenib perlu dihentikan setidaknya 10 hari sebelum operasi dilakukan.
  • Beri tahu dokter mengenai semua obat sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal, untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan.
  • Segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat atau efek samping serius setelah minum sorafenib.

Dosis dan Aturan Pakai Sorafenib

Dokter akan memberikan dosis sorafenib sesuai dengan jenis kanker yang diderita pasien. Pemberian obat dapat dihentikan dan dosis dapat diubah, tergantung pada respons pasien terhadap obat.

Secara umum, dosis sorafenib untuk mengobati kanker ginjal, kanker hati, atau kanker tiroid adalah 400 mg, 2 kali sehari.

Cara Mengonsumsi Sorafenib dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada label kemasan obat sebelum mengonsumsi sorafenib. Jangan menambah atau mengurangi dosis tanpa persetujuan dokter.

Berikut cara mengonsumsi sorafenib dengan benar:

  • Konsumsilah sorafenib secara teratur pada waktu yang sama setiap harinya. Sorafenib sebaiknya diminum saat perut kosong, minimal 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Telan obat dengan bantuan segelas air putih.
  • Jika lupa mengonsumsi sorafenib, segera minum obat ini begitu teringat. Namun, bila sudah mendekati jadwal dosis berikutnya, abaikan dan jangan menggandakan dosis selanjutnya.
  • Pastikan untuk melakukan kontrol sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh dokter. Selama menjalani pengobatan dengan sorafenib, Anda mungkin akan diminta untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah, darah lengkap, fungsi hati atau tiroid, kadar elektrolit, atau elektrokardiogram (EKG) secara rutin.
  • Simpan sorafenib di tempat kering, tertutup, dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Sorafenib dengan Obat Lain

Ada beberapa efek interaksi obat yang dapat terjadi bila sorafenib digunakan secara bersamaan dengan obat-obatan lain, yaitu:

  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping, seperti anemia, perdarahan yang tidak wajar, infeksi, hipertensi, aritmia, hingga gagal napas jika digunakan dengan paclitaxel carboplatin
  • Peningkatan risiko terjadinya komplikasi perdarahan jika digunakan dengan warfarin
  • Penurunan efektivitas sorafenib jika dikonsumsi bersama carbamazepine, phenobarbital, dexamethasone, phenytoin, atau rifampicin
  • Peningkatan kadar doxorubicin, irinotecan, atau docetaxel yang dapat menyebabkan risiko terjadinya efek samping, seperti mual, muntah, diare, sariawan, masalah jantung, hingga gangguan fungsi sumsum tulang
  • Peningkatan risiko terjadinya gangguan irama jantung yang berbahaya, seperti pemanjangan interval QT, jika digunakan dengan obat golongan antiaritmia, seperti quinidine atau amiodarone

Efek Samping dan Bahaya Sorafenib

Beberapa efek samping umum yang dapat terjadi setelah menggunakan sorafenib adalah:

  • Mual atau muntah
  • Diare atau sembelit
  • Sariawan
  • Nafsu makan hilang
  • Rambut rontok
  • Lelah yang tidak biasa
  • Berat badan turun
  • Kulit kering
  • Sakit kepala
  • Mulut kering
  • Telinga berdenging
  • Sakit maag
  • Nyeri otot atau sendi

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika keluhan di atas tidak kunjung mereda atau makin memburuk. Segera cari pertolongan medis jika muncul reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius, seperti:

  • Memar atau perdarahan yang tidak wajar
  • Hand-foot syndrome, yang bisa ditandai dengan rasa perih atau panas, kemerahan, atau bengkak di telapak tangan dan telapak kaki
  • Gangguan fungsi hati, yang bisa menimbukan gejala hilang nafsu makan, sakit perut, kulit atau bagian mata yang berubah warna menjadi kuning (penyakit kuning)
  • Kesemutan atau mati rasa
  • Luka yang lama sembuh
  • Otot terasa tegang dan kaku
  • Tanda-tanda infeksi, seperti sakit tenggorokan yang tidak kunjung hilang atau demam
  • Tanda gagal jantung, yang gejalanya bisa berupa sesak napas, bengkak pada tungkai dan kaki, rasa lelah yang tidak biasa
  • Tanda serangan jantung, seperti nyeri dada, rahang, atau lengan kiri
  • Gangguan irama jantung
  • Muntah seperti ampas kopi
  • Feses berwarna hitam atau berdarah
  • Gangguan penglihatan mendadak
  • Mendadak sulit berbicara
  • Linglung
  • Pusing parah hingga ingin pingsan