Tantrum adalah luapan emosi anak yang ditunjukkan dengan meledak-ledak, mulai dari merengek, menangis, berteriak, atau bahkan menendang. Biasanya, hal ini bukan masalah yang serius. Akan tetapi, pada kondisi tertentu, tantrum perlu diperiksakan ke dokter.

Tantrum terjadi karena anak menginginkan atau membutuhkan sesuatu, tetapi tidak bisa menyampaikannya lewat kata-kata. Biasanya, ini karena anak baru belajar bicara dan kosakatanya masih terbatas. Tantrum juga dapat terjadi ketika anak mulai merasa ingin mandiri, tetapi masih menginginkan perhatian dari orang tua. 

Tantrum

Pada umumnya, tantrum mulai muncul pada usia 1 tahun dan bertambah parah saat usia 2–3 tahun. Namun, frekuensi kemunculan tantrum umumnya akan berkurang begitu anak memasuki usia 4 tahun.

Tantrum juga bisa menjadi tanda gangguan perkembangan anak. Namun, tidak ada bedanya antara gejala tantrum biasa dengan tantrum akibat gangguan perkembangan. Hanya saja, tantrum yang terjadi karena adanya gangguan biasanya memburuk atau malah baru muncul pada usia di atas 4 tahun. 

Penyebab Tantrum

Hal-hal yang dapat menyebabkan anak tantrum antara lain:

  • Merasa frustrasi, misalnya karena kesulitan mengucapkan atau menuliskan apa yang diinginkan maupun tidak bisa menyelesaikan hal yang sedang dikerjakan
  • Mencari perhatian dari orang tua 
  • Menolak melakukan sesuatu, seperti menyikat gigi atau merapikan mainannya
  • Menginginkan sesuatu, seperti mainan baru, tetapi ditolak oleh orang tua 
  • Lelah atau lapar
  • Merasa khawatir atau kesal
  • Sakit 

Selain kondisi di atas, ada gangguan kesehatan yang dapat membuat anak sering mengalami tantrum, yaitu:

Gejala Tantrum

Durasi tantrum pada anak biasanya berlangsung sekitar 2–15 menit. Ketika tantrum terjadi, anak mungkin akan menunjukkan tanda-tanda berikut:

  • Merengek, menangis, atau berteriak
  • Meronta-ronta
  • Berguling-guling di lantai
  • Menendang atau memukul
  • Melempar mainan atau benda lain
  • Menahan napas
  • Mendorong
  • Membuat tubuhnya tegang atau justru lemas 

Kapan harus ke dokter

Periksakan anak ke dokter jika tantrum berlanjut, makin parah, atau malah baru muncul ketika anak berusia di atas 4 tahun. Anak juga harus dibawa ke dokter jika ia:

  • Mengalami tantrum saat sedang sakit, misalnya sakit kepala atau sakit perut
  • Mengalami tantrum lebih dari 25 menit
  • Menyakiti diri sendiri atau orang lain
  • Menahan napas sampai pingsan saat tantrum
  • Merusak benda-benda di sekitarnya

Selain itu, pemeriksaan ke psikolog anak juga mungkin diperlukan jika tantrum disertai dengan gejala-gejala berikut:

  • Tidak merespons ketika namanya dipanggil meski pendengarannya normal
  • Sering terlihat seperti tidak memperhatikan perintah atau mendengarkan perkataan orang lain 
  • Merasa khawatir berlebihan ketika berjauhan dengan orang tua atau pengasuh
  • Tidak tertarik atau malah kehilangan minat terhadap aktivitas atau hobi yang sebelumnya digemari
  • Sering menyendiri dan enggan berinteraksi atau bermain dengan teman sebaya, bahkan dengan keluarga
  • Kesulitan berbicara, membaca, menulis, atau memahami kata-kata
  • Bersifat pendendam dan sengaja membuat orang lain marah, serta enggan meminta maaf

Diagnosis Tantrum

Diagnosis tantrum dimulai dengan tanya jawab seputar kondisi anak. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah kondisi ini merupakan tahapan perkembangan yang normal atau terjadi karena gangguan kesehatan tertentu. Dalam sesi wawancara, dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan berikut:

  • Kapan anak mulai mengalami tantrum
  • Pemicu tantrum dan durasinya
  • Kebiasaan dan perilaku anak sehari-hari
  • Hal yang dilakukan anak ketika tantrum
  • Kondisi keluarga atau lingkungan sekolah anak

Pengobatan Tantrum

Tantrum sebagai bagian normal dalam tahap tumbuh kembang anak bisa diatasi di rumah. Untuk menangani tantrum yang merupakan bagian dari proses tumbuh kembang anak, orang tua dapat melakukan hal berikut:

  • Cobalah untuk mengalihkan perhatian anak jika ia terlihat akan tantrum. Anda bisa menunjukkan sesuatu yang menarik atau mengajaknya melakukan aktivitas tertentu.
  • Jika anak tetap tantrum, biarkan ia menangis hingga tenang dengan sendirinya. Jangan menghiraukan anak yang tantrum agar ia mengerti bahwa perilakunya tidak akan membantunya menerima apa yang ia inginkan. 
  • Cobalah untuk pergi ke ruangan yang berbeda bila anak sedang tantrum dan berada di rumah.
  • Diamkan anak, tetapi pastikan ia selalu terawasi, atau bawa anak ke tempat yang tidak terlalu ramai bila ia tantrum di tempat umum.
  • Jangan memarahi, mengancam, atau berdebat dengan anak ketika ia sedang tantrum. Tunggu sampai tangisan atau kemarahannya mereda, lalu ajak anak untuk membahas emosi maupun perilakunya. 
  • Apabila anak mulai memukul, menggigit, atau menendang, jelaskan bahwa perilakunya bisa menyakiti diri sendiri atau orang lain. Hindari melakukan hal yang sama kepada anak.
  • Berikan anak time out dengan menempatkannya di ruangan tanpa TV atau mainan dalam waktu tertentu. Namun, pastikan Anda masih bisa mengawasinya untuk mencegahnya berbuat hal-hal yang tidak diinginkan.
  • Pastikan Anda tidak berubah pikiran karena merasa kasihan melihat anak yang tantrum. Hal ini justru akan membuat mereka sering tantrum untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Sementara itu, tantrum yang disebabkan oleh gangguan perkembangan memerlukan terapi atau pengobatan. Dokter dapat menyarankan beberapa jenis terapi berikut untuk menangani tantrum pada anak:

  • Terapi perilaku kognitif, untuk membantu anak mengubah pola pikir dan perilakunya ketika menghadapi situasi atau masalah tertentu
  • Terapi wicara dan bahasa, untuk meningkatkan kemampuan anak dalam membaca, menulis, membicarakan keinginannya, dan mengikuti perintah
  • Terapi keluarga, untuk memperbaiki cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak antara anggota keluarga

Dokter juga dapat memberikan obat-obatan yang jenisnya disesuaikan dengan jenis gangguan perkembangan pada anak dan tingkat keparahannya, misalnya:

  • Obat stimulan sistem saraf, seperti methylphenidate, untuk ADHD
  • Antipsikotik, misalnya risperidone, untuk autisme dengan gangguan perilaku
  • Antidepresan, seperti fluoxetine, untuk depresi atau gangguan kecemasan

Komplikasi Tantrum

Jika tantrum pada anak tidak ditangani dengan baik, misalnya jika keinginannya selalu dituruti, bisa muncul permasalahan yang baru, misalnya:

  • Melukai diri sendiri dan membahayakan dirinya ketika tantrum
  • Tidak tahu cara menyampaikan keinginannya selain dengan tantrum
  • Tidak bisa mengendalikan keinginannya dan tidak tahu mana yang benar-benar dibutuhkan atau hanya sekadar keinginannya
  • Mendapatkan sanksi sosial dan kesulitan untuk berteman jika pernah tantrum di sekolah
  • Terganggunya aktivitas, bahkan kesehatan mental orang tua, terutama bila anak sangat sering tantrum

Pencegahan Tantrum

Tantrum sebagai bagian dari proses pertumbuhan yang normal pada anak bisa dicegah atau dibatasi frekuensi kemunculannya. Upaya yang dapat dilakukan orang tua antara lain:

  • Bantu anak untuk berkomunikasi dan menyampaikan pendapatnya dengan tenang. Berilah ia contoh cara berkomunikasi yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
  • Bantu anak untuk mengenali emosinya dan menyampaikannya, lalu beri ia persetujuan agar tidak merasa diabaikan. Misalnya dengan mengatakan “Ibu mengerti kamu kecewa karena tidak dibelikan mainan baru.”
  • Beri anak pujian jika ia menunjukkan perilaku yang positif. Jika Anda ingin menonjolkan sikap anak yang baik, tunjukkan secara spesifik, misalnya “Ibu senang dengan cara Adik meminta tolong diambilkan susu.” 
  • Latihlah kemandirian anak untuk menentukan pilihan. Hal ini bisa dicoba dengan hal sederhana, misalnya meminta anak untuk memilih satu jenis baju yang akan ia kenakan pada hari tersebut.
  • Cobalah untuk mengalihkan perhatian anak dengan cara menawarkan pengganti untuk sesuatu yang tidak bisa ia dapatkan.
  • Bantu anak untuk mempelajari hal baru mulai dari yang paling sederhana dan puji ia jika berhasil menyelesaikannya. Setelah itu, orang tua bisa memberinya tugas yang lebih kompleks.
  • Cobalah untuk mempertimbangkan permintaan anak dan jangan langsung menolak mentah-mentah, apalagi dengan marah. Jika hal yang ia minta masih wajar, Anda bisa mengatakan akan memberikannya pada lain waktu sebagai hadiah.
  • Ketahui dengan baik batas toleransi anak Anda. Jangan paksakan anak untuk beraktivitas bersama Anda pada waktu-waktu yang biasanya ia gunakan untuk beristirahat atau makan.
  • Pastikan anak mendapatkan makan dan waktu istirahat yang cukup setiap harinya.