Tortikolis adalah gangguan di otot leher yang menyebabkan posisi kepala menjadi miring. Jika berlangsung dalam jangka panjang, tortikolis dapat menimbulkan nyeri dan menyulitkan penderitanya dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Tortikolis umumnya disebabkan oleh kondisi bawaan lahir atau kelainan pada masa pembentukan janin. Namun, pada beberapa kasus, penyakit ini bisa terjadi akibat gangguan medis tertentu yang terjadi setelah lahir.

tortikolis-alodokter

Tortikolis harus segera diatasi begitu seseorang terdiagnosis menderita penyakit ini. Penanganan yang lebih dini bisa meningkatkan potensi keberhasilan penyembuhan dan mencegah komplikasi jangka panjang.

Penyebab Tortikolis

Tortikolis terjadi ketika otot sternocleidomastoid (SCM) di salah satu sisi leher lebih pendek dari otot SCM di sisi lainnya. Otot ini membentang dari belakang telinga ke tulang selangka.

Kebanyakan kasus tortikolis tidak diketahui penyebabnya atau disebut dengan tortikolis idiopatik. Kendati demikian, ada beberapa hal yang diketahui dapat menyebabkan tortikolis, yaitu:

  • Kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua
  • Cedera pada otot SCM atau pembuluh darah yang menyuplai otot ini
  • Gangguan pada sistem saraf, otot, atau tulang belakang bagian atas
  • Infeksi pada jaringan lunak atau jaringan ikat di sekitar leher dan telinga
  • Tuberkulosis tulang belakang yang terjadi pada bagian leher
  • Tekanan pada salah satu otot SCM, yang bisa terjadi akibat kelainan posisi janin, seperti sungsang, atau proses persalinan yang dibantu dengan forceps atau vakum

Gejala Tortikolis

Gejala utama tortikolis adalah posisi kepala yang miring. Tortikolis yang terjadi sejak lahir sering kali tidak terlihat gejalanya pada 1–2 bulan pertama. Gejala biasanya baru tampak ketika bayi sudah mampu menggerakkan leher dan kepalanya, yaitu sekitar usia 3 bulan.

Gejala lain tortikolis yang dapat terlihat pada bayi meliputi:

  • Kecenderungan menyusu hanya pada salah satu payudara
  • Benjolan lunak di otot leher
  • Kepala terlihat datar pada salah satu atau kedua sisi akibat sering berbaring pada satu posisi tertentu (plagiosefali)
  • Bayi terlihat kesulitan untuk mengikuti gerakan ibunya atau menangis ketika berusaha menolehkan kepala

Umumnya, gejala tortikolis yang terjadi sejak bayi akan memburuk dan terlihat makin jelas seiring berjalannya waktu.  Pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa, gejala tortikolis bisa berupa:

  • Kepala miring ke salah satu sisi dan dagu agak mendongak
  • Salah satu sisi bahu terlihat lebih tinggi
  • Kesulitan untuk menggeleng atau mengangguk
  • Gangguan pendengaran dan penglihatan
  • Bentuk muka tidak simetris
  • Kaku pada otot leher
  • Nyeri leher
  • Tremor kepala
  • Sakit kepala tegang yang kronis

Kapan harus ke dokter

Segera ke dokter anak jika Anda menyadari adanya gejala tortikolis pada bayi Anda. Makin dini penanganan dilakukan, makin baik pula hasil yang bisa didapatkan.

Jika Anda terkena tortikolis, lakukan konsultasi ke dokter mengenai penanganan yang dapat dilakukan. Dengan begitu, keluhan akibat penyakit ini tidak sampai mengganggu produktivitas Anda.

Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika tortikolis terjadi secara tiba-tiba, terutama bila muncul setelah trauma atau disertai dengan demam, kesulitan menelan, dan suara napas seperti mengorok.

Diagnosis Tortikolis

Dokter akan terlebih dahulu menanyakan hal-hal seputar gejala yang dialami dan riwayat kesehatan pasien, termasuk cedera leher yang mungkin pernah dialami.

Setelah sesi tanya jawab, dokter akan melakukan tes fisik untuk mengetahui kemampuan pasien dalam menggerakkan kepala. Dokter juga akan memeriksa kondisi leher dan tulang belakang bagian atas.

Guna memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, yang meliputi:

  • USG, CT scan, atau MRI, untuk memeriksa apakah ada masalah pada struktur otot dan tulang di kepala dan leher
  • Tes darah, untuk mendeteksi kemungkinan tortikolis terkait dengan kondisi lain, seperti infeksi
  • Elektromiogram (EMG), untuk mengukur aktivitas listrik otot dan menentukan bagian otot yang mengalami gangguan

Pengobatan Tortikolis

Tortikolis sebaiknya diatasi secepatnya agar tidak menimbulkan komplikasi serius. Jika bayi Anda menderita tortikolis, diskusikan dengan dokter mengenai terapi yang bisa dilakukan. Dokter dapat mengajari Anda untuk melatih bayi melakukan terapi peregangan secara mandiri, seperti:

  • Biasakan bayi menengok ke arah yang berlawanan dari sisi yang biasa ia tengok. Hal ini bertujuan untuk melemaskan otot yang tegang sehingga ia terbiasa menengok ke kedua arah.
  • Pancing anak dengan mainan atau botol susu di sisi yang berlawanan dengan sisi yang mengalami tortikolis.
  • Baringkan bayi di perut Anda untuk tummy time, idealnya selama 15 menit, 4 kali sehari. Hal ini bertujuan untuk memperkuat otot leher dan punggung bayi, serta mencegah sindrom kepala datar.

Penting untuk diingat bahwa terapi di atas perlu disertai dengan pemeriksaan ke dokter secara berkala. Umumnya, bayi dengan tortikolis menunjukkan perbaikan 6 bulan setelah terapi. Namun, pada beberapa kasus, bayi mungkin memerlukan tindakan bedah untuk memperbaiki otot leher.

Pasien tortikolis yang telah dewasa juga disarankan untuk sering melakukan latihan peregangan leher guna melemaskan otot leher. Namun, perlu diingat bahwa latihan ini bertujuan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada leher. Oleh karena itu, segera hentikan latihan jika timbul nyeri.

Di samping metode di atas itu, dokter juga akan menyarankan terapi fisik, seperti:

  • Pijat
  • Kompres hangat
  • Fisioterapi
  • Terapi kiropraktik
  • Penggunaan penyangga leher
  • Terapi listrik, seperti transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS)

Jika cara-cara di atas kurang efektif, dokter akan menyarankan beberapa metode pengobatan berikut:

Pemberian obat-obatan

Obat-obatan yang dapat diberikan oleh dokter kepada pasien tortikolis dewasa antara lain:

  • Obat pereda nyeri, misalnya paracetamol
  • Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti diclofenac dan naproxen
  • Obat pelemas otot, seperti baclofen dan diazepam
  • Suntik botulinum toxin (botox), yang harus diulang setiap beberapa bulan

Perlu diketahui bahwa penggunaan obat-obatan perlu dibarengi dengan kontrol secara rutin. Selain untuk mengetahui efektivitas pengobatan, kontrol rutin juga bertujuan untuk memeriksa perkembangan tortikolis.

Operasi

Operasi atau bedah dilakukan jika tortikolis tidak membaik dengan obat-obatan. Sejumlah prosedur bedah yang dapat dilakukan adalah:

  • Selective denervation, yaitu tindakan memotong saraf yang spesifik mengontrol otot sternocleidomastoid pada sisi yang mengalami kelainan sehingga tegangan pada otot tersebut dapat melemah
  • Sternocleidomastoid release, yaitu bedah untuk memanjangkan otot leher yang mengalami kelainan
  • Dorsal cord stimulation, yaitu pemasangan elektroda yang mengirim arus listrik lemah ke saraf tulang belakang untuk meredakan nyeri
  • Deep brain stimulation, yaitu pemasangan implan elektroda ke area tertentu di otak yang mengatur kekencangan otot

Komplikasi Tortikolis

Tortikolis yang disebabkan oleh cedera ringan umumnya hanya terjadi sementara dan mudah disembuhkan. Namun, pada kasus yang parah, tortikolis harus segera diobati untuk mencegah komplikasi serius.

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada bayi dengan tortikolis adalah:

  • Gangguan makan
  • Gangguan keseimbangan
  • Keterlambatan dalam belajar duduk atau berjalan
  • Hanya mampu berguling ke salah satu sisi
  • Kelainan bentuk wajah
  • Sindrom kepala datar

Sementara itu, komplikasi yang mungkin dialami oleh pasien tortikolis usia dewasa antara lain:

  • Nyeri kronis
  • Pembengkakan otot leher
  • Kesulitan melakukan aktivitas rutin
  • Ketidakmampuan mengemudikan kendaraan
  • Gangguan pada sistem saraf
  • Depresi

Pencegahan Tortikolis

Tortikolis sulit untuk dicegah. Namun, Anda bisa mengurangi perburukan penyakit ini dengan melakukan penanganan pertama sesegera mungkin. Penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan terapi peregangan mandiri, seperti yang telah dijelaskan di atas.

Untuk meraih hasil yang signifikan, terapi peregangan mandiri sebaiknya dilakukan sejak 3 bulan setelah bayi lahir. Perbaikan umumnya akan terlihat setelah 6 bulan terapi. Namun, pada kasus-kasus tertentu, waktu yang diperlukan untuk sembuh bisa sampai bertahun-tahun.